CAMPUR ADUK

Friday, December 24, 2021

NATAL

Budi duduk di depan rumah, ya sedang baca koran untuk mengetahui berita ini dan itu, ya perkembangan ini dan itu sih. Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan juga singkong goreng rasa keju yang rasanya enak banget gitu loe. Eko sampai di rumah Budi, ya segera markirin motornya dengan baik di depan rumah Budi lah. Eko pun duduk bersama Budi. 

"Budi. Kok nggak pergi ke gereja untuk merayakan natalan!" kata Eko yang niatnya becandaan. 

Budi menghentikan baca korannya, ya koran di taruh di mejalah.

"Aku kan. Agama Islam. Kan tidak merayakan Natalan di gereja," kata Budi.

"Emang Budi agama Islam, ya sama dengan aku juga agama Islam. Ya becandaan dari kecil gitu....Budi!" kata Eko.

"Ya memang sih becandaan dari kecil sampai dewasa sih. Kadang aku lakukan becandaan itu sama temanku yang agama Kristen sih. Becandaannya seperti ini : Aku pun berkata pada Tony "Tony tidak sholat di lapangan untuk merayakan sholat Idul Fitri. Tony pun berkata "Aku kan agama Kristen tidak sholat di lapangan merayakan hari raya Idul Fitri". Ya sama aja sih aku becandaannya kaya Eko sih," kata Budi. 

"Nama juga pertemanan, ya saling becandaan ini dan itu, ya tetap menghormati dan menghargai agama masing-masing, ya berdasarkan keyakinan masing-masing," kata Eko. 

"Ooooo iya...acara Tv, ya acaranya merayakan Natalan, ya kan Eko?!" kata Budi. 

"Ya memang sih. Acara Tv, ya acaranya Natal," kata Eko menegaskan omongan Budi. 

"Acara bagus sih acara Tv tentang perayaan Natal, ya penilaian dari lulusan SMA, ya kan Eko?!" kata Budi. 

"Ya memang penilaian lulusan SMA. Jadi acara TV, ya Natalan bagus karena yang mengisi acarakan artis gitu, ya bagus deh," kata Eko. 

"Aku punya cerita, ya aku ingin tanggapan Eko saja sih," kata Budi. 

"Ada cerita, ya silakan cerita Budi!" kata Eko. 

"Baik aku ceritakan. Seperti ini ceritanya : Seorang cowok yang beragama Islam, ya jatuh cinta dengan cewek beragama Kristen. Hubungan keduanya baik sih urusan cinta. Ketika keduanya mau memutuskan urusan pernikahan. Orang tua yang cowok tidak setuju kalau anaknya keluar dari agama Islam, ya masuk agama Kristen, ya demi cinta pada cewek yang di sukai....anaknya itu. Begitu juga dengan orang tua yang cewek, ya tidak setuju kalau anaknya keluar dari agama Kristen, ya masuk agama Islam, ya demi cowok yang di sukai....anaknya itu. Cowok dan cewek yang saling mencintai itu, ya akhirnya tidak bisa bersatu karena orang tua. Sebagai anak yang baik, ya tidak boleh menentang orang tua. Kalau menentang jadi anak durhaka, ya bisa saja di kutuk sama orang tua....jadi batu, ya kaya cerita dongeng ini dan itu sih. Cowok pun mengikuti maunya orang tuanya, ya di kirim ke pondok pesantren untuk di bimbing agar lebih paham lagi tentang ilmu agama Islam. Sedangkan ceweknya, ya menikah dengan cowok agamanya sama dengan agama cewek itu, ya Kristen, ya karena di jodohin sama orang tua lah. Begitu lah ceritanya Eko!" kata Budi. 

"Cerita yang bagus sih. Urusan cinta beda agama, ya ribet sih. Kalau mau bersatu, ya harus ada yang mengalah sih, ya keluar dari agama ini dan masuk ke agama itu," kata Eko. 

"Memang ribet urusan cinta beda agama. Cowok dan cewek itu berkata seperti ini "Kalau saja tidak ada agama yang di yakini orang tua, ya bisa bersatu dalam urusan cinta"....," kata Budi. 

"Kalau tidak ada agama yang di yakini orang tua bisa bisa bersatu urusan cinta. Kenyataannya agama ada untuk membimbing manusia jadi baik kan Budi?!" kata Eko. 

"Memang sih karena ada agama, ya manusia di bimbing dengan baik," kata Budi menegaskan omongan Eko. 

"Main catur Budi!" kata Eko. 

"Ok....main catur!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas mejalah papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun bidak catur di atas papan catur. 

"Jadi hari ini perayaan Natal, ya kita ucapkan selamat merayakan Natal bagi umat agama Kristen yang merayakannya dengan baik, ya kan....Eko?!" kata Budi. 

"Omongan Budi benarlah!" kata Eko menegaskan omongan Budi. 

Budi dan Eko main catur dengan baik. 

BERPIKIR DUA KALI DALAM BERTINDAK

Budi dan Eko, ya duduk depan rumah Budi, ya sambil menikmati kopi dan enaknya singkong goreng rasa keju gitu. 

"Eko. Ngomong-ngomong ada cerita?!" kata Budi. 

"Tumben nanyain cerita. Biasanya kan Budi yang punya cerita!" kata Eko. 

"Biasanya aku yang punya cerita sih. Ya kali ini, ya Eko lah!" kata Budi. 

"Baiklah kali ini aku cerita. Ada seorang pemuda, ya mendatangi kantor pemerintahan, ya buat ini dan itu sih. Pemuda itu mengamati dengan baik proses pelayannya, ya berdasarkan prosedur yang di buat pemerintahan dalam urusan ini dan itu, ya birokrasi sih. Pemuda sambil melakukan kegiataannya sebagai, ya masyarakat biasa pada umumnya. Ya sebenarnya pemuda itu kerjaannya, ya pedagang sih. Walau sebenarnya ada permasalahan di masyarakat, ya dari memahami persedur dan tidak memahami persedur sih, ya di anggap wajarlah semuanya. Pemuda itu sebenarnya, ya lulusan Universitas, ya jadi meneliti dengan baik proses kerja di kantor pemerintahan. Sampai akhirnya pemuda itu selesai urusannya, ya pulang ke rumahnya. Di rumah, ya pemuda itu mengetik dengan baik apa yang di lihatnya di kantor-kantor pemerintahan, ya bisa di bilang penelitian di susun dengan baik. Ya sampai ketikannya selesai, ya pemuda itu berkata "Dari hasil yang aku dapatkan. Tingkat kepuasaan dalam bentuk pelayanan, ya di birokrasi. Ya lumayan sih bagus. Walau ada data ini dan itu yang mungkin sifatnya negatifnya, ya masih anggap wajarlah". Pemuda itu benar-benar menyelesaikan tulisannya dan istirahat. Begitulah ceritanya," kata Eko. 

"Kok ceritanya tentang urusan yang berkaitan dengan sistem kerja pemerintahan....Eko?!" kata Budi. 

"Ya kan aku dapat ceritanya juga dari cerita di masyarakat, ya adanya itu. Gimana hayo?!" kata Eko. 

"Ya kalau begitu sih. Ya sudahlah lah. Ya aku tanggapi saja. Ya bagus sih!" kata Budi. 

"Padahal yang di perhitungkan pemuda itu, ya kalau ceritanya itu di publikasikan, ya jadi bacaan halayak umum di jaringan apa pun, ya mengikuti perkembangan zaman gitu. Ada faktor-faktor yang membuat diri pemuda itu berpikir dua kali," kata Eko. 

"Jadi kalau di publikasikan cerita pemuda itu meneliti tentang pelayanan di kantor-kantor pemerintahan.....akan jadi masa lah ya Eko?!" kata Budi. 

"Kalau sifatnya kritik yang tajam, ya urusan sistem kerja pemerintahan ini dan itu, ya bisa jadi masalah sih," kata Eko. 

"Kritiknya....tajam sampai menjatuhkan pemimpin di kantor-kantor pemerintahan," kata Budi. 

"Maka itu. Pemuda itu berpikir dua kali dalam mempublikasikan hasil penelitiannya itu. Karena dampaknya bisa kena ke pemuda itu. Ya pemuda itu bisa di cariin orang-orang yang berkepentinganlah," kata Eko. 

"Iya juga ya. Bisa cariin orang yang berkepentingan, ya di tangkap dan di suruh untuk tidak mempublikasikan tulisan itu," kata Budi. 

"Kalau faktor lain sih, ya bisa saja mengangkat nama baik sih pemimpin-pemimpin di kantor-kantor pemerintahan. Ya pemuda itu pun dicariin juga sih, ya sama orang-orang berkepentingan lah," kata Eko. 

"Iya juga ya. Kalau faktornya dapat mengangkat nama, ya pencitraan. Ya pemuda itu di cariin sama orang kepentingan. Berarti pemimpin-pemimpin di kantor pemerintahan itu senang dari hasil kerjanya ini dan itu di nilai baik sih," kata Budi. 

"Apa lagi kalau urusan masih kaitan politik, ya nama baik, ya melambung tinggi banget gitu," kata Eko. 

"Iya juga. Kalau urusan kaitan politik, ya nama baik melambung tinggi lah. Karena di nilai dari kepuasaan masyarakat, ya tentang pemimpin-pemimpin di kantor-kantor pemerintahan yang mengatur anak buahnya dengan baik," kata Budi. 

"Kalau begitu. Lebih baik main catur saja!" kata Eko. 

"Nanti dulu main caturnya Eko. Aku mau nanya tentang pemuda itu meneliti ini dan itu di kantor-kantor di pemerintahan yang mana?!" kata Budi. 

"Ya pemerintahan di kota Bandar Lampung lah," kata Eko. 

"Di Bandar Lampung, ya aku kirain di Jakarta," kata Budi. 

"Orang kita tinggal di kota Bandar Lampung, ya ceritanya di Bandar Lampung lah!" kata Eko. 

"Ok lah....main catur!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas mejalah papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. 

"Eko. Kalau urusan Muktamar NU yang di adakan di Lampung, gimana tanggapan Eko?!" kata Budi. 

"Aku cuma lulusan SMA, ya aku bilang bagus saja!" kata Eko. 

"Ooooo bagus. Ok. Aku juga bilang bagus sih!" kata Budi. 

Budi dan Eko, ya main catur dengan baik deh, ya sambil menikmati minum kopi dan juga singkong goreng rasa keju yang enak banget gitu lie. 

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK