"Eko. Aku ada sebuah cerita. Ya aku ingin tanggapan Eko, ya tentang cerita aku ini," kata Budi.
"Ooooo tanggapan tentang cerita yang mau Budi cerita kan. Ok aku akan tanggapin dengan baik. Ya Budi silakan di ceritakan cerita itu!" kata Eko.
"Baiklah aku ceritakan. Ada seorang pemuda yang baik. Pemuda itu ke rumah Omnya, ya niat ya silaturahmi. Pemuda itu, ya ponakan dari Om itu, ya ngobrol dengan baik sama Om dan Tantenya. Sampai obrolannya Tante, ya mengarah urusan nikah sih. Pemuda itu sudah cukup umur sih, ya di suruh menikah gitu. Pemuda itu bicara seperti ini "Aku belum mendapatkan cewek yang ngertiin aku.", ya Tantenya mengerti omongan Pemuda itu, ya ponakannya itu sih, ya ada rasa kekecewaan juga sih Tantenya, ya begitu juga dengan Om-nya. Pemuda itu pun pulang ke rumahnya, ya rumah orang tuanya. Pemuda itu berpikir dengan omongannya dengan Tantenya itu. Pemuda itu merasa bersalah dengan omongan itu, ya maka itu pemuda itu pun mencari petunjuk dengan ibadahnya. Sampai suatu ketika. Pemuda itu pun melihat ulah cowok yang laganya di motor besar, ya tidak baik di jalan raya gitu. Pemuda itu pun melihat seorang wanita di dalam mobil, ya tingkahnya buruk, tapi pakaiannya berhijab. Pemuda itu pun berkata dalam hatinya "Allah telah mengabulkan doa ku dengan memberikan petunjuk dari perangainya manusia. Jadi omongan ku dengan Tante ku itu, ya tidak salah, ya melainkan benar. Aku yang memutuskan jalan hidup ku seperti apa yang aku jalan dengan baik. Karena masih banyak orang-orang, ya berpura ini dan itu untuk di nilai baik, ya padahal masih buruk". Pemuda itu terus menjalankan hidupnya dengan baik, ya dengan keputusannya itu. Jadi....begitulah ceritanya," kata Budi.
"Cerita yang bagus. Seperti biasanya sih....cewek, ya harus di mengerti dengan baik sama cowok. Ketika waktunya, ya cowok ingin di mengertin cewek juga. Tapi kenyataan, ya mendapatkan cewek yang baik, ya pengertian itu susah zaman ini, ya karena ada yang berpura-pura ini dan itu, ya demi di nilai baik. Bisa di ambil dari contoh cerita sinetron. Ya tentang seorang cowok miskin yang berpura-pura kaya, ya demi mendapatkan cewek kaya kan atau sebaliknya, ya cewek miskin yang berpura-pura kaya, ya ingin mendapatkan cowok kaya. Jadinya hidup penuh dengan tipu muslihat dalam urusan cinta," kata Eko.
"Memang hidup ini penuh dengan tipu muslihat. Kalau cerita kenyataan sih. Cowok berpenampilan rapih, ya layaknya seperti penampilan pegawai negeri atau pegawai swasta, ya ternyata penipu, ya tujuan berpenampilan rapih kan, ya berbaur dengan masyarakat, ya agar tidak ketahuan niat buruknya itu. Sampai polisi salah sangka pada seorang cowok yang penampilan gondrong, ya di kirain buruk karena penampilannya, ya ternyata cowok gondrong itu, ya baik dengan budi pekerti karena membimbing dengan baik dirinya, ya dengan pemahaman agama," kata Budi.
"Dunia kenyataan itu. Apa yang terlihat baik, ya ternyata buruk. Apa yang terlihat buruk, ya ternyata baik," kata Eko menegaskan omongan Budi.
"Ternyata memang susah mendapatkan cewek pengertian, ya Eko?!" kata Budi.
"Sebenarnya sih tidak susah mendapatkan cewek pengertian. Contohnya aku, ya mendapatkan cewek pengertian, ya Purnama," kata Eko.
"Iya deh Eko mendapatkan cewek pengertian, ya Purnama," kata Budi menegaskan omongan Eko.
"Semua itu berkat aku ibadah dengan baik. Allah mengabulkan doa ku, ya di dekat kan aku dengan jodoh ku yang baik Purnama. Ya Purnama, ya cewek yang baik dan juga ahli ibadah dengan baik," kata Eko.
"Kalau begitu, ya tidak perlu bahas lagi ah. Lebih baik main catur!" kata Budi.
"Ok...main catur!" kata Eko.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas mejalah papan catur. Budi dan Eko menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur. Keduanya, ya main catur dengan baiklah, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan lah.