CAMPUR ADUK

Tuesday, January 1, 2019

BERJALAN KE BARAT WAKTU PAGI

Waktu aku berjalan ke barat di waktu pagi
matahari mengikuti dari belakang
aku berjalan mengikuti bayang-bayangku
sendiri
yang memanjang di depan
aku dan matahari tidak bertengkar
tentang siapa di antara kami yang telah
menciptakan bayang-bayang
aku dan bayang-bayang tidak bertengkar
tentang siapa di antara kami yang harus
berjalan di depan


Karya: Sapardi Djoko Damono

PANTUN JENAKA

Naik ke bukit beli lada
Lada sebiji dibelah tujuh
Apa sakitnya berbini janda
Anak tiri boleh disuruh

Ikan seriding menyeriding
Tiba di tulang enak juga
Elok berbini orang sumbing
Meski marah ketawa juga

Bunga langsat bunga inanga
Bunga mainan Paduka Malin
Orang miskin baru kaya
Bagai si butung baru bercicin

Heran sungguh zaman sekarang
Anak sudah tak kenal ibu
Cekur jerangau belum hilang
Hajatnya hendak berbini dahulu

TRAGEDI KESURUPAN MASSAL

Hari ini hari senin, pada sore hari aku dan teman-teman sedang dalam perjalanan pulang ke tenda masing-masing. Praktek lapangan hari ini sangat jauh, ditempuh dengan jalan kaki dari tenda ke tempat praktek sekitar 4 jam pulang-pergi. Nampak bukit-bukit yang indah mengelilingi perjalanan kami pulang, tetapi ada satu bukit yang membuat ku kagum dengan hamparan hijaunya pohon serta semak belukar, namun dibalik kekaguman itu tersimpan cerita mistis turun temurun dari masyarakat. Konon di daerah perbukitan ini ada 5 bukit yang terkenal yaitu Mandiangin, Pandamaran, Bukit Besar, Patra Bulu dan Pamaton. Bukit Pamaton tersebut merupakan kerajaan dari para makhluk halus yang sebenarnya adalah tempat pemukiman orang-orang kerajaan zaman dulu yang sudah meninggal. Seorang kakek tiba-tiba datang, saat kami tengah istirahat di bawah pohon lalu kakek tersebut bercerita kepada kami tentang bukit itu.

“Jika bukit Pamaton itu dilihat dengan mata batin maka kemegahan dan perkembangan zaman telah terjadi dan mengalahkan dunia nyata, mulai dari bangunan hingga kendaraan semuannya terbuat dari emas dan perak, tidak ada rakyat kerajaan yang hidupnya melarat” cerita sang kakek.

“Bukit itu merupakan kerajaan dari Sultan Adam (Pangeran Kalimantan Selatan) beliau semasa hidupnya sangat bijaksana dan adil, namun sampai sekarang makam dan peninggalan tidak ada yang ditemukan, hanya saja prasasti itu” tutur kakek tersebut, sambil menunjuk ke arah bukit itu.

Setelah lama bercengkrama dengan kakek tua itu, kami melanjutkan perjalanan karena matahari secara perlahan-lahan mulai tenggelam.

“Ayo sudah, kita cepat pulang, nanti sampai ke tenda kita mandi, terus makan, enggak tahan aku, dah lapar beudd..” kata ku, saraya melangkahkan kaki dengan cepat.
“Iya manda sebentar lagi kita sampai. Ehh.. tadi kita makan siang menunya nasi kuning kan?? Emang gag apa-apa ya? Setau ku kalau kita pergi jauh, apalagi ke hutan melewati bukit bawa nasi kuning itu gag boleh loh… Pamali kata orang dulu.. “ kata si Tina.

“Kata siapa?? Kalau setau ku tuh.. beras ketan bukan nasi kuning” timpal ku.

“Iya loh.. banyak orang daerah sini percaya kalau bawa nasi kuning terus kita jalan jauh apalagi ke hutan, nanti kita di ikutin sama mereka yang transparan itu” kata Linda, sambil nyengir.

“Udah deh, dah senja nih, enggak baik cerita begituan,, toh, kalau mereka ikut. Emang dampak dan pengaruh buat kita apa? Enggak ada kan? Toh. Kita tujuan kesini kan bukan untuk hura-hura, merusak alam, dan pesta. Kita kesini belajar, kita praktek lapangan dan enggak ngganggu mereka-mereka itu.. Positive thinking aja lah vroohhh… udah 19 tahun mahasiswa kehutanan lagi masak takut..” celoteh ku, sambil menepis ketakutan yang sejak tadi sudah merasakan hal-hal yang aneh, tetapi tak ku hiraukan.

Akhirnya dalam perjalanan pulang dan kembali ke tenda, kami semua berkumpul di tenda masing-masing, disini banyak sekali mahasiswa yang melaksanakan kegiatan praktek lapangan ada sekitar 50 mahasiswa, 10 assisten dosen dan 3 dosen pendamping. Meskipun umat manusia disini sangat banyak namun, kejadian-kejadian aneh terus terjadi. Dimulai dari kejadian pertama. Sekitar jam 17.30 saat kami hendak mandi dan menuju ke sungai belakang tenda para mahasiswi, tercium aroma sedap dan harum layaknya bau bunga dengan minyak atsiri.

“Baunya wangi? Apa ini? Nusuk banget harumnya..” celoteh Mumu.

“Mungkin bau buhannya (buhannya: artinya “teman-teman” dalam bahasa banjar) yang habis mandi.” Tutur ku.

“Jangan-jangan penunggu disini??” timpal Tari, dengan gaya nakut-nakutin rambutnya yang panjang di kedepankan semua.

“Apa-apa’an lu? Gag keren ah!!  Di datangin entar malam pas tidur, baru tahu rasa lu!!” kata ku, dengan perasaan kesal.

“Kata nenek ku sih, kalau bau harumnya kaya gini nih, berarti ada penunggu hutan yang mengijinkan kita mandi disini, tapi kalau baunya busuk, penunggunya marah sama kita, gitu.”, celoteh Yuni.

“Oh.. syukur deh, kalau di ijin’in,, ayok mandi keburu malam nanti” kata Mumu.

Saat kami mandi dengan teman-teman yang lain Mumu, Tari, Dewi, Dwi, Fahli, Yuni, Tina, Linda, Wayan, Tatik, dan 10 teman cewek yang lain, tiba-tiba si Mumu terperanjat dan mencerit seraya menunjuk kearah rimbunnya pepohonan.

“Lihat bro!! ada orang tuh!! Lagi ngintip kita!!”, pekik Mumu.

“Mana? mana? mana? orangnya?” kata teman-teman yang lain.

“Pakai baju putih.. kepalanya gundul. Pokoknya dari atas sampai bawah.. serba PUTIH!!!”, jerit Mumu, sambil memejamkan matanya.
“Gimana nih?? Udah deh cepat-cepat aja mandinya, kita ganti bajunya di tenda aja lah??” teriak Tatik, “AYOOKKK!!!”

Dengan santainya kami berlima, Aku, Mumu, Tari, Dewi dan Dwi masih mandi di sungai sambil mencuci pakaian kotor yang dikenakan pada waktu praktek, Mumu masih terlihat syok dan gemetaran, sedangkan aku masih emosi dan ingin menantang orang tersebut.

“WOOOYYYYY!! Sini ikam (ikam: artinya “kamu” dalam bahasa banjar), lawan aku sini nah!! Beraninnya kaya itu, ngintip doang?? Sini nah!! Berkelahi kah kita nah!! Aku gag takut eyy… AYO!!”, teriak ku dengan nada super tinggi (karena, aku terkenal tomboy dan bersuara keras).

“Ya Allah, gila banget sih kamu Nda??, udah Nda.. sabar. Kita pergi aja gih.. nanti kita bilang sama panitia dan dosen, bahwa ada orang yang ngintip kita.”, nasihat Tari mencoba menenangkan ku.

Aku dan keempat teman ku sudah selesai mandi dan mencuci, tiba-tiba bau busuk menyengat tercium oleh kami berlima, baunya seperti bau anyir dan amis sekali macam bau busuk. Dan angin mulai berhembus kencang diikuti langit berubah meredup dan gelap, tandanya waktu senja sudah lewat dan akan digantikan oleh malam hari. Disaat bersamaan kami melangkah pergi dari sungai itu, sekelompok laki-laki menyoroti kami dengan sinar senter.

“Kalian gak apa-apa kan??”, tanya Rahman ketuplak (Ketua Pelaksana).

“Allhamdulillah gag apa-apa kok”, timpal Dwi sambil menggandeng lengan Mumu yang masih kelihatan pucat.

“Tuh, tadi ada orang kurang ajar banget, untung kita mandi masih pakai baju”, kata ku dengan kesal.

“Ya, udah. Kami para mahasiswa akan menyusuri sekitar tenda para mahasiswi dan berjaga-jaga kalau ada apa-apa, sebaiknya kalian cepat-cepat ke tenda dan persiapan melaksanakan Isoma (Istirahat, Sholat dan Makan)”, perintah Rahman.

Ditenda kami diserbu pertanyaan oleh para teman-teman cewek yang lain, biasa cewek kan keepo kalau ada masalah sedikit pasti pengen tau. Sementara aku dan teman-teman ku yang baru datang berganti baju dan merapikan ranjang tidur kami. Aku menyuruh temanku Tari untuk menemani ku ke toilet yang ada di depan dekat kantin. Hanya berselang beberapa menit kemudian, setelah aku selesai dan keluar dari toilet. Tiba tiba, semua para mahasiswa laki-laki berhamburan menuju ke tenda para mahasiswi, sampai-sampai mereka yang sedang makan dikantin ditinggal begitu saja, karena jeritan-jeritan dan meronta-ronta para mahasiswi yang begitu kuat sampai kedepan pun terdengar.

“Ada apa Tar??”, Tanya ku.

“Enggak tau mbak, tapi anak-anak lakian pada kesana,, kayanya ada yang kesurupan mbak.” timpal Tari.

“HAH???, ayo kesana!!”, ajak ku, bergegas lari dan pergi tanpa membayar pemakaian toilet.

Situasi saat aku dan Tari datang, tampak begitu ribut dan ramai serta ditambah dengan erangan, rontaan, rintihan dan yang seramnya lagi ada yang ketawa-ketawa sambil menari. Aku melongo binggung, apa yang mesti aku perbuat?, semua teman ku ternyata kesurupan/kemasukan roh halus, hampir mahasiswi disini kerasukan. Hanya aku dan Tari yang tidak kesurupan. Aku hendak menolong teman-teman ku tapi apa daya, aku malah disuruh menjauh dan pergi sementara dari tenda agar tidak ikut kesurupan juga. Kami berdua berjalan menuju ke kantin, saat dikantin bertemulah dengan Mumu dan Linda, syukurlah mereka juga tidak apa-apa hanya saja mereka terlihat kaget dan menangis.

“Syukurlah, kalian enggak apa-apa, gimana tadi kok kayak gitu kejadiannya, aku tadi enggak tau, aku tadi ke toilet sama Tari”, tanya ku pada mereka.

“Aku tadi pas ganti baju, tiba-tiba dari tenda sebelah ada yang teriak, “Haahhh!! pergi dari sini kalian semua pergi!!! Kalian orang terpelajar tapi enggak ada yang punya etika. PERGI!!”, cerita Mumu sambil menirukan gaya suara teman kami yang kesurupan bernama Yuni.

“Nah! Pasti dari kita ini yang melakukan suatu kesalahan, sehingga para penunggu disini marah.”, timpal Tari.

“Aku dengar tadi kata Rahman, saat dia menyusuri sungai, disitu ada bekas pembalut dan celana dalam yang dibuang begitu saja tanpa dibersihkan”, kisah Linda sambil menangis.

Belum lama kami dikantin, tiba-tiba ada seorang laki-laki menghampiri kami, ternyata dia adalah kakak tingkat kami, namanya Indro. Dia kelihatan linglung dan menggerutu, entah apa yang dia ucapkan dimulutnya sambil komat-kamit. Lalu dia menghanpiri kami yang sedang duduk dikantin.

“Kalian adik-adik tingkat angkatan 2012 kan?”, sapanya.

“Iya kak, kakak darimana? kok pucat banget wajahnya kak?”, tanya Tari.

Tiba-tiba saja kami berlima dan para ibu-ibu yang memasak dikantin terkejut, sampai kami sama-sama menjerit dalam waktu bersamaan. Ternyata kak Indro, kesurupan juga. Dia berubah menjadi sesosok beringas dan kuat yang menghantam meja dan kursi serta makanan yang dihidangkannya pun ikut dibuang lalu di injaknya, dengan suara lantang dia berteriak dan mengumpat, aku juga tidak mengerti apa yang dia katakan. Mungkin karena aku orang jawa dan kak Indro orang banjar, aku sedikit mengerti bahasa banjar tapi tidak fasih. Dia berlari menuju meja dapur dimana tempat ibu-ibu itu masak, dia mengamuk tak tentu arah, dia meloncat-loncat, dia mengambil nasi kuning sisa tadi pagi, langsung melahapnya tahap terlebih dahulu dikunyah melainkan langsung ditelan saja.

Aku dan teman-teman lainnya meminta tolong, akhirnya ada temanku yang bisa menenangkan kak Indro dengan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an dan ayat kursi kak Indro pun tenang, tetapi masih saja dia tetap kesurupan. Setelah tenang dia meminta hal yang aneh-aneh. Dia meminta sesajen untuk kemudian dimakannya, kalau tidak dituruti permintaannya maka para anak buahnya jin serta yang lainnya akan dipanggil lagi untuk membuat kesurupan massal pada mahasiswi. Alhasil, kami para mahasiswa dan dosen tidak menurutinya karena itu perbuatan yang dilarang agama. Kami mampu melawan karena kami mempunyai agama yang kuat dan benar, setelah dipanggil para uzstad dan kiyai untuk membersihkan tempat dari hal-hal yang ghaib, suasana semua kembali tenang. Pak kiyai sempat menasihati kami, bahwa kami harus membersihkan sungai dari hal-hal yang kotor dan najis, serta jangan buang air kecil/besar sembarangan tanpa permisi karena sebenarnya kita hidup secara berdampingan. Terkadang pada pagi hari adalah kegiatan kita setelah senja dan beranjak malam itu adalah kegiatan mereka (makhluk ghaib).

Kata seorang juru kunci bukit Pamaton sempat bercerita,

“Kalau membawa nasi kuning atau makanan yang lainnya terlebih dahulu menawari orang yang tak terlihat sebelum kita makan, dengan cara melempar sejumput nasi kearah depan/samping kita”.

“Disini banyak sekali makhluk-makhluk yang menakutkan jika kalian mengganggu maka, mereka akan menampakkan dirinya, makhluk disini ada kuntilanak yang suka berdiri/duduk diatas ranting pohon yang besar sambil bernyanyi dan ketawa, sundel bolong ada di balik pohon besar dengan punggung berlubang yang dipenuhi ulat dan berbau busuk, pocong ada dibawah rumah panggung itu, matanya merah serta lingkaran mata yang hitam, wajahnya rusak dan ada bekas sayatannya, kuyang juga ada, tetapi hanya saja dia menampakkan waktu ada orang yang melahirkan di desa ini.”, tutur sang juru kunci, membuat kami diam dan ketakutan akibat kisahnya.

“Aku tau semua mereka itu, karena sebelumnya aku telah melihat dan sempat berbicara, tapi mereka selalu hilang saat ditanya, mungkin paman terlalu jelek jadi enggak mau di ajak ngobrol”, canda paman juru kunci, untuk memecah keadaan yang menakutkan.

Sesaat kami tertawa mendengar candaaan paman juru kunci, tetapi ada salah satu teman ku yang penasaran sekali, sehingga dia bertanya terus menerus.

“Paman?? Paman pernah ketemu mereka itu gimana paman ceritanya?,” tanya Rahman, yang sejak tadi memperhatikan betul kisah dari juru kunci tersebut.

“Pas waktu ngopi mas, dibawah pohon trembesi, ada yang ngomong, katanya begini “Paman, minta kopinya man, 1 gelas aja yang pahit!!”.. “waktu itu paman langsung melihat keatas, ternyata wujudnya sangat tidak wajar, hanya satu mata yang lebar-selebar meja makan dengan mulut yang berdarah, lalu paman mengedipkan mata, setelah itu makhluk tersebut berubah menjadi sesosok yang besar dan hitam, besarnya melebihi pohon trembesi mas, itu kayak genderuwo, terus paman baca ayat kursi, enggak lama genderuwo itu menghilang dan meninggalkan kepulan asap.” tutur paman juru kunci.

“Kira-kira tadi itu siapa yang merasuki teman-teman kami paman?? Soalnya banyak sekali teman-teman saya yang bilang, kalau ada anak kecil, nenek-nenek, dan orang yang berpakaian kerajaan.”, tanya Rahman lagi yang penasaran akan hal tersebut.

“Oh.. mereka itu ya rakyat-rakyat kerajaan saja, mungkin teman-teman mu yang kesurupan itu tidak sengaja menginjak atau membuang hal najis secara sembarangan tanpa ijin dulu”, jawab paman.

“Kalau, orang yang pakaian kerajaan itu siapa paman?, katanya temanku yang kesurupan ada seorang wanita cantik berpakaian serba kuning turun dari kereta kencana yang terbuat dari emas, rambutnya terurai panjang melebihi pinggangnya, kepalanya dihiasi mahkota.”, tanya Rahman lagi.

“Itu Ratu dari seluruh bukit ini, paman tidak bisa bercerita banyak, karena itu semua rahasia adat desa ini. Sebaiknya mulai dari sekarang kalian hati-hati, jangan membuang sampah dan hal yang najis lainnya, selain merusak ekosistem lingkungan hutan dan sungai ini juga mengganggu yang lainnya.” timpal paman juru kunci.

Di keheningan malam kami semua mengerti dan merasa bersalah apa yang telah kami lakukan, semua yang ada dimuka bumi ini adalah ciptaan sang pencipta, kita memang makhluk yang sempurna, maka dari itu jika ada kejadian hal-hal yang ghaib, ingatlah kepada sang pencipta bahwasannya mereka yang ghaib adalah ciptaan dari Tuhan yang maha besar. Selagi kita masih menjadi umat beragama, kita wajib ingat kepada Tuhan dan mengamalkan hal yang baik.


Karya Amanda Yuliana.

WANITA ITU

Termenung sendiri di tengah jeritan malam yang meronta di telinga.sosoknya selalu terbayang di kalbu.Wajahnya yang cantik,kulitnya putih dg tubuh anggun terbalut busana muslim."Yapto...",panggilku. Yapto menuju kearahku"semua sudah beres",tanyaku. Yapto mengganggukan kepalanya.

Kam beranjak dari bengkel menuju kerumah.Aku dan Yapto berjalan beriringan karena waktu sudah malam.Di tengah jalan ada sweeping.Kami pun terkesima,sebab saat itu Yapto tidak memakai helm.Aku lalu menyuruh Yapto Untuk memakai helmku dan pulang duluan.Sementara aku akan menunggu hingga sweeping selesai.Akhirnya setelah menunggu cukup lama,suasana sudah aman untuk aku pulang kerumah.Aku menstater motor dan melaju agak cepat karena sdh sangat malam.Aku berjalan di depan sebuah SD,seorang wanita melambaikan tangannya.

"Ada apa mbak", tanyaku.

"Antarkan saya" jawabnya.

"Kemana saja"

Terkejut mendengarnya seperti itu, aku memperhatikan wanita itu, cantik dan putih seperti bidadari yang turun dari langit pikirku.

"Maaf mbak kalau boleh tahu nama mbak siapa", selidikku.

Wanita itu hanya diam...dan setelah beberapa saat dia akhirnya bicara.

"Mas bisa antarkan saya ke jalan melati"

"Waduh maaf saya tidak tahu jalan itu", ucapku.

"Oh,kalau begitu turunkan saya di prempatan jalan",pintanya.

"Tapi mbak jam begini sdh tdk ada ojek", ucap kasihan melihat dia harus sendirian ditengah malam begini.

"Nggak apa-apa mas, saya bisa telpon teman saya" ucap wanita itu dg tangan kanan memegang pundak dan tangan kiri memegang pinggangku.

"Baiklah mbak"

Aku menurunkan wanita itu dan langsung tancap gas tanpa menoleh kebelakang.

Keesokan harinya, aku mencari informasi tentang wanita itu. Aku semakin heran karena tak ada satupun yang tahu kalau ada wanita yang tinggal di daerah itu.Menurut teman-teman di sekitar SD itu tak ada wanita yang tinggal,adanya duda tua yang anaknya laki-laki semua.Mendengar  penuturan mereka,aku lantas berfikir kalau tdk ada lalu wanita itu siapa...???

"Apa wanita itu cantik, putih dan berbusana muslim", tanya Yapto.

"Iya"

Yapto kemudian membenarkan tempat duduknya. "memang ada wanita yang tinggal di daerah itu tapi hanya orang tertentu saja yang bisa melihatnya", ucap Yapto dg menarik nafas.

"Jadi wanita itu..??"

"Ya sewaktu SD aku bersekolah di SD yang kau maksud. Waktu itu kami sedang bermain, guru masuk memperingatkan kami agar tidak berisik tapi kami tdk memperdulikankanya sampai pada akhirnya dia memunculkan dirinya".

"Maksudmu", gumamku gemetaran.

"SD itu bekas pemakaman jaman dulu yang di gusur".


Karya: Ayu Silondae

LUPA BACA DO'A SEBELUM TIDUR

Duuaaarrrrrr!!!

Terdengar suara petir menyambar memenuhi seisi ruangan kamarku, membuatku terus terjaga dari tidurku. Dinginnya udara malam masuk melewati celah dijendela, menusuk hingga ketulang rusukku. Kulihat jam sudah menunjukan pukul 12.00, susah tuk tidur. Kemudian aku bangkit dari meja belajarku dan berjalan menuju jendela dibelakangku. "Gelap sekali malam ini, apakah akan turun hujan" pikirku dalam hati.

Duuuaaarrrr!!!

Sekali lagi terdengar suara petir menyambar menimbulkan kilatan cahaya dibalik jendela. Sesat aku melamun, aku mendengar seperti suara pintu yang terbuka secara perlahan, aku menoleh kebelakang ternyata pintu lemari bajuku yang terbuka. "rupanya angin, bikin kaget saja!" Umpatku dalam hati.

Aku pun berjalan menuju pintu lemari yang terbuka, saat aku mencoba hendak menutup pintu samar-samar terdengar ada suara di balik baju-bajuku yang tergantung di dalam lemari. Rasa takut sekaligus penasaran seperti menghipnotisku utuk membuka satu persatu baju-bajuku,  secara perlahan aku mencoba membuka baju-bajuku mencari arah sumber dari suara tersebut, saat pada bajuku yang ketiga tiba-tiba.........

Meeeeoooooonnnggg!! Sontak aku kaget dan terjatuh ke belakang..

“Ternyata kucing....”

Nafasku tersengal-sengal terasa berat karena takut sekaligus kaget.

Aku berdiri dan menutup pintu lemari bajuku, kemudian aku menuju kamar mandi tuk memncuci muka. “Akhirnya seger kembali, dasar kucing sial!” umpatku dalam hati.

Saat aku keluar dari kamar mandi, aku melihat sosok perempuan sedang duduk di kursi meja belajarku seperti sedang menulis sesuatu. Aku tidak bisa melihat dengan jelas, karena lampu kamar memang sengaja aku matikan dan hanya lampu di tempat meja belajarku yang masih menyala.

“Kakak lagi ngapain dikamarku?” Tanyaku penuh keheranan.

Saat aku menyalakan lampu, sontak aku kaget karena sosok tadi tiba-tiba menghilang dari pandanganku. Panas dingin menjalar keseluruh tubuhku, saat aku merasakan ada seseorang di belakangku. Saat aku membalikan badan....

Arrrrrgggggghhhhhhhhhh, setan. Ada setan.! Teriaku sejadi-jadinya

“Rudi, rudi kamu tidur yah? Berangsur-angsur aku mendengar seseorang memanggil namaku. “Ibu paling gak suka kalau ada yang tidur saat perlajaran ibu”

Perlahan mataku terbuka, aku melihat sekelilingku orang-orang tertawa melihatku. Aku memegangi kepalaku yang agak pusing, perlahan kesadaranku pun pulih.

“ko aku berada dikelas....” aku mencoba berpikir tuk mencerna apa yang telah terjadi.

“Malah ngelamun, cepat kamu cuci muka kekamar mandi! Kata wanita di depanku yang kuketahui adalah guru matematikaku.

“Ahhhhh seger sekali, sialan ternyata hanya mimpi”

Selesai dari kamar mandi, aku bergegas kembali kekelas. Akhinya pelajaranpun berakhir dengan bunyi nya bel sekolah, para siswa berhamburan keluar kelas tuk langsung pulang kerumah. Namun tidak dengan ku yang kena hukuman harus membersihkan ruangan kelas sendiri karena tidur pada saat pelajaran tadi.

“Akhirnya selesai, sekarang hanya tinggal mengunci pintu dan bergegas pulang!

Saat aku dalam perjalanan pulang menuju, aku melihat pintu gudang terbuka. “perasaan tuh pintu udah di tutup deh!? Aku pun berjalan menuju pintu gudang yang terbuka, tiba-tiba aku mendengar ada orang menangis setelah ku lihat ternyata didalam ada siswi sedang menangis.

“Hey, kamu kenapa?” perlahan aku berjalan mendekati siswi tersebut.”Kenapa kamu menangis, digudang lagi, sekarang gudang mau saya tutup sebaiknya kamu pulang!”

Saat aku hendak mau memegang bahunya, dia berbalik menatapku. Darah yang mengalir, kulit yang terkelupas terlihat jelas di wajahnya. Dia menerkamku seolah-olah ingin memakanku.

Aarrrrrrgggghhhhhhh, tooolllloooonnnggg aaadddaa setaaaaaannnn..............

Tiba-tiba aku kaget saat cipratan air mengenai wajahku.

“Akhirnya kamu bangun juga, cepat nanti malah terlambat kesekolah liat tuh udah jam 6 pagi! Kata wanita tersebut sambil mencipratkan air lagi kewajahku. “Makannya kata ibu juga jangan begadang, bandel amat nih anak kalau dibilangin, sambil ngigou setan segala, makanya sebelum tidur tuh berdo’a dulu biar gak di ganggu setan!” ibuku terus saja ngomel tak henti-hentinya.

Masih bingung dengan apa yang telah terjadi, tiba-tiba kupingku di jewer.

“Cepetan mandi, malah bengong..”

“iya-iya, sakit tau bu!” gerutuku sambil mengelus-ngelus kupingku yang terasa panas.

Perlahan kesadaranku pulih saat air mengguyur tubuhku. Masih tidak percaya kalau ini bukan mimpi, aku coba mencubit pipiku sekali lagi.

“Awww, kalau sakit berarti bukan mimpi”

Akhirnya setelah kejadian itu aku selalu mebiasakan diri berdo’a agar tidak mimpi seram lagi.

Selesai.................


Karya: Oleh Uje

GETAH HIDUP

Takdirmu jelas bukan takdirku. Takdirku hanyalah kesunyian diriku yang tak ada satupun orang mengetahuinya. Mungkin ada beberapa orang yang bisa merasakan indahnya dunia ini namun Kehidupanku tak kunjung membaik, hari- hariku biasa saja. Orang-orang melihatku sebagai makhluk yang tak berjiwa, ku hanya dibuang dan diabaikan dalam dunia nyata. Mungkin akulah satu-satunya orang yang mempercayai bahwa suatu saat nanti pasti kita akan merasakan getah dari kehidupan ini. Semua kebaikan pasti berdampingan dengan keburukan yang menghampiri setiap individu. Hidupku ini membawaku sebuah pendapat bahwa setiap orang yang hidup memiliki pengikutnya yang beragam dan merekalah yang menentukan seberapa beruntunglah orang tersebut atau seberapa sial orang tersebut.

Aku pernah melihat seorang temanku diikuti oleh sosok besar sekali mungkin tingginya 20m. Sosok itu suka memberikan perlindungan ke dirinya, ia menjaga rumahnya, membunuh semua musuhnya, sampai membantu setiap kesulitannya. Walaupun ia adalah anak indigo tetapi ia tidak bisa merasakan kehadiraanya. Hanya orang tertentulah yang bisa melihatnya. Mungkin hanya akulah yang bisa melihatnya. Mungkin untuk mempercayai ini sangat sulit, dan beberapa orang akan memanggilku musyrik. Tetapi ku mengabaikannya. Setiap hari, ku berlaga biasa saja seperti orang-orang biasa. Berdiam diri mungkin pilihan yang tepat, karena dengan bertemu orang-orang ku bisa melihat sosok-sosok yang absurd yang mengikuti di belakangnya. Dahulu aku pernah melihat sesosok makhluk gaib berwarna merah dengan muka berlumuran darah. Sosok ini mengikuti ibu saya setiap hari. Tetapi sosok itu sudah hilang, tak ada lagi yang mengikuti ibuku selain seekor kucing yang setiap hari mengikutinya. Tak ada rasa takut yang menghampiriku setiap melihat ibuku. Diriku tak bisa berubah, hanya ada rasa takut di setiap hari-hariku.

Pengelihatan ajaibku bermula saat saya duduk dibangku SMP tepatnya kelas 9 SMP yaitu tahun 2001. SMP ku terletak di Jakarta Timur di daerah Lubang Buaya. Sekolah ku dikelilingi oleh pohon karet dan kononnya banyak sekali penampakan-penampakan yang sering menggangu sekolahku. Suatu hari di tengah jam isitirahat, saya dan Badhir bosan dan ingin mencoba hal-hal yang baru. Mungkin karena kita sudah memasuki remaja, kita ingin melakukan hal-hal yang aneh yang tidak membosankan.

“Woy bosan nih.” ujar Badhir.

“Ya udah mau ngapain sekarang,” ucap diriku.

“Terserahlah bosan kalau bisa ajak-ajak yang lain biar serulah,” lanjut diriku.

“Ya udah sana panggil yang lain,” ujar Badhir.

Tak lama kemudian 1 orang temanku datang.

“Oke gimana kalau kita main jalangkung, tapi jangan disekolah, mainnya ditengah hutan karet,” Ya udahlah kalau begitu.

“Ah gw gak ikut, takut, gw mau ke kelas aja. Ya udah lah sampai nanti Sigit, Badhir,” Ucap temanku.

“Takut loe, gak berani, ya udah nanti aja pas pulang sekolah biar greget, kalau bisa udah mau magrib,” Ujar diriku.

Setelah mengikuti pelajaran di sekolah diriku dan Badhir bertemu di depan gerbang sekolah. Ia membawa boneka Leak Bali yang ia temukan di kelasnya. Aku dan Badhir lekas menuju ke belakang sekolah dan berjalan sekitar 200 m dari sekolah. Keadaannya sangat sepi, hanya terdengar suara burung dan serangga-serangga. Konon di hutan ini banyak sekali sosok halus yang absurd dan aneh-aneh wujudnya. Ada yang bertubuh besar setingi 10 m dengan 2 tanduk tertusuk di kepalanya. Manusia berkepala macan, yang disebutnya oleh warga sekitar sebagai siluman, yang selalu mencari mangsa di hutan, Pocong, Kuntilanak, Genderuwo yang berbadan besar dan bongsor dengan taring. Terdapat makhluk yang berukuran sama dengan manusia yang memiliki muka datar dan diselimuti oleh darah, makhluk-makhluk ini hanya sebagian kecil dari makhluk-makhluk yang ada di hutan karet ini. Sesampainya ditengah-tengah hutan kita mulai menaruh boneka itu didepan kita dan selembar kertas dan pensil yang sudah diikat dengan Leak tersebut. Tanpa diduga si Badhir membawa HP nya dan ia langsung memutarkan lagu Lingsir Wengi yang katanya untuk memanggil Kuntilanak. Ia memutar lagu itu sampai habis. Setelah lagu itu selesai kita mulai memainkan jalangkungnya.

“Cepat nyanyi lagunya,” ujar Badhir.

Dengan serentak kami berdua menyanyikan lagu Jalangkung itu.

Jelangkung jelangsat

Di sini ada pesta

Pesta kecil-kecilan

Jelangkung jelangsat

Datang tidak diundang

Pergi tidak diantar

Setelah menyanyikan lagu itu Leak itu bergerak kesana kemari, kami pun memegangnya dengan sangat keras. Kami pun mulai menanyakan pertanyaan ke Leak tersebut yang sudah dirasuki oleh makhluk gaib.

“Assalammualaikum, kami disini tidak mau menggangu tapi kami hanya ingin berinteraksi dengan dunia kalian,” Ujar saya.

“Siapa nama anda,” ujar diriku.

Leak tersebut menulis dengan sendirinya lalu ia menulis namanya Silawarti. Tak sempat menanya banyak hantu ini merasuki Badhir. Aku pun panik tetapi berusaha untuk tenang. Lalu aku pun mulai menanyakan beberapa pertanyaan.

“Mengapa kamu bisa disini,” ucap diriku

Badhir menjawab dengan tubuh dirasuki “Aku dibunuh setelah diperkosa oleh lelaki jahanam yang tak tahu diri.”

Baru saja menanyakan pertanyaan kedua, makhluk gaib itu keluar dari Badhir. Badhir pun lemas tetapi masih sanggup untuk berdiri. Tiba-tiba Leak itu meledak.

“Gila!!!!! Meledak tuh Leak.”

Kita berdua lari ke arah sekolah, dan ditengah pelarian. Kami berdua dikelilingi oleh makhluk-makhluk gaib yang abstrak. Ada 5 Genduruwo disekitar kita dengan Pocong dan Kuntilanak. Mereka semua berbadan besar dengan dilumuri oleh darah. Genduruwo tersebut bermuka Leak, matanya melotot dengan taring menjulur keluar dan tanduk menusuk di kepalanya. Kami berdua panik dan tidak bisa apa-apa. Lalu kami berdua lari saja tanpa melihatnya, kami berdua mulai membaca doa yang kami ingat, semua doa yang kami ingat dibacakan satu per satu. Tetapi makhluk gaib tersebut tidak mau hilang. Kami pun dengan berpikiran kosong langusng berlari sekencang-kencangnya menuju gerbang sekolah. Sekitar 10 menit berlari kita sampai di sekolah dan bertemu dengan satpam sekolah.

“Sudah jam 5 sore, sana pulang cepat! Gerbang sudah mau ditutup!” suara lantang dari si satpam.

“Ia pak, kita akan keluar,” ujar Badhir.

“Badhir gw nginap dirumah loe dulu, dirmah gw gak ada orang semuanya pada ke luar kota dan gw ketakutan habis main jalangkung,” Ucap diriku.

“Oke nggak apa-apa, loe tidur dirumah gw aja sampai besok.”

Kami pun pulang menggunakan Kopaja ke arah Tebet. Sesampainya dirumah Badhir saya langsung tidur dan berusaha untuk melupakan semuanya yang sudah terjadi. Keesokan paginya diriku menjadi aneh, merasa berat di kepala dan kupaksakan diriku untuk bersekolah bersama Badhir. Sesampainya disekolah ku melihat gendurowo yang kulihat dihutan. Aku pun pingsan dan langsung dibawa ke klinik sekolah.

Setelah 1 jam tertidur aku pun bangun dengan kepala pusing dan berkunang-kunang.

“Ada apa Sigit,” ujar guruku.

“Tadi pagi waktu saya masuk ke gerbang sekolah, saya melihat genduruwo besar sekali dan menyeramkan.”

“Gak mungkin ada kan disini bersih, semua makhluk gaib sudah dihilangkan. Buktinya di kelas 7A ada anak indigo. Ia sering melihat hantu di belakang sekolah tapi ia tidak pernah melihat hantu di sekolah. Katanya hantunya tidak berani masuk ke lingkungan sekolah, hanya berani di hutan karet belakang sekolah kita,” ujar guruku.

Pada saat inilah aku percaya bahwa diriku bisa melihat hantu melebihi orang-orang indigo. Mungkin hanya khyalan, tetapi saya yakin ini sungguh benar terjadi kepada diriku. Ilmu yang melebihi orang-orang. Mungkin diriku yang sial, karena Badhir tidak kenapa-kenapa.

Mungkin ini sebuah getah yang menempel di diriku. Rasa penasaranku membawaku menemui malapetaka. Mungkin hanya diriku yang memiliki ilmu lebih dari indigo. Setelah beberapa tahun, saya muak dengan penglihatan ini saya berusaha untuk menghapus pengelihatan ini dengan cara apapun hingga akhirnya aku bertemu teman SMP ku Badhir, yang bersedia untuk menolongku.

“Dhir nanti ketemuan di rumah gw, gw mau ngomongin sesuatu sama loe.” diriku memberi pesan singkat ke Badhir.

“Ya udah jam 10 pagi, nanti gw bawain pak ustad yang katanya ahli dalam menghilangkan pengelihatan dunia lain.” balas Badhir.

“Ya sudah, semoga berhasil,” Ku membalas.

Setelah 2 jam menunggu Badhir pun datang dengan pak ustad.

“Assalamuaikum.”

“Waalaikumsalam, silakan duduk.”

“Iya makasih” jawab Badhir.

“Jadi apa keluhannya, katanya kamu bisa melihat makhluk gaib yang tidak semua orang bisa dan orang indigo bisa.”

“iya betul pak, bukan sekedar lihat saja, saya bisa merasakan sifat-sifat dari makhluk gaib tersebut dan pengaruh apa yang mereka bawa kepada pengikutnya”.

“Oh, dulu saya seperti kamu, saya memiliki ilmu melebihi orang indigo, persis seperti kamu. Dulu saya bisa merasakan dan melihatnya. Saya melihat setiap orang pasti ada yang mengikutinya, bisa jin baik atau jin jahat dan jin-jin tersebut bisa mempengaruhi hidup orang tersebut jika mereka tidak memiliki iman yang kuat. Jin-jin ini beragam-ragam ada yang abstrak, jahat, tinggi, besar, kecil hingga cantik. Jin-jin ini bisa berubah wujud dan terus mengikuti orang yang sama hingga mati. Jika orang tersebut mati, jin tersebut akan mengikuti orang yang lainnya. Hanya imanlah yang bisa menolongmu nak, Iman kepada Allah SWT. Dengan memperkuat iman kamu bisa menghilangkan penglihatan ke makhluk gaib.” Ujar pak ustad.

“Jadi saya harus bagaimana pak?” tanya diriku dengan rasa takut.

“Kau harus masuk pesantren di Bondowoso, seperti saya. Pesantren ini bukan sekedar pesantren biasa. Pesantren ini membawamu ke jalan yang lebih terang dan menghapus semua rasa takut yang ada di dirimu. Semua murid-murid di pesantren ini memiliki kasus yang sama sepertimu. Saya sarankan untuk pergi ke pesantren Al Nahdlatin di Bondowoso dan tinggal untuk 3 tahun. Kau harus meninggalkan semua kesibukan di Jakarta jika kau mau selamat. Karena jika dibiarkan begitu saja kau akan bisa melihat hal-hal yang lebih gila.” Tutur pak ustad.

“Oh begitu, kalau begini saya pikir-pikir dulu.”

Ya sudahlah saya mau pulang, karena masih ada urusan lagi,” ucap Badhir.

Pak ustad dan Badhir meninggalkan rumahku dan keadaan menjadi hening. Keputusan ada ditanganku apakah aku ingin menderita untuk seumur hidupku atau menderita selama tiga tahun meninggalkan semua kesibukan.

Seminggu setelah memikirkan baik-baik akhirnya ku membuat keputusan yaitu aku akan pergi ke Bondowoso dan melakukan semua ucapan pak ustad yang mengunjungiku seminggu yang lalu. Diriku merasa pesimis dan merasa tidak yakin dengan apa yang dikatakan pak Ustad.

Keesokan harinya aku bersiap-siap, memasukan semua bajuku untuk persedian tiga tahun kedepan karena di pagi hari aku akan berangkat. Saat magrib tiba ku berkunjung ke rumah Pak Ustad  yang memberikan penerangan ke diriku. Ku meminta restu agar selamat di jalan dan semua berjalan dengan lancar.

Pukul 3.00 WIB aku sudah ada di terminal Kampung Rambutan Ku menunggu bus jurusan Jakarta- Bondowoso. Dengan membayar Rp.75.000,- ku siap menempuh perjalanan selama 2 hari. Selama di bus ku hanya bisa membaca buku dan tidur.

Setelah 2 hari perjalanan akhirnya ku sampai di Bondowoso Ku mencari angkot berwarna hijau yang akan membawaku ke Pesantren Al Nahdlatin  dan dilanjutkan dengan menaiki ojek selama 2 jam. Setelah menaiki ojek ku turun dan berjalan selama setengah jam karena pesantren ini tidak bisa dilalui oleh kendaraan apapun. Sesampainya disana aku langsung disambut oleh pemilik Pesantren ini.

“Apakah kamu yang bernama Sigit?” Tanya Pak Amin.

“ Ya… betul..,.” dengan rasa tegang menjawab pertanyaannya.

“Ngomong-ngomong bapak tau nama saya dari mana?”

“Oh saya tau dari Ustad Paino yang di Jakarta. Katanya ia mau mengirimkan seseorang ke sini. Kamu bisa memanggilku dengan Pak Amin atau Ustad Amin.” ujar Pak Amin.

“Sekarang saya kasih kamu kamar, mungkin kamar ini tidak sebagus di Jakarta. Disini ada 30 santri seperti kamu, yang memiliki kasus yang sama seperti kamu. Disini kita Sholat berjamaah dan melakukan semua perintah Allah dengan benar, ikhlas dan berusaha menjauhi semua larangan-larangan Allah. Sekarang kamu istirahat dulu, nanti kita sholat Magrib berjamaah,” ucap Ustad Amin.

Senja pun tiba, Saya bergegas untuk pergi ke masjid. Di sana semua orang berkumpul dan melakukan sholat Magrib berjamaah. Tak disangka-sangka ku bertemu teman baru yang lebih tua dibandingkan saya. Seperti Ajiono, Ambar, Brata dan masih banyak yang lain. Kita mengobrol sampai adzan Isya berkumandang. Setelah saya melaksanakan sholat Isya  kita membaca Al-Quran selama 1 jam. Tiba-tiba mereka semua bergegas keluar masjid dan saya pun ikut keluar. Mereka semua bergegas menuju hutan dibelakang pesantren secara menyebar. Diriku panik dan akhirnya ku bertemu dengan Pak Amin.

“Pak ada apa ini?” ujar diriku dengan jantung berdebar.

“Nanti kamu akan seperti itu, ini merupakan pelatihan untuk kita semua yang bertujuan untuk menghilangkan pengelihatan kita terhadap hal-hal gaib. Mereka akan bersemedi ditengah-tengah hutan secara terpencar. Mereka harus pergi dari area pesantren minimal 2 KM. Disana mereka akan diam dan mencuci otaknya selama 3 jam. Mereka akan melakukannya untuk dua kali sehari 4 jam setelah subuh yang dimulai pada pukul 6.000 dan 3 jam setelah Isya yang dimulai pada pukul 20.00 sampai 23.00. Nanti kamu akan terbiasa dan lama kelamaan pengelihatanmu terhadap hal gaib akan pudar. Besok kita akan mulai kegiatannya.”

“Terima kasih atas penjelasannya,” ujar diriku.

“Sama-Sama.”       

Keesokan harinya ku bangun pukul 4.00 dan bergegas melaksanakan sholat Subuh. Setelah melakukan sholat subuh ku menghampiri Pak Amin.

“Sudah siap?” tanya Pak Amin.

“Siap pak,” dengan rasa tegang.

Kemudian ku dibawa oleh Pak Amin kedalam hutan tersebut. Baru saja menginjakan kaki di hutan tersebut ku langsung merasakan dan melihat hal-hal aneh dan gaib. Ku melihat seseorang tanpa kepala sedang berjalan kesana-kesini untuk mencari kepalanya. Saya melihat 10 kepala terbang kesana kemari tanpa arah. Terdapat ibu-ibu yang menjerit kesakitan. Jeritannya jelas terdengar sampai kedalam otak saya. Terdapat Siluman Macan dan Babi Ngepet yang sedang berjalan persis disebelahku. Ku melihat sebuah kerajaan yang sangat besar yang dijaga oleh 2 raksasa yang tingginya sekitar 30 m dengan taring keluar, mata melotot dan badan dilumuri oleh darah terutama dibagian tangannya. Ku bisa merasakan bahwa didalam kerajaan itu terdapat makhluk-makhluk yang lebih abstrak. Tetapi yang paling jelas terlihat adalah Kuntilanak berwarna merah sedang menunggu di pohon sebelahku. Kuntilanak ini memiliki lubang di punggungnya dengan tinggi 5m. Ku tidak bisa tahan dengan hal-hal disekitar ini. Bau amis yang melekat dan makhluk-makhluk gaib di hutan ini akan ku hadapi selama 3 tahun. Pak Amin memaksa ku untuk tetap tahan dan ia menyuruh ku duduk di depan raksasa itu. Ku berusaha tenang, Pak Amir hanya duduk disebelahku.

“Kosongkan pikirinmu, jangan rasakan, jangan ikuti perintah mereka. Kau adalah makhluk yang sempurna.” Pak Amin membisikanku.

“AHHHHHHH!” ku berteriak sangat kencang melepaskan semua rasa takut ku.

“Tidak apa-apa coba kosongkan pikiranmu,” kata Pak Amin.

Setelah berusaha untuk mengosongkan pikiran, dengan mata ditutup saya tidak merasakan apapun. Tidak sedikit apapun. Ku tak berani membuka mataku karena ku yakin pengelihatanku masih berjalan. Tiga jam tak berjalan dan tiba-tiba Pak Amin menyampariku.

“Sigit sudah selesai,” ujar Pak Amin.

“Cepat sekali ku tak merasakan apapun. Mungkin pertamanya saja ku merasakan ketakutan tetapi setelah mengosongkan pikiranku, diriku tak merasakan apapun.”

Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun ku tak berasa sudah 3 tahun sudah ada di pesantren ini. Hari demi hari pengelihatan ku semakin menurun, sekarang ku hanya bisa mendengar hal-hal gaib tetapi tidak bisa merasakannya dan melihatnya. Ku merasa berterima kasih kepada Pak Amin dan akhirnya ku memutuskan untuk pulang pada tanggal 27 September 2012, 5 hari sebelum Lebaran. Diriku sudah bersih dari noda-noda hal-hal gaib.

“Pak Amin besok saya akan pulang ke Jakarta. Saya merasakan manfaatnya sekarang saya sudah seperti orang biasa saja,” Ujar diriku.

“Sama-sama, saya juga berterima kasih kepada kamu. Tetapi saya mempunyai satu pesan untukmu,” ujar Pak Amin.

“Apa itu?”

“Sesampainya di Jakarta kamu harus pergi ketempat dimana kau bisa mendapatkan pengelihatanmu. Karena ku yakin pengelihatanmu bukan dari lahir. Kamu akan ketempat dimana kamu mendapatkan pengelihatanmu ini dan meminta maaf dengan membaca Ayat Kursi.”

“Kalau begitu saya akan laksanakan perintah anda,” ujar diriku.

Keesokan hari pun tiba, ku pamit ke semua santri yang ada di pesantren ini dan kepada Pak Amin. Ku menempuh perjalanan yang sama. Setelah 2 hari perjalanan, akhirnya ku sampai di Jakarta yang disambut oleh Badhir. Ku langsung pulang ke rumah dan menaruh barang-barang di rumah. Ku ajak Badhir ke tempat dimana kita bermain jalangkung dibelakang sekolah kita di Lubang Buaya. Walaupun sekolahnya sudah tiada ku mempunyai firasat bahwa hutan tersebut masih ada. Kita pun masuk kedalam hutan itu dan langsung membaca Ayat Kursi dan tiba-tiba diriku merasa lega. Semua beban di diriku keluar. Ku merasa bahwa diriku mempunyai jiwa yang baru dan hidup yang lebih baik.


Karya: M. Nibras Azza A

ASAL MULA RUMAH SIPUT

Dahulu kala, siput tidak membawa rumahnya kemana-mana. Pertama kali siput tinggal di sarang burung yang sudah ditinggalkan induk burung di atas pohon. Malam terasa hangat dan siang terasa sejuk karena daun-daun pohon merintangi sinar matahari yang jatuh tepat ke sarang tempat siput tinggal. Tetapi ketika musim hujan datang, daun-daun itu tidak bisa lagi menghalangi air hujan yang jatuh. Siput menjadi basah dan kedinginan terkena air hujan.

Kemudian siput pindah ke dalam lubang yang ada di batang pohon, Jika hari panas, siput terlindung dengan baik, bahkan jika hujan turun, siput tidak akan basah dan kedinginan. Sepertinya aku menemukan rumah yang cocok untukku, gumam siput dalam hati.

Tetapi di suatu hari yang cerah, datanglah burung pelatuk. Tok..tok…tok…burung pelatuk terus mematuk batang pohon tempat rumah siput, siput menjadi terganggu dan tidak bisa tidur. Dengan hati jengkel, siput turun dari lubang batang pohon dan mencari tempat tinggal selanjutnya. Siput menemukan sebuah lubang di tanah, kelihatannya hangat jika malam datang, pikir siput. Siput membersihkan lubang tersebut dan memutuskan untuk tinggal di dalamnya. Tetapi ketika malam datang, tikus-tikus datang menggali dari segala arah merusak rumah siput. Apa mau dikata, siput pergi meninggalkan lubang itu untuk mencari rumah baru.

Siput berjalan terus sampai di tepi pantai penuh dengan batu karang. Sela-sela batu karang dapat menjadi rumahku, siput bersorak senang. Aku bisa berlindung dari panas matahari dan hujan, tidak akan ada burung pelatuk yang akan mematuk batu karang ini, dan tikus-tikus tidak akan mampu menggali lubang menembus ke batu ini.

Siput pun dapat beristirahat dengan tenang, tetapi ketika air laut pasang dan naik sampai ke atas batu karang, siput ikut tersapu bersama dengan ombak. Sekali lagi siput harus pergi mencari rumah baru. Ketika berjalan meninggalkan pantai, siput menemukan sebuah cangkang kosong, bentuknya cantik dan sangat ringan. Karena lelah dan kedinginan, siput masuk ke dalam cangkang itu. Siput merasa hangat dan nyaman lalu tidur bergelung di dalamnya.

Ketika pagi datang, siput menyadari telah menemukan rumah yang terbaik baginya. Cangkang ini sangat cocok untuknya. Aku tidak perlu lagi cepat-cepat pulang jika hujan turun, aku tidak akan kepanas.

LAST SUMMER

Aku merasa aneh belakangan ini. Dia selalu saja menghantuiku. Tapi dia bukan hantu. Dia manusia, manusia yang seperti hantu untukku. Atau.. ahh lupakan saja!

Namaku Lindsey Anastasya, gadis berusia 21 tahun yang lahir di New York. Perlu diketahui bahwa aku sama sekali tidak memiliki keturunan ‘Bule’ sedikit pun. Hanya saja saat itu ayah dan ibuku sedang bekerja disana ketika aku lahir. Sekarang aku tinggal di Makassar bersama orangtuaku. Sudah 2 tahun kami di Makassar setelah bertahun-tahun kami tinggal di New York.

Ada sedikit yang mengganjal hatiku ketika akan pulang ke Makassar 2 tahun lalu. Begitu banyak yang aku tinggalkan di New York. Teman, sahabat, dan.. teman istimewa. Kenanganku disana sangat-sangat menyenangkan! Liburan musim panas terakhirku begitu berkesan. Bagaimana tidak? Teman istimewaku Zayn memberi kejutan yang luar biasa. Sebuah acara perpisahan ia siapkan khusus untukku. Garden Party yang diberi tema Last Summer For Lindsey. Kala itu senja menyingsing di Summer terakhirku. Meja-meja berhias kain berwarna putih tertata di atas rerumputan taman. Lampion bergantungan di setiap sudut bersama lampu-lampu kecil yang berkerlip. Aku terkesima melihat keindahannya di tengah senja Summer terakhirku. Namun, ada sesuatu yang aneh dari teman-teman yang datang. Mereka yang datang kompak mengenakan pakaian berwarna putih. Sedangkan, hanya Zayn dan aku yang mengenakan pakaian berwarna pink. Sebelumnya aku dipaksa oleh sahabatku Grace agar memakai pakaian pink. Tapi, bagaimana dengan Zayn? Tidakkah Zayn malu berpakaian pink?

“Zayn, don’t you shy to use pink shirt?” Tanyaku heran.

“No.” Jawabnya ringan.

Aku tertawa kecil melihatnya. Entah apa yang akan terjadi. Firasatku mengatakan bahwa akan ada sesuatu yang lebih spesial dari Zayn. Atau.. Ahh! Mungkin cuma firasatku saja. Alunan musik hip-hop mengajak semua yang ada di pesta untuk menggerakkan badan. Begitu pula denganku. Menari bersama menanti perpisahan di depan mata. Sedang asyik menari, Zayn menghampiriku. Ia menarik tanganku untuk ikut bersamanya menuju sebuah zona di tengah taman tempat pesta dirayakan. Love Zone yang dibuat dengan kelopak mawar merah yang membentuk hati. Zayn membawaku ke tengah-tengahnya. Sesaat, musik dan penerangan mati kecuali lampion. Woww! It’s a great moment! Zayn menggenggam tangan kananku lalu meletakkan tangan kiriku di pundaknya. Tiba-tiba alunan musik slow yang sangat romantis menyambut diriku dan Zayn untuk berdansa bersama. Sesekali aku menatap mata indahnya. Membuatku lupa bahwa aku akan meninggalkannya.

“Lindsey..” Bisik Zayn di telingaku.

“Yes?”

“You will leave me here, right?” Tanya Zayn.

“Yes, I am. But, are you never forget me?” Tanyaku balik.

“I think, I can’t remember to forget you. You always be mine and I am yours.”

Senyum manisku tersirat dengan jelas. Musik terus mengalun mengiringi dekapan Zayn padaku. Kupeluk erat lelaki tampan yang sedari tadi berdansa denganku. Menikmati setiap detik yang terasa begitu cepat berlalu. Sampai saat dimana sahabatku Grace menghampiriku membawa seikat bunga mawar merah. Pelukanku beralih pada Grace.

“I’ll miss you so much, Lindsey!” Ucap Grace seraya memberiku seikat mawar.

“Me too, Grace.”

Aku tidak suka ini! Air mataku berlinang menatap dua orang istimewa di hadapanku yang sesaat lagi akan kutinggalkan.

“Okay, ’cause this is our last time so.. Let’s have fun, baby!” Seruku menyeka air mata.

Setelah summer terakhirku di New York usai, aku kembali ke Indonesia. Aku menetap disini. Sayang sekali, setahun belakangan ini hatiku terasa galau. Bukan karena aku tidak pernah lagi bertemu dengan Zayn ataupun Grace. Terlebih karena aku mendapati Zayn dan Grace telah berpacaran setelah setahun kepergianku dari New York. Media sosial mereka berdua dipenuhi gambaran kebersamaan serta kemesraan mereka. Ditambah dengan kata-kata romantis yang setiap saat mereka posting bersamaan. Jelaslah aku marah kepada mereka berdua. Aku sempat mengirimi Zayn dan Grace pesan yang menyatakan kekecewaan dan kemarahanku. Tapi, tak pernah ada respon dari mereka. Itulah yang sampai sekarang membuatku dihantui oleh bayang-bayang Zayn. Aku tidak terima diperlakukan seperti itu. Aku tidak suka diikhianati, apalagi oleh sahabaatku sendiri yang jelas sudah mengetahui tentang isi hatiku. Aku juga tak habis pikir, untuk apa Garden Party yang mereka buat untukku? Bukankah seharusnya itu adalah ungkapan kecintaan mereka padaku? Entahlah. Yang pastinya, saat itu aku merasa senang. Dan sekarang? Summer terakhirku yang menyenangkan berubah menjadi Summer penuh kebohongan.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK