CAMPUR ADUK

Tuesday, June 29, 2021

ITIK BURUK RUPA

Putri di kamarnya. 

"Ngapain ya?" kata Putri berpikir panjang.

Putri teringat sesuatu tentang sebuah buku jadi Putri mengambil buku di rak buku. Judul buku itu di baca dengan baik sama Putri "Itik Buruk Rupa."

Duduk di kursi dengan baik dan segera Putri membaca bukunya dengan baik.

Isi buku yang di baca Putri :

Pada suatu ketika, seekor induk itik sedang mengerami telur-telurnya. Telur-telur itu diharapkan akan menjadi penerus generasi dari induknya. Tidak lama kemudian, telur-telur tersebut mulai menetas. Mereka berwarna kuning. Namun ada satu anak itik yang memiliki bulu berwarna abu-abu. Karena memiliki warna abu-abu, sang anak itik tersebut menjadi bahan olok-olokan bagi saudaranya, karena anak itik tersebut terlihat jelek dengan bulunya yang berwarna abu-abu. Sang induk itik yang mengerami telur itu pun juga keheranan dengan anaknya yang berbulu abu-abu.

Setiap hari, itik berbulu abu-abu selalu menjadi bahan ejekan bagi saudaranya. Sang itik dijuluki si buruk rupa. Hal ini membuat sang anak itik menjadi minder. Dia tidak mau tinggal bersama saudara dan keluarganya. Dia akhirnya kabur dari rumah untuk bertemu dengan itik yang memiliki bulu yang sama dengan dirinya, yaitu abu-abu.

Sang anak itik abu-abu akhirnya pergi meninggalkan keluarganya. Setiap dia bertemu dengan itik lainnya, dia selalu bertanya, apakah mereka pernah bertemu dengan itik yang memiliki bulu yang sama dengan dirinya.

“Hai teman, aku mau bertanya, apakah kau pernah bertemu dengan itik yang berbulu abu-abu sama dengan diriku ?” tanya itik buruk rupa.

“Aku tidak perah bertemu dengan itik yang berbulu abu-abu yang jelek seperti dirimu,” kata mereka.

Si itik uruk rupa akhirnya bertambah sedih mendengar pernyataan itik-itik yang dia temui. Dia menyadari bahwa dia adalah itik terjelek di dunia. Dia harus tau diri bahwa dia harus menerima kenyataan pahit untuk dijauhi oleh kawanan itik lainnya. Sang itik selalu termenung. Dia tidak dapat membendung kesedihan akibat nasibnya yang malang.

Ketika sang itik termenung, seorang perempuan tua menangkap itik abu-abu tersebut, lalu memasukannya ke dalam kandang. Sang itik sedikit berontak, karena dia tidak tau akan diperlakukan seperti apa oleh perempuan tua tersebut. Ketika di dalam kandang, si itik buruk rupa berjumpa dengan induk ayam yang sedang mengerami telurnya.

“Darimana kamu ? hai itik !” tanya sang induk ayam.

“Aku baru saja ditangkap di sebuah tempat oleh nenek tua itu, lalu aku dijebloskan ke kandang ini,” jawab si itik buruk rupa.

“Mungkin, kau tidak lama lagi akan disemblih dan disantap oleh nenek tua itu,” jelas si induk ayam.

Si itik terkejut mendengar penjelasan dari induk ayam tersebut, dia langsung mencoba meloloskan diri dari kandangnya. Dia berusaha mencari celah agar dirinya dapat keluar dari kandang. Akhirnya, dia dapat meloloskan diri. Dia mengetahui bahwa semua itik benci akan dirinya. Hingga akhirnya, si itik buruk rupa hanya bisa berdiam di semak-semak.

Musim dingin pun tiba, si itik buruk rupa merasa lapar dan ingin mencari makan. Dia berusaha keluar dari semak belukar meski badannya lemah dan tidak sehat. Perasaan sedih selalu dirasakan si itik akibat dijauhkan oleh kawanan itik lainnya. Dengan langkah tertatih-tatih, si itik berusaha membawa tubuhnya untuk mencari makan. Mungkin ada cacing-cacing tanah yang masih tersedia di luar sana. Namun, karena badannya telah lemah, si itik buruk rupa mengalami pingsan.

Si itik yang pingsan akhirnya ditemukan oleh seorang petani yang baik hati. Dia membawa sang itik ke rumahnya. Petani dan anak-anaknya merawat si itik buruk rupa dengan penuh kasih sayang. Mereka senang dengan kehadiran si itik abu-abu. Menurut mereka, si itik memiliki bulu yang lucu dan tingkahnya dapat menghibur mereka.

Ketika si itik telah tumbuh dewasa, petani itu langsung melepaskannya ke alam bebas. Alangkah terkejutnya sang itik, dia melihat wujudnya pada pantulan kolam. Dia telah berubah. Sang itik telah menjelma menjadi angsa yang cantik.

“Oh tidak, wujudku ternyata menjadi cantik,” kata si itik buruk rupa tidak percaya.

Di kolam tersebut, tampaklah sekelompok angsa yang sedang berenang. Wujud mereka sama dengan itik si buruk rupa. Mereka sama-sama terlihat cantik dan menawan. Si itik buruk rupa menyadari bahwa dia sebenarnya adalah seekor angsa muda yang cantik. Dia mengepakkan sayapnya yang indah dan terlihat sangat bahagia. Akhirnya, dia berenang di atas kolam sambil berbaur dengan kawanann angsa lainnya. Ternyata, angsa muda yang cantik itu, pada saat menjadi telur, dikelompokkan ke dalam telur itik. Pantas saja berbeda dengan kelompok itik.

***

Putri selesai baca buku.

"Cerita yang bagus. Pinter yang membuat cerita. Ceritanya pernah di angkat ke film seri kartun kalau tidak salah. Hikmah yang di ambil dari cerita yang aku baca dengan baik adalah jangan mudah putus asa. Setiap makhluk pasti memiliki kelebihan dan kekuarangannya masing-masing," kata Putri.

Putri menutup buku dan buku di taruh di meja. Putri keluar dari kamarnya, ya membantu ibu di dapur....memasak untuk makan malam.

HARPA AJAIB

Nanu duduk di taman, ya membawa buku. Nanu membuka bukunya dan segera membaca buku dengan baik.

Isi buku yang di baca Nanu :

Pada suatu desa, tinggalah seorang bernama Morgan. Morgan tinggal serumah bersama istrinya. Kehidupan mereka cukup bahagia. Morgan memiliki hobi menyanyi. Namun, banyak orang yang mengatakan bahwa suara Morgan jelek. Hal tersebut kadang membuat Morgan minder dengan suara nyanyiannya.

Ketika malam tiba, Morgan sedang duduk santai dekat perapian. Dia meminum secangkir kopi sambil sesekali bersenandung. Tidak lama kemudian, dia didatangi oleh tiga orang tamu. Tamu Morgan adalah 3 orang laki-laki. Mereka adalah seorang mengembara. Morgan mempersilahkan masuk tamunya. Ternyata ketiga pengembara tersebut kehabisan bekal makanan. 

“Pak Morgan, kami kehabisan bekal makanan. Maukah engkau memberikan sedikit makanan kepada kami yang sedang kelaparan ?” pinta mereka.

“Tentu saja akan aku berikan. Bagaimanapun kalian adalah tamuku. Kebetulan, aku memiliki roti dan susu coklat hangat yang bisa kalian santap,” sahut Morgan.

Ketiga pengembara itu tampak senang. Mereka sangat berterimakasih dengan kebaikan Morgan pada malam itu.

“Kami sangat senang diberi jamuan oleh anda, Pak Morgan yang baik. bagaimana kami membalas jasa anda ?” tanya salah satu dari mereka.

“Ah tidak perlu. Menjamu kalian saja saya sudah bahagia, apalagi kalian kan sedang dalam kekurangan finansial,” kata Morgan.

“Ayolah Pak Morgan, silahkan utarakan keinginanmu,” desak mereka.

“Hmmm, sebenarnya aku memiliki suatu keinginan,” kata Morgan sambil menerawang.

“Keinginan apakah itu ?” tanya salah satu dari pengembara itu.

Morgan melanjutkan keinginannya, “Aku ingin memiliki harpa ajaib yang apabila aku mainkan, semua orang menjadi menari dan senang mendengarnya.”

“Baiklah kalau itu keinginanmu, kami akan mengabulkannya,” kata salah satu dari pengembara.

Tiba-tiba, harpa itu datang dan ketiga pengembara tersebut menjadi hilang. Morgan terkejut dengan apa yang dia alami. Sebuah harpa indah ada di hadapannya. Ternyata ketiga pengembara itu adalah peri. Mereka akan mendatangi rumah seseorang. Apabila mereka di terima dengan baik oleh seseorang tersebut, maka keberuntungan akan menghinggapi pemilik rumah itu. Namun, jika mereka di terima dengan cara yang tidak baik atau tidak menyenangkan, niscaya kesulitan akan didapatkan oleh pemilik rumah itu.

“Wah, harpa ini sungguh indah, mereka pasti adalah tiga malaikat yang membalas kebaikanku ! Harpa ini pasti memiliki suara yang indah juga,” gumam Morgan sambil memperhatikan harpa ajaib itu.

Morgan akhirnya memainkan harpa ajaib itu. Bunyinya sangat indah. Dia mulai menyanyi sambil memainkan harpa. Tiba-tiba istri Morgan datang dan ingin menari. Dia sangat tertarik dengan alunan musik harpa ajaib itu. Mereka akhirnya menari bersama mengikuti alunan suara harpa ajaib itu.

Tidak lama kemudian, orang-orang yang melewati rumah Morgan mendengarkan suara harpa yang indah. Mereka akhirnya ikut menari. Tetangga Morgan juga ikut keluar rumah. Morgan dan istrinya pindah ke halaman depan rumah untuk menari bersama dengan tetangga mereka. Suasana pada saat itu sangat menyenangkan.

Esok harinya, Morgan didatangi tamu yang pernah menghina suaranya. Dia dan Morgan sedang asik meminum secangkir kopi sambil bersenda gurau. Akan tetapi, Morgan masih memiliki dendam dengan orang yang mengejek suaranya.

“Sekarang, ketika kau mendengarkan aku menyanyi dengan bermain harpa, kau tidak akan mungkin lagi mengejek suaraku,” kata Morgan.

“Ah tidak mungkin, suaramu pasti sama saja dengan suaramu yang dulu,” jelas si tamu Morgan.

Morgan yang mendengarkan penejelasan tamunya langsung ingin balas dendam. Dia segera mengambil harpa ajaibnya, lalu memainkan harpanya samil bernyanyi. Mendengar demikian, sang tamu akhirnya menari setelah mendengarkan suara harpa itu.

Akan tetapi, Morgan mempercepat tempo alunan harpanya, sehingga sang tamu menjadi kelalahan dan mulai berteriak. Sang tamu kelelahan menari karena mengikuti tempo lagu dari harpa Morgan. Morgan tidak berhenti memainkan alat musik itu. Morgan justru tertawa kegirangan melihat tamunya yang lelah menari. Sang tamu tidak bisa berhenti menari, dia terus menari dan menari. Dia tidak bisa menghentikan tubuhnya untuk berhenti menari, padahal sang tamu memohon kepada Morgan untuk berhenti memainkan harpanya. Akhirnya sang tamu lemas tidak berdaya, wajahnya pucat dengan keringat yang bercucuran, dia akhirnya jatuh pingsan. Morgan akhirnya tertawa lepas karena dendamnya sudah terbalas.

Pagi harinya, Morgan terkejut karena harpa ajaib yang baru dimilikinya tidak berada di tempat. Morgan terus mencari-cari harpanya yang hilang, namun tetap saja tidak ditemukan. Rupanya ketiga peri yang memberi Morgan sebuah harpa itu menarik kembali barang pemberian mereka. Mereka sangat murka dengan apa yang diperbuat oleh Morgan terhadap tamunya. Tamu Morgan menjadi pingsan dan jatuh sakit akibat perbuatan Morgan. Kini Morgan tidak memiliki harpa ajaib itu kembali.

***

Nanu berhenti baca buku.

"Cerita yang bagus. Pinter yang membuat ceritanya," kata Nanu.

Nanu membaca hikmah dari cerita tersebut yang tertulis dengan baik di buku "Kita harus menjadi orang yang baik, keburukan harusnya dibalas dengan kebaikan. Janganlah menjadi manusia pendendam, sebab kita akan mendapatkan balasan keburukan."

Nanu memahami dengan baik hikmah yang di tulis dalam buku tersebut dan segera menutup bukunya dengan baik. Nanu pun beranjak duduknya di taman, ya bergerak berjalan ke rumahnya.

KANCIL DAN SIPUT

Dodo duduk di ruang tengah sedang asik baca buku.

Isi buku yang di baca Dodo :

Suatu hari yang cerah, Si Kancil sedang berjalan-jalan di hutan. Kemudian dia berjalan ke atas bukit karena dia ingin melihat seluruh hutan dari atas. Sesampainya di puncak bukit, sambil membusungkan dadanya, ia berteriak “Wahai penghuni hutan, akulah Kancil, binatang yang paling pintar. Tidak ada hewan lain di hutan yang bisa menandingi kecerdikan saya.”

Sejumlah hewan di hutan seperti monyet, kumbang, burung dan hewan lainnya, merasa terganggu dengan teriakan Kancil, tetapi mereka tidak memperhatikan. Setelah puas berteriak di atas bukit, Si Kancil kemudian berjalan menuruni bukit hingga akhirnya tiba di sebuah sungai. Saat dia berjalan menyusuri sungai, dia melihat seekor siput.

“Hai Kancil, mau kemana?” tanya Siput kepada Kancil.

"Hei Siput, aku hanya akan jalan-jalan," kata Kancil acuh tak acuh.

"Sepertinya kamu sedang bersenang-senang Kancil, barusan aku mendengar kamu berteriak di atas bukit," tanya Siput lagi.

"Ya, saya hanya ingin memberi tahu semua penghuni hutan bahwa saya adalah hewan paling pintar di sini," jawab Kancil.

"Hmm, kamu salah, aku hewan paling pintar di hutan ini," jawab Siput.

"Apa? Memang benar kau Siput. Tubuhmu sangat kecil, bagaimana kamu bisa lebih pintar dariku, Siput," Kancil menjawab dengan sedikit emosional.

“Kau meremehkanku Kancil, hanya karena tubuhku kecil. Bagaimana jika saya menantang Anda untuk balapan dengan saya. Percayalah, Anda tidak akan memenangkan perlombaan melawan saya,” tantang Siput.

“Ha ha ha.... siput, siput. Tubuhmu sangat kecil sehingga ingin menantangku untuk lomba lari. Baiklah, jika itu yang Anda inginkan. Bagaimana jika kita lari besok pagi?” kata Kancil.

"Baiklah, Kancil. Besok pagi saya menunggu di sini untuk balapan. Aku akan mengalahkanmu Kancil.” kata Siput lagi.

Setelah Kancil pergi, Siput segera mengumpulkan teman-temannya. Dia meminta bantuan teman-temannya untuk mengalahkan Kancil yang sombong dalam perlombaan besok. Siput meminta teman-temannya untuk menunggu di sepanjang lintasan balap. Ia pun menginstruksikan teman-temannya untuk menjawab panggilan Si Kancil jika dipanggil.

Keesokan harinya, cuaca sangat cerah. Si Kancil segera terbangun dari tidurnya, lalu berjalan menuju tempat Siput untuk berlari. Dia yakin bisa mengalahkan Siput kecil dengan mudah. Sementara itu, teman Siput sudah siap menunggu di sepanjang lintasan lari.

"Siput, apakah kamu siap untuk berlari bersamaku?" Kancil bertanya kepada Siput ketika sampai di tempat perlombaan.

“Tentu saja Kancil. Aku siap berlari bersamamu. Mari kita mulai balapan ini,” jawab Siput.

Keduanya kemudian mengambil posisi untuk melakukan lomba lari. Setelah hitungan ketiga, balapan dimulai. Keduanya berusaha berlari secepat mungkin. Rusa tentu saja berlari sangat cepat meninggalkan Siput di belakang. Kancil berlari sambil tertawa geli. Ia berpikir, bagaimana mungkin Siput kecil memenangkan perlombaan bersamanya.

Setelah lama berlari, Si Kancil berhenti sejenak. Dia melihat ke belakang dan berkata, “O siput! dimana kamu? Hanya beberapa menit berlari, Anda jauh di belakang saya.” kata Kancil dengan angkuh. Dia pikir Siput telah hilang.

“Hai Kancil! Aku di sini di depanmu. Mengapa menghentikan Kancil? Apakah kamu lelah berlari? ” jawab teman Siput yang sudah menunggu disana.

Kancil terkejut. Bagaimana mungkin Siput sudah ada di depannya. Dia tidak tahu bahwa Siput di depannya sebenarnya adalah teman Siput. Dia kemudian berlari kembali dengan cepat untuk mengalahkan Siput. Ia yakin kali ini Siput tidak akan bisa mengejarnya. Setelah yakin bahwa dia jauh dari tempat itu, dia berhenti sejenak dan berkata, “Wahai Siput kecil! Dimana kamu sekarang Kamu pasti jauh di belakangku.”

"Aku di depanmu Kancil. Apakah ada Kancil yang terus Anda panggil saya? Apakah kamu kelelahan? Katakan saja kamu ingin menyerah,” kata seorang teman Siput yang ditugaskan untuk menunggu di dekat lokasi.

“Apakah kamu menyerah? Apa pun yang Anda Siput. Saya tidak akan menyerah. Saya berhenti hanya untuk memastikan Anda masih bisa mengikuti kecepatan saya,” jawab Kancil.

Dia kemudian segera berlari secepat yang dia bisa agar Siput tidak bisa mengejarnya. Si kancil sangat terkejut, betapa Siput selalu ada di hadapannya. Sedangkan Siput adalah hewan yang lambat. Ini terus berulang. Setiap kali Kancil menanyakan posisi keong, maka keong harus berada di depannya. Dan Kancil akan berlari lebih cepat dari sebelumnya. Hingga mendekati garis finis, Si Kancil kelelahan karena selalu berusaha berlari lebih cepat. Namun ia senang karena garis finis sudah di depan matanya. Kancil sangat percaya diri memenangkan pertandingan lari. Baru beberapa langkah dari garis finis, tiba-tiba terdengar suara Siput memanggilnya. 

“Hai Kancil! Mengapa Anda begitu lama untuk tiba? Aku sudah di sini sejak. Apakah saya memberitahu Anda? Bahwa saya akan memenangkan perlombaan dengan Anda?” kata Siput.

Mendengar suara Siput, Kancil merasa seperti disambar petir. Dia benar-benar tidak percaya dia bisa dikalahkan oleh Siput. Dia kemudian duduk karena dia merasa sangat lelah. 

"Aku tidak percaya kamu bisa memenangkan perlombaan denganku Siput," kata Kancil dengan lembut.

“Makanya Kancil jangan jadi hewan yang sombong. Kamu memang binatang yang pintar, tapi aku lebih pintar dan lebih pintar darimu,” kata Siput.

"Kamu adalah Siput. Saya sudah terlalu sombong karena merasa mampu mengecoh binatang buas seperti Harimau dan Buaya. Ternyata kamu lebih pintar dariku. Terima kasih Siput karena telah memberimu pelajaran,” kata Kancil. 

Kancil yang telah sadar dengan kesalahan pada dirinya, ya di berikan pelajaran dari Siput. Kancil meninggalkan Siput begitu saja karena urusan dengan Siput telah selesai. Kancil berjalan-jalan dengan baik menikmati keadaan dengan baik.

***

Dodo berhenti baca buku.

"Cerita yang bagus. Pinter yang membuat ceritanya," kata Dodo.

Dodo menutup bukunya dan di taruh di meja. Dodo ke kamarnya, ya mengambil mainannya berupa mobil remot kontrol dan segera di mainan di halaman depan rumah. Dodo dengan asik main mobil remot kontrol. Ibu sedang membuat kue di dapur. Ibu pun masih memperhatikan Dodo dengan baik, ya Ibu ke ruang tengah. Ternyata Dodo bermain mobilan di halaman depan. Ibu melihat buku di atas meja, ya di ambil dan di taruh rak buku. Ibu melanjutkan pekerjaanya dengan baik, ya membuat kue di dapur

S KANCIL MENCURI TIMUN

Irwan duduk di ruang tamu sedang baca buku dengan baik banget.

Isi buku yang di baca Irwan :

Mencuri Timun merupakan cerita terkenal di Indonesia. Kancil adalah binatang yang suka mencari makan di malam hari. Pada siang hari Kancil tidur, walau kadang keluar jika perutnya terasa lapar. Di suatu desa yang tenang, hiduplah Pak Tani beserta keluarganya. Sehari-hari Pak Tani menghidupi keluarganya dengan cara bertani dan berkebun. Ia memiliki ladang dan kebun-kebun yang tidak terlalu besar. Di kebunnya, Pak Tani menanam berbagai macam sayuran seperti ketimun, tomat, cabai, singkong dan sayuran lainnya. Sebagian kecil hasil kebun ia makan bersama keluarganya sedang sebagian besar ia jual ke pasar.

Siang malam Pak Tani menjaga kebunnya dari gangguan Si Kancil. Ia sudah merasa kesal dengan kelakuan Si Kancil yang sering mencuri timun di kebunnya. Untuk mencegah masuknya si Kancil ke kebun miliknya, Pak Tani membuat pagar yang cukup tinggi. Di suatu malam, si Kancil merasa perutnya lapar. 

“Aduh perutku keroncongan. Sudah waktunya mencari makan.Aku akan ke kebun Pak Tani untuk makan timun yang lezat. Kalau sudah larut malam begini Pak Tani tidak mungkin berjaga di kebunnya.” kata si Kancil.

Ia kemudian melompat-lompat menuju kebun Pak Tani. Bukan hanya mencuri timun, Si Kancil juga merusak pagar kebun Pak Tani dengan cara menendangnya. Setelah perutnya terasa kenyang, Si Kancil buru-buru meninggalkan kebun Pak Tani, karena merasa takut ketahuan.

Pagi harinya, seperti biasa, Pak Tani pergi menuju kebun miliknya membawa cangkul sambil bersiul. Pak Tani hendak memeriksa kebun timunnya barangkali sudah bisa di panen. Tetapi alangkah terkejutnya Pak Tani melihat buah timun miliknya banyak yang hilang.

"Aduh! siapa yang merusak kebunku. Timun banyak yang hilang pagar pun rusak. Kalo mencuri kenapa harus merusak kebun?"

Pak Tani pulang ke rumah sambil memikirkan siapa pelakunya.

"Biasanya Si Kancil merusak kebunku. Aku harus mencari akal agar bisa menangkap si Kancil." pikir Pak Tani.

Sesampainya di rumah, Pak Tani segera membuat orang-orangan sawah yang akan digunakan untuk menjebak Si Kancil. Sore harinya orang-orangan sawah selesai dibuat. Pak Tani melumuri orang-orang sawah dengan perekat, tujuannya agar Si Kancil terjebak. Sebelum malam tiba, orang-orangan sawah telah dipasang oleh Pak Tani di tengah kebun.

Malam harinya Si Kancil kembali mendatangi kebun Pak Tani untuk mencuri timun. Begitu melihat orang-orangan sawah di kebun, Si Kancil tertawa terbahak-bahak.

"Ha ha ha...itu kan cuma orang-orangan sawah, tak akan mungkin bisa menangkapku. Bergerak saja tak bisa. Pak Tani berpikir aku akan takut melihat orang-orangan sawah itu." kata si Kancil sambil tertawa terbahak.

Si Kancil kemudian kembali makan timun dengan lahap. Setelah selesai makan, ia menghampiri orang-orangan sawah.

"Kalaupun orang-orangan sawah ini aku pukul, dia pasti akan diam saja." Gumam Si Kancil.

Lalu Si Kancil menendang orang-orangan sawah dengan kakinya, "Buk!" kaki Si Kancil langsung menempel pada orang-orangan sawah.

"Aduh! kenapa kakiku menempel!" teriak Si Kancil terkejut.

"Lepaskan kakiku orang-orangan jelek!" teriak Si Kancil.

Si Kancil kemudian memukul lagi menggunakan kaki kirinya. "Buk!" kini malah kedua kaki kancil menempel pada orang-orangan sawah itu. 

“Aduh keterlaluan ternyata Pak Tani mengoleskan perekat pada orang-orangan sawah ini. Seharusnya setelah makan timun Aku langsung pergi saja.” 

Semalaman Si Kancil menangis karena tidak bisa bergerak. Ia menyesal kenapa harus menendang orang-orangan sawah. Perekat yang dipasang Pak Tani merekat sangat kuat. Pagi harinya Pak Tani datang untuk memeriksa keadaan kebun sambil membawa sebuah pentungan kayu jati. Begitu melihat Si Kancil menempel pada orang-orangan sawah, Pak Tani pun gembira.

"Pasti ini yang mencuri timun dan merusak kebunku. Akhirnya tertangkap juga kau Kancil." kata Pak Tani.

"Ampun Pak Tani, ampun. Aku cuma makan empat buah timun saja tapi tak merusak kebunmu. Sekarang tolong lepaskan Aku Pak Tani yang baik. Aku berjanji tidak akan mencuri lagi." Si Kancil memohon ampun.

“Diam Kamu Kancil! Ini bukan pertama kalinya kamu mencuri timun di kebunku. Mana mungkin Aku akan percaya begitu saja omonganmu.” Pak Tani tidak percaya begitu saja omongan Si Kancil. 

Ia lalu melepaskan Si Kancil dari orang-orangan sawah dan mengikatnya untuk dibawa ke rumah. Sesampainya di rumah, Pak Tani memasukkan Si Kancil ke dalam kurungan ayam.

"Kau tunggu disini Kancil. Aku akan ke pasar membeli bumbu sate. Kau akan kubuat jadi sate yang lezat. Lumayan untuk makan nanti malam." kata Pak Tani.

Si Kancil terkejut dan sangat ketakutan. "Ampun Pak Tani, aku jangan disate. Dagingku tidak enak. Tolong lepaskan aku Pak Tani, tolong!" Si Kancil menghiba.

"Itu hukuman buatmu Kancil karena telah mencuri dan merusak kebunku." Pak Tani bersikap masa bodoh mendengar rengekan Si Kancil.

"Yang merusak kebunmu kambing jahat Pak Tani. Bukan aku!" ujar Si Kancil.

Pak Tani segera bergegas pergi ke pasar, sama sekali tidak perduli. Setelah Pak Tani pergi ke pasar, datanglah seekor anjing mendatangi Si Kancil. Anjing merasa keheranan melihat si Kancil berada dalam kurungan ayam.

"Hei Kancil! kenapa kamu terkurung disitu?" tanya anjing pada kancil.

"Masa kamu tak tahu hei anjing? Aku hendak dikawinkan dengan anak perempuan Pak Tani. Sekarang Pak Tani tengah pergi ke pasar membeli baju pengantin untukku."

"Dikawinkan? Yang benar saja kamu Kancil. Kamu tak pantas mengawini anak perempuan Pak Tani, Kancil!. Tubuh kamu kecil. Aku lebih pantas mengawini anak Pak Tani." jawab si Anjing.

"Buktinya Aku sekarang berada di kurungan ayam ini. Pak Tani menyuruhku menunggunya untuk menikahkan Aku dengan putrinya. Pergi sana kamu jangan ganggu pernikahanku! Kamu yang tidak pantas menjadi mantu Pak Tani." jawab Si Kancil.

Si Anjing merasa marah dihina oleh si Kancil. Ia menginginkan bahwa dirinya yang menjadi menantu Pak Tani. 

"Kau pergilah kancil, Aku saja yang menjadi menantu Pak Tani. Kalau kamu tak mau kugantikan, akan kugigit lehermu kemudian kumakan tubuhmu." teriak anjing kesal.

"Jangan begitu anjing..! Baiklah kau boleh menggantikanku mengawini anak Pak Tani. Sekarang lepaskan aku dari kurungan." kata Si Kancil pura-pura ketakutan.

Anjing kemudian melepaskan kurungan dengan mendorongnya hingga jatuh. Si Kancil keluar, sementara anjing masuk ke dalam kurungan menggantikannya.

"Selamat anjing sekarang kau menjadi calon pengantin baru. Sekarang aku pergi ya anjing." Si Kancil bergegas pergi berlari ke dalam hutan.

"Pergilah kau Kancil!" kata anjing.

Tak lama kemudian Pak Tani pulang dari pasar membawa bumbu sate. Ketika melihat anjing di dalam kurungan Pak Tani terkejut.

"Sedang apa kamu disini anjing? mana Si Kancil?" Pak Tani sangat kesal melihat si Kancil tidak ada dalam kurungan ayam.

"Hormat Pak Tani, Si Kancil merelakan haknya sebagai calon menantu Pak Tani kepada saya. Dia sudah lari ke hutan. Sekarang sayalah calon suami anak perempuan Pak Tani." kata si anjing.

"Apa katamu anjing? Si Kancil lari ke hutan dan kamu ingin jadi menantuku?" teriak Pak Tani gusar.

"Iya benar Pak Tani, sekarang sayalah calon menantu Pak Tani." jawab si anjing sangat gembira.

"Si Kancil kurang ajar, mau disate malah menipu si anjing." kata Pak Tani dalam hati.

"Baiklah anjing, sekarang kau keluar dari kurungan. Aku akan ke rumah sebentar membawa putriku." kata Pak Tani.

Anjing pun keluar dari kurungan hatinya sangat gembira. Tak lama kemudian Pak Tani keluar rumah membawa pentungan kayu dan langsung memukuli anjing.

"Nih aku beri hadiah pentungan! Susah payah Aku menangkap si Kancil eh kamu malah melepaskannya.' teriak Pak Tani sambil memukuli anjing.

"Ampun Pak Tani...ampun...Aku ditipu si Kancil Pak Tani...Ampun..." Anjing berteriak kesakitan.

Sementara di hutan Si Kancil tengah berlari kencang sambil sesekali menoleh ke belakang takut kalau-kalau anjing mengejarnya dari belakang. Namun dalam hatinya si Kancil merasa geli karena berhasil melepaskan diri dari kurungan Pak Tani dengan cara menipu si Anjing.

***

Irwan berhenti baca buku.

"Cerita yang bagus," kata Irwan.

Irwan menutup bukunya dan menaruh di meja. Irwan keluar dari rumahnya, ya ke rumahnya Dodo untuk di ajak main bersama gitu.

KANCIL MENIPU BUAYA

Heru berada di perpustakaan. Heru memilih buku di rak buku, ya buku yang di pilih adalah buku cerita dengan judul Kancil Menipu Buaya. Heru pun duduk dan segera membaca buku dengan baik.

Isi buku yang di baca Heru :

Si Kancil berlari kencang meninggalkan rumah Pak Tani. Ia baru saja melepaskan diri dari kurungan ayam Pak Tani dengan cara menipu Si Anjing. Setelah merasa agak jauh dari rumah Pak Tani, Si Kancil kemudian menoleh ke belakang takut kalau Si Anjing atau Pak Tani mengejarnya. 

“Sepertinya Si Anjing dan Pak Tani tidak mengejarku, syukurlah. Hampir saja aku dijadikan sate oleh Pak Tani. Sekarang Aku istirahat dulu sejenak di bawah pohon rindang,”  kata Si Kancil. 

Berusaha Menyeberangi Sungai. Si Kancil memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya. Setelah rasa lelahnya mulai berkurang, ia kemudian melanjutkan perjalanan ke tengah hutan agar tidak tertangkap Pak Tani. Namun di tengah perjalanan ia terhalang oleh sebuah sungai yang cukup lebar. Si Kancil berpikir keras bagaimana caranya agar ia bisa menyeberangi sungai besar tersebut.

“Aduh, ada sungai besar. Bagaimana caranya Aku melewati sungai ini? Badanku kecil juga tidak pandai berenang. Kalau memaksakan diri menyeberang, pasti Aku akan tenggelam,” ia berbicara dalam hati.

Si Kancil melihat sekelompok pohon pisang tumbuh di dekat sungai. Dia kemudian berusaha merobohkan beberapa pohon pisang. 

“Ah itu ada sekelompok pohon pisang. Aku akan gunakan pohon pisang untuk menyeberang.” ujarnya lagi. "Aduh berat sekali pohon-pohon pisang ini." Si Kancil mengeluh. 

Ia mendorong pohon pisang tersebut satu persatu hingga roboh. Rencananya, Si Kancil hendak menggunakan batang-batang pohon pisang untuk menyeberangi sungai. Saat sedang sibuk mendorong pohon-pohon pisang, seekor buaya sungai mengamati Si Kancil. 

“Ah ada seekor kancil di pinggir sungai. Kebetulan perutku sedang lapar.” kata Pak Buaya dalam hati. 

Pak Buaya kemudian berenang ke tepi sungai. Ia menjulurkan mulutnya ke arah kaki Si Kancil dan hap! Pak Buaya menggigit kaki Si Kancil.

"Aduh kakiku sakit!" teriak Si Kancil merasa kesakitan, saat melihat kakinya, ia terkejut karena rupanya Pak Buaya menggigit kakinya. “Pak Buaya tolong jangan makan Aku.”

"Diam kamu Kancil. Aku sedang lapar sekarang Kancil." Pak Buaya tak perduli.

"Iya aku tahu Pak Buaya, tapi sekarang perutku juga sedang lapar...Biarkan aku mencari makan dahulu baru nanti kau memakan tubuhku. Aku tak mungkin bisa lari darimu Pak Buaya." Si Kancil memohon pada Pak Buaya.

"Baiklah. Kuberi kesempatan kau cari makan dulu cil. Tapi awas jangan coba-coba lari dariku cil." kata Pak Buaya. Pak Buaya dengan bodohnya percaya pada Kancil. Dia tidak tahu bahwa kancil punya rencana untuk melarikan diri.

"Pak Buaya, temanmu banyak kan?" tanya Kancil.

"Memangnya kenapa cil? Temanku di sungai ini banyak cil," ujar Pak Buaya.

"Tolong panggil teman-temanmu untuk ikut memakanku. Tapi sebelumnya biarkan aku mencari makan dahulu. Disekitar sungai banyak makanan, biarkan aku makan dahulu sampai kenyang. Setelah aku kenyang kalian boleh memakanku," jawab Kancil.

Pak Buaya sedikit curiga terhadap permintaan Kancil. Pak Buaya mengancam Si Kancil agar jangan coba-coba berbohong. 

"Kau tidak berusaha membohongiku kan hei Kancil? jangan coba-coba membohongiku Kancil!" ancam Pak Buaya.

"Mana mungkin aku membohongimu Pak Buaya? tubuhku kecil, tak mungkin bisa melawanmu." jawab Kancil.

Pak Buaya pun percaya kemudian memanggil teman-temannya. 

“Hai teman-teman! Mari kita ke pinggir sungai untuk makan siang. Ada seekor Kancil lezat yang menanti.” kata Pak Buaya pada teman-temannya. 

Selanjutnya ia membiarkan si Kancil di tepian sungai untuk mencari makan. Setelah si Kancil selesai mencari makan, ia mendatangi Pak Buaya dan menanyakan jumlah teman-temannya. 

"Pak Buaya, boleh aku tahu berapa jumlah teman-temanmu? Tubuhku kecil, bagaimana engkau mau membagi-bagikan dagingku pada temanmu secara adil jika engkau tidak tahu jumlah teman-temanmu?" tanya Si Kancil.

"Wah teman-temanku banyak cil. Aku tidak tahu berapa jumlahnya." kata Buaya.

"Baiklah kalo begitu aku akan membantu menghitung jumlah kalian. Berbarislah dari sini hingga ke seberang sungai." kata Si Kancil.

Pak Buaya menuruti permintaan Si Kancil. Pak Buaya segera meminta teman-temannya berbaris. 

“Hai teman-teman berbarislah hingga ke seberang sungai. Si Kancil hendak menghitung berapa banyak jumlah kita agar dagingnya bisa dibagi rata diantara kita.” teriak Pak Buaya.

“Satu...Dua...Tiga...Empat...Lima...” Si Kancil pun segera melompat dari satu punggung Buaya ke punggung Buaya berikutnya sambil berhitung. 

Sesampainya di seberang sungai, Si Kancil segera melarikan diri dengan cepat seraya melambaikan tangan sembari mengucapkan selamat tinggal pada para Buaya. Selamat tinggal Pak Buaya, terimakasih sudah menolongku mengantar ke seberang sungai," ujar Si Kancil.

“Kurang ajar kamu Kancil sudah menipu aku! Aku belum memakan dagingmu tapi kamu malah melarikan diri," Pak Buaya marah.

"Aku masih ingin hidup. Siapa yang bodoh mau di makan Buaya," Si Kancil tertawa terbahak-bahak sambil berlari kencang ke tengah hutan.

Para Buaya sangat marah dengan kelakuan Si Kancil sambil menyesali kebodohan mereka.

***

Heru berhenti baca buku.

"Cerita yang bagus," kata Heru.

Heru menutup bukunya dan segera buku di taruh di rak buku. Heru keluar dari perpustakaan. Bel berbunyi, ya tanda jam istirahat selesai. Heru masuk ke kelasnya untuk melanjutkan pendidikan dengan baik.

KANCIL DAN MERAK

Risky duduk di halaman belakang. Risky melihat buku di atas meja, ya segera di baca dengan baik.

Isi buku yang di baca Risky :

Di suatu siang yang cerah, Si Kancil tengah beristirahat dengan tidur-tiduran di bawah sebuah pohon rindang. Rupanya setelah Si Kancil mencuri timun Pak Tani, perutnya kekenyangan. Dari kejauhan nampak seekor Burung Merak mendatangi Si Kancil sambil mengepak-ngepakkan sayapnya. Si Burung Merak datang dengan membentangkan ekor besarnya yang indah dan berwarna cantik. Si Kancil merasa tidak senang dengan kehadiran Si Burung Merak. Warga hutan mengenal Si Burung Merak sebagai seekor burung sombong. Si Burung Merak senang sekali memamerkan ekor indahnya pada warga hutan.

“Hai Kancil, engkau lihatlah ekor cantikku. Tidakkah engkau terpesona dengan keindahannya,” kata Si Burung Merak dengan sombongnya sambil sesekali mengibas-ngibaskan ekornya agar diperhatikan.

“Ah tidak. Ekormu biasa saja. Tak ada bedanya dengan ekor ayam-ayam lain,” jawab Si Kancil acuh tak acuh.

“Jangan sembarangan kamu Kancil, semua teman-teman di hutan mengagumi ekor indahku ini. Engkau hanya tak mau mengakuinya Kancil,” kata Si Burung Merak dengan sedikit rasa kesal karena diremehkan Si Kancil.

Si Kancil mulai merasa terganggu istirahatnya oleh Si Burung Merak cerewet. 

“Ya ya ya benar, ekormu sangat besar dan sangat indah hai Burung Merak. Semua penghuni hutan mengakuinya. Tapi aku sarankan engkau berhati-hatilah hai Burung Merak, karena kemarin siang banyak para pemburu lewat di sekitar sini mencari seekor Burung Merak berekor indah untuk di potong kemudian dijual,” kata Si Kancil.

“Jangan bercanda kamu Kancil! Mana ada pemburu mau dengan Burung Merak,” kata Si Burung Merak mulai gugup.

“Manusia menginginkan ekor indahmu itu untuk dijadikan perhiasan hai Burung Merak! Harga ekormu mahal!. Sebaiknya engkau lari bersembunyi ke dalam hutan agar manusia tidak bisa menemukanmu,” kata Si Kancil.

Mendengar perkataan Si Kancil, Si Burung Merak sombong segera lari tunggang langgang meninggalkan Si Kancil. Ia lari cepat masuk ke dalam hutan agar tidak bisa ditemukan oleh para pemburu. Melihat Si Burung Merak sombong lari terbirit-birit, Si Kancil tertawa terbahak-bahak sampai berguling-guling di tanah. Si Kancil akhirnya bisa melanjutkan istirahat siangnya tanpa gangguan Si Burung Merak.

***

Riky berhenti baca buku.

"Cerita yang bagus," kata Risky.

Risky menutup buku dan menaruh buku di meja. Risky beranjak dari duduknya di halaman belakang, ya masuk ke dalam rumah. Risky ke ruang tengah dan segera menghidupkan Tv. Risky menonton acara Tv yang bagus banget gitu......film kartun...Si Kancil. 

GULLIVER DI NEGERI LILIPUT

Dodit sedang duduk di teras depan rumah. Dodit mengambil buku di meja, ya segera di baca dengan baik banget.

Isi buku yang di baca Dodit :

Pada suatu masa, hiduplah seorang dokter muda yang bernama Gulliver. Gulliver hobi berlayar. Dia menggunakan kapal layarnya untuk pergi ke suatu tempat. Namun, di lain waktu, Gulliver mengalami hujan badai yang sangat dahsyat ketika berlayar. Gulliver tidak bisa mengendalikan kapalnya dengan baik. Angin badai di laut cukup membuatnya kerepotan untuk menyelamatkan diri. Akhirnya kapal Gulliver terhempas oleh gelombang air laut. Kapal Gulliver mengalami kerusakan. Gulliver tidak bisa berbuat apa-apa. Hingga akhirnya, Gulliver jatuh pingsan dan terdampar di sebuah pulau yang asing.

Gulliver akhirnya sadar. Dengan sekuat tenaga, dia berusaha melihat pemandangan di sekelilingnya. Tampaklah sebuah pemandangan yang indah serta pantai yang memiliki air yang jernih. Namun, Gulliver tidak bisa bergerak. Ternyata tubuhnya diikat oleh tali. Tali tersebut mengikat seluruh tubuh Gulliver. Gulliver sekuat tenaga melepaskan diri dari ikatan tali tersebut. Tidak lama kemudian, tampaklah orang-orang berkerumun mengelilingi Gulliver. Mereka bertubuh kecil, seperti liliput.

Gulliver tidak menyangka dengan apa yang dia lihat, dia belum pernah melihat orang-orang kerdil seperti itu. Ukuran orang kerdil itu hampir sama dengan jari-jari Gulliver. Manusia-manusia kerdil itu juga tidak menyangka bahwa mereka akan didatangi oleh manusia raksasa seukuran Gulliver. Salah seorang dari manusia kerdil itu pun mencoba untuk berbicara dengan Gulliver, “Hai manusia raksasa ! Ada apa gerangan engkau datang ke daerah kami ?”

Gulliver menjawab “Aku sedang berlayar dan kapalku terhantam badai. Akhirnya aku pun terdampar di pulau ini.”

“Sekarang kamu adalah tawanan kami, kau akan kami bawa kepada raja,” jawab salah satu dari mereka.

Akhirnya Gulliver digotong oleh manusia-manusia kerdil itu. Butuh banyak orang untuk menggotong Gulliver. Namun, mereka dapat membawa Gulliver ke istana untuk menghadap sang raja.

Setelah sampai di istana, Gulliver dimintai keterangan oleh raja tentang perihal terdamparnya dia ke pulau itu. Setelah mendengarkan penjelasan dari Gulliver, sang raja yang bijaksana mengizinkan agar Gulliver tinggal di negaranya.

“Baiklah, kau boleh tinggal di negaraku,” kata sang raja. 

“Pelayan, berikan makanan yang cukup kepada tamu kita, Gulliver,” perintah sang raja kepada pelayan istana.

Gulliver bahagia dengan kebaikan sang raja dan para rakyat di negara itu. Gulliver lalu mengucapkan terimakasih kepada mereka. Gulliver tidak lupa memberikan hadiah kepada sang raja, yaitu sebuah pistol. Sang raja terkagum dengan pistol yang diberikan oleh Gulliver. Menurutnya, pistol pemerian Gulliver layaknya sebuah meriam bagi mereka.

Karena Gulliver berperilaku baik, Gulliver pun disenangi oleh penduduk negeri liliput. Gulliver tampak mudah beradaptasi dengan penduduk setempat. Gulliver menganggap mereka sebagai teman sendiri, sehingga Gulliver tidak mengalami kesepian.

“Gulliver, sebenarnya saya sedang resah terhadap suatu masalah,” kata sang raja kepada Gulliver.

“Masalah apakah itu, paduka ?” tanya Gulliver.

“Putriku sempat di pinang oleh seorang pangeran dari kerajaan seberang. Namun, putriku tidak menyukai pangeran itu. Akan tetapi, kerajaan seberang tersebut mengancam akan menyerang kerajaanku apabila putriku menolak pinangan anaknya.

“Jangan khawatir paduka, aku akan membantumu,” kata Gulliver yang baik hati.

Gulliver lalu mencari akal untuk menghadapi serangan dari kerajaan musuh. Dia lalu pergi ke dermaga. Di dermaga, Gulliver meminta pasukan negeri liliput untuk menyiapkan tali-tali dengan kail di ujungnya. Karena musuh sudah dekat di dermaga, Gulliver menuju ke arah mereka. Gulliver melemparkan tali dengan kail tersebut untuk menarik kapal mereka. Gulliver akan menghadapi mereka sebelum mereka menghadapi tentara kerajaan. Beberapa ratus anak panah pun menghujam tubuh Gulliver, namun hal tersebut dianggap tidak berarti oleh Gulliver. Sebab anak panah itu berukuran kecil.

Kemenangan pun akhirnya berpihak kepada kerajaan liliput yang didiami oleh Gulliver. Kerajaan seberang akhirnya meminta maaf dan tidak mengulangi perbuatan mereka kembali. Pada suatu ketika, Gulliver menemukan kapalnya yang sedang terombang-ambing di tepi pantai. Gulliver berusaha mendekati kapal miliknya. Ada beberapa kerusakan yang ditemukan oleh Gulliver di kapal itu. Atas bantuan penduduk negeri liliput, kapal tersebut dapat diperbaiki dan dapat dipergunakan dengan baik. Gulliver senang karena dia dapat berlayar kembali untuk pulang ke rumah.

Gulliver menceritakan perihal akan rencana kepulangannya kepada raja. Raja pun akhirnya menyediakan makanan yang cukup dan beberapa ekor sapi untuk bekal Gulliver. Perasaan bahagia bercampur sedih menghinggapi diri Gulliver dan rakyat negeri liliput. Rakyat negeri liliput bahagia dengan kepulangan Gulliver ke rumah, namun juga sedih ditinggal Gulliver. Mereka melepas kepergian Gulliver di pelabuhan.

“Teman-teman, aku pergi untuk pulang ke rumahku. Terimakasih atas kebaikan kalian. Maafkan jika selama ini aku memiliki kesalahan,” kata Gulliver kepada teman-teman liliputnya.

"Kami juga sangat berterimakasih kepadamu, karena kau juga banyak membantu kami. Hati-hati di jalan Gulliver !” kata rakyat negeri liliput.

Akhirnya Gulliver berpisah dengan rakyat negeri liliput. Gulliver pulang dengan selamat ke Negera Inggris. Sesampainya di pelabuhan, orang-orang menjadi terheran dengan sapi-sapi kecil yang di bawa oleh Gulliver. Gulliver hanya tersenyum melihat keheranan mereka.

***

Dodit berhenti baca buku.

"Cerita yang bagus. Pinter yang buat ceritanya. Pernah di angkat ke film. Cerita sepanjang masa," kata Dodit.

Dodit membaca pesan moral yang tertulis di buku tersebut "Jika kita bersikap baik, maka orang lain pun akan bersikap baik dan bersedia menolong kita."

Dodit memahami dengan baik pesan moral dan menutup bukunya. Ya buku di taruh di meja dengan baik sama Dodit. Dodit pun beranjak dari duduknya ke rumah Risky, ya biasa sih main sekaligus urusan kerjaan gitu.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK