Aku merasa aneh belakangan ini. Dia selalu saja menghantuiku. Tapi dia bukan hantu. Dia manusia, manusia yang seperti hantu untukku. Atau.. ahh lupakan saja!
Namaku Lindsey Anastasya, gadis berusia 21 tahun yang lahir di New York. Perlu diketahui bahwa aku sama sekali tidak memiliki keturunan ‘Bule’ sedikit pun. Hanya saja saat itu ayah dan ibuku sedang bekerja disana ketika aku lahir. Sekarang aku tinggal di Makassar bersama orangtuaku. Sudah 2 tahun kami di Makassar setelah bertahun-tahun kami tinggal di New York.
Ada sedikit yang mengganjal hatiku ketika akan pulang ke Makassar 2 tahun lalu. Begitu banyak yang aku tinggalkan di New York. Teman, sahabat, dan.. teman istimewa. Kenanganku disana sangat-sangat menyenangkan! Liburan musim panas terakhirku begitu berkesan. Bagaimana tidak? Teman istimewaku Zayn memberi kejutan yang luar biasa. Sebuah acara perpisahan ia siapkan khusus untukku. Garden Party yang diberi tema Last Summer For Lindsey. Kala itu senja menyingsing di Summer terakhirku. Meja-meja berhias kain berwarna putih tertata di atas rerumputan taman. Lampion bergantungan di setiap sudut bersama lampu-lampu kecil yang berkerlip. Aku terkesima melihat keindahannya di tengah senja Summer terakhirku. Namun, ada sesuatu yang aneh dari teman-teman yang datang. Mereka yang datang kompak mengenakan pakaian berwarna putih. Sedangkan, hanya Zayn dan aku yang mengenakan pakaian berwarna pink. Sebelumnya aku dipaksa oleh sahabatku Grace agar memakai pakaian pink. Tapi, bagaimana dengan Zayn? Tidakkah Zayn malu berpakaian pink?
“Zayn, don’t you shy to use pink shirt?” Tanyaku heran.
“No.” Jawabnya ringan.
Aku tertawa kecil melihatnya. Entah apa yang akan terjadi. Firasatku mengatakan bahwa akan ada sesuatu yang lebih spesial dari Zayn. Atau.. Ahh! Mungkin cuma firasatku saja. Alunan musik hip-hop mengajak semua yang ada di pesta untuk menggerakkan badan. Begitu pula denganku. Menari bersama menanti perpisahan di depan mata. Sedang asyik menari, Zayn menghampiriku. Ia menarik tanganku untuk ikut bersamanya menuju sebuah zona di tengah taman tempat pesta dirayakan. Love Zone yang dibuat dengan kelopak mawar merah yang membentuk hati. Zayn membawaku ke tengah-tengahnya. Sesaat, musik dan penerangan mati kecuali lampion. Woww! It’s a great moment! Zayn menggenggam tangan kananku lalu meletakkan tangan kiriku di pundaknya. Tiba-tiba alunan musik slow yang sangat romantis menyambut diriku dan Zayn untuk berdansa bersama. Sesekali aku menatap mata indahnya. Membuatku lupa bahwa aku akan meninggalkannya.
“Lindsey..” Bisik Zayn di telingaku.
“Yes?”
“You will leave me here, right?” Tanya Zayn.
“Yes, I am. But, are you never forget me?” Tanyaku balik.
“I think, I can’t remember to forget you. You always be mine and I am yours.”
Senyum manisku tersirat dengan jelas. Musik terus mengalun mengiringi dekapan Zayn padaku. Kupeluk erat lelaki tampan yang sedari tadi berdansa denganku. Menikmati setiap detik yang terasa begitu cepat berlalu. Sampai saat dimana sahabatku Grace menghampiriku membawa seikat bunga mawar merah. Pelukanku beralih pada Grace.
“I’ll miss you so much, Lindsey!” Ucap Grace seraya memberiku seikat mawar.
“Me too, Grace.”
Aku tidak suka ini! Air mataku berlinang menatap dua orang istimewa di hadapanku yang sesaat lagi akan kutinggalkan.
“Okay, ’cause this is our last time so.. Let’s have fun, baby!” Seruku menyeka air mata.
Setelah summer terakhirku di New York usai, aku kembali ke Indonesia. Aku menetap disini. Sayang sekali, setahun belakangan ini hatiku terasa galau. Bukan karena aku tidak pernah lagi bertemu dengan Zayn ataupun Grace. Terlebih karena aku mendapati Zayn dan Grace telah berpacaran setelah setahun kepergianku dari New York. Media sosial mereka berdua dipenuhi gambaran kebersamaan serta kemesraan mereka. Ditambah dengan kata-kata romantis yang setiap saat mereka posting bersamaan. Jelaslah aku marah kepada mereka berdua. Aku sempat mengirimi Zayn dan Grace pesan yang menyatakan kekecewaan dan kemarahanku. Tapi, tak pernah ada respon dari mereka. Itulah yang sampai sekarang membuatku dihantui oleh bayang-bayang Zayn. Aku tidak terima diperlakukan seperti itu. Aku tidak suka diikhianati, apalagi oleh sahabaatku sendiri yang jelas sudah mengetahui tentang isi hatiku. Aku juga tak habis pikir, untuk apa Garden Party yang mereka buat untukku? Bukankah seharusnya itu adalah ungkapan kecintaan mereka padaku? Entahlah. Yang pastinya, saat itu aku merasa senang. Dan sekarang? Summer terakhirku yang menyenangkan berubah menjadi Summer penuh kebohongan.
Namaku Lindsey Anastasya, gadis berusia 21 tahun yang lahir di New York. Perlu diketahui bahwa aku sama sekali tidak memiliki keturunan ‘Bule’ sedikit pun. Hanya saja saat itu ayah dan ibuku sedang bekerja disana ketika aku lahir. Sekarang aku tinggal di Makassar bersama orangtuaku. Sudah 2 tahun kami di Makassar setelah bertahun-tahun kami tinggal di New York.
Ada sedikit yang mengganjal hatiku ketika akan pulang ke Makassar 2 tahun lalu. Begitu banyak yang aku tinggalkan di New York. Teman, sahabat, dan.. teman istimewa. Kenanganku disana sangat-sangat menyenangkan! Liburan musim panas terakhirku begitu berkesan. Bagaimana tidak? Teman istimewaku Zayn memberi kejutan yang luar biasa. Sebuah acara perpisahan ia siapkan khusus untukku. Garden Party yang diberi tema Last Summer For Lindsey. Kala itu senja menyingsing di Summer terakhirku. Meja-meja berhias kain berwarna putih tertata di atas rerumputan taman. Lampion bergantungan di setiap sudut bersama lampu-lampu kecil yang berkerlip. Aku terkesima melihat keindahannya di tengah senja Summer terakhirku. Namun, ada sesuatu yang aneh dari teman-teman yang datang. Mereka yang datang kompak mengenakan pakaian berwarna putih. Sedangkan, hanya Zayn dan aku yang mengenakan pakaian berwarna pink. Sebelumnya aku dipaksa oleh sahabatku Grace agar memakai pakaian pink. Tapi, bagaimana dengan Zayn? Tidakkah Zayn malu berpakaian pink?
“Zayn, don’t you shy to use pink shirt?” Tanyaku heran.
“No.” Jawabnya ringan.
Aku tertawa kecil melihatnya. Entah apa yang akan terjadi. Firasatku mengatakan bahwa akan ada sesuatu yang lebih spesial dari Zayn. Atau.. Ahh! Mungkin cuma firasatku saja. Alunan musik hip-hop mengajak semua yang ada di pesta untuk menggerakkan badan. Begitu pula denganku. Menari bersama menanti perpisahan di depan mata. Sedang asyik menari, Zayn menghampiriku. Ia menarik tanganku untuk ikut bersamanya menuju sebuah zona di tengah taman tempat pesta dirayakan. Love Zone yang dibuat dengan kelopak mawar merah yang membentuk hati. Zayn membawaku ke tengah-tengahnya. Sesaat, musik dan penerangan mati kecuali lampion. Woww! It’s a great moment! Zayn menggenggam tangan kananku lalu meletakkan tangan kiriku di pundaknya. Tiba-tiba alunan musik slow yang sangat romantis menyambut diriku dan Zayn untuk berdansa bersama. Sesekali aku menatap mata indahnya. Membuatku lupa bahwa aku akan meninggalkannya.
“Lindsey..” Bisik Zayn di telingaku.
“Yes?”
“You will leave me here, right?” Tanya Zayn.
“Yes, I am. But, are you never forget me?” Tanyaku balik.
“I think, I can’t remember to forget you. You always be mine and I am yours.”
Senyum manisku tersirat dengan jelas. Musik terus mengalun mengiringi dekapan Zayn padaku. Kupeluk erat lelaki tampan yang sedari tadi berdansa denganku. Menikmati setiap detik yang terasa begitu cepat berlalu. Sampai saat dimana sahabatku Grace menghampiriku membawa seikat bunga mawar merah. Pelukanku beralih pada Grace.
“I’ll miss you so much, Lindsey!” Ucap Grace seraya memberiku seikat mawar.
“Me too, Grace.”
Aku tidak suka ini! Air mataku berlinang menatap dua orang istimewa di hadapanku yang sesaat lagi akan kutinggalkan.
“Okay, ’cause this is our last time so.. Let’s have fun, baby!” Seruku menyeka air mata.
Setelah summer terakhirku di New York usai, aku kembali ke Indonesia. Aku menetap disini. Sayang sekali, setahun belakangan ini hatiku terasa galau. Bukan karena aku tidak pernah lagi bertemu dengan Zayn ataupun Grace. Terlebih karena aku mendapati Zayn dan Grace telah berpacaran setelah setahun kepergianku dari New York. Media sosial mereka berdua dipenuhi gambaran kebersamaan serta kemesraan mereka. Ditambah dengan kata-kata romantis yang setiap saat mereka posting bersamaan. Jelaslah aku marah kepada mereka berdua. Aku sempat mengirimi Zayn dan Grace pesan yang menyatakan kekecewaan dan kemarahanku. Tapi, tak pernah ada respon dari mereka. Itulah yang sampai sekarang membuatku dihantui oleh bayang-bayang Zayn. Aku tidak terima diperlakukan seperti itu. Aku tidak suka diikhianati, apalagi oleh sahabaatku sendiri yang jelas sudah mengetahui tentang isi hatiku. Aku juga tak habis pikir, untuk apa Garden Party yang mereka buat untukku? Bukankah seharusnya itu adalah ungkapan kecintaan mereka padaku? Entahlah. Yang pastinya, saat itu aku merasa senang. Dan sekarang? Summer terakhirku yang menyenangkan berubah menjadi Summer penuh kebohongan.
No comments:
Post a Comment