CAMPUR ADUK

Saturday, June 26, 2021

LEGENDA SILUMAN ULAR PUTIH

Thania di beliin buku sama ibu dengan judul buku 'Legenda Siluman Ular Putih', ya senanglah perasaan Thania. Thania duduk di ruang tengah dengan baik. Buku di buka sama Thania dan segera di baca dengan baik.

Isi buku yang di baca Thania : 

Lu Dongbin, salah satu dari Delapan Dewa, menyamar sebagai pedagang tangyuan di satu jembatan rusak dekat Danau Barat di Hangzhou. Seorang anak lelaki bernama Xu Xian  membeli beberapa tangyuan dari Lu Dongbin tanpa mengetahui bahwa itu sebenarnya pil keabadian. Setelah memakannya, Xu Xian tidak merasa lapar selama tiga hari berikutnya jadi dia kembali bertanya kepada penjual tangyuan, mengapa hal itu bisa terjadi. Lu Dongbin tertawa dan membawa Xu Xian ke jembatan, di mana ia membalikkan tubuh Xu Xian dan menyebabkannya memuntahkan tangyuan ke danau.

Di danau, ada roh ular putih yang telah berlatih seni magis Tao. Dia memakan pil dan mendapatkan kekuatan sihir senilai 500 tahun. Karena itu, dia merasa berterima kasih kepada Xu Xian dan sejak saat itu nasib mereka menjadi saling terkait. Ada roh terrapin (atau kura-kura) lain yang juga berlatih di danau yang tidak berhasil mengonsumsi pil apa pun; dia sangat iri dengan ular putih. Suatu hari, ular putih melihat pengemis di jembatan yang telah menangkap ular hijau dan ingin mengambil empedu ular dan menjualnya.

Ular putih berubah menjadi wanita dan membeli ular hijau dari pengemis, sehingga menyelamatkan nyawa ular hijau. Ular hijau berterima kasih kepada ular putih dan dia menganggap ular putih sebagai kakak perempuan. Delapan belas tahun kemudian, selama Festival Qingming, ular putih dan hijau mengubah diri mereka menjadi dua wanita muda bernama Bai Suzhen (Ular Putih) dan Xiaoqing (Ular Hijau). Mereka bertemu Xu Xian di jembatan rusak di Hangzhou. Xu Xian meminjamkan payungnya kepada mereka karena hujan. Xu Xian dan Bai Suzhen secara bertahap jatuh cinta dan akhirnya menikah. Mereka pindah ke Zhenjiang, di mana mereka membuka toko obat.

Sementara itu, roh terrapin telah mengumpulkan kekuatan yang cukup untuk mengambil bentuk manusia, sehingga ia berubah menjadi seorang biksu Buddha yang disebut Fahai. Masih marah dengan Bai Suzhen, Fahai merencanakan untuk merusak hubungan Bai Suzhen dengan Xu Xian. Dia mendekati Xu Xian pada Festival Duanwu dan mengatakan kepadanya bahwa istrinya harus minum anggur asli, minuman beralkohol yang biasa dikonsumsi selama festival itu.

***

Thania menghentikan baca bukunya dan buku di taruh di meja. Thania ke dapur untuk mengambil minuman di kulkas. Thania minum air putih yang dingin gitu.

"Segernya," kata Thania.

Thania pun mengambil roti di dalam kulkas. Ibu memang menyiapkan makan kecil di dalam kulkas, ya stok saja gitu. Thania memakan roti dengan baik sampai habis dan minum air dinggin untuk menghilangkan rasa seretnya gitu. Thania kembali ke ruang tengah untuk melanjutkan baca bukunya.

Isi buku yang di baca Thania, ya lanjutannya :

Bai Suzhen tanpa curiga meminum anggur dan tiba-tiba keluar wujud aslinya sebagai ular putih besar. Xu Xian meninggal karena terkejut setelah melihat bahwa istrinya bukan manusia. Bai Suzhen dan Xiaoqing melakukan perjalanan ke Gunung Emei, di mana mereka mencuri ramuan ajaib untuk mengembalikan Xu Xian seumur hidup. Setelah hidup kembali, Xu Xian masih mempertahankan cintanya pada Bai Suzhen meskipun mengetahui wujud aslinya sebagai ular putih. Fahai mencoba untuk memisahkan mereka lagi dengan menangkap Xu Xian dan memenjarakannya di Kuil Jinshan.

Bai Suzhen dan Xiaoqing bertarung dengan Fahai untuk menyelamatkan Xu Xian. Selama pertempuran, Bai Suzhen menggunakan kekuatannya untuk membanjiri kuil, menyebabkan kerusakan dan menenggelamkan banyak orang tak berdosa. Namun, kekuatannya terbatas karena dia sudah mengandung anak Xu Xian, jadi dia gagal menyelamatkan suaminya. Xu Xian kemudian berhasil melarikan diri dari Kuil Jinshan dan bersatu kembali dengan istrinya di Hangzhou, tempat Bai Suzhen melahirkan putra mereka, Xu Mengjiao. Fahai melacak mereka, mengalahkan Bai Suzhen dan memenjarakannya di Pagoda Leifeng. Xiaoqing melarikan diri, bersumpah untuk membalas dendam.

Dua puluh tahun kemudian, Xu Mengjiao mendapatkan posisi Zhuangyuan (sarjana top) dalam ujian kekaisaran dan kembali ke rumah dengan penuh kemuliaan untuk mengunjungi orang tuanya. Pada saat yang sama, Xiaoqing, yang telah menghabiskan tahun-tahun berikutnya memperbaiki kekuatannya, pergi ke Kuil Jinshan untuk menghadapi Fahai dan mengalahkannya. Bai Suzhen dibebaskan dari Pagoda Leifeng dan dipersatukan kembali dengan suami dan putranya, sementara Fahai melarikan diri dan bersembunyi di dalam perut seekor kepiting. Ada yang mengatakan bahwa lemak internal kepiting berwarna oranye karena menyerupai warna pakaian Fahai.

***

Thania berhenti baca bukunya.

"Cerita yang bagus," kata Thania.

Thania membaca pesan moral yang di tulis di buku tersebut "Kita harus berjuang untuk orang-orang yang kita sayangi."

Thania menutup bukunya dengan baik. Thania beranjak dari duduknya di ruang tengah ke kamarnya untuk menaruh buku di rak buku. Setelah buku di taruh di rak buku. Thania keluar dari kamarnya dan ke dapur untuk membantu ibu memasak di dapur. 

FROZEN

Tasya ke kamar Mbak Wika untuk mengambil buku. Tasya mencari buku dengan baik di rak buku. Buku yang diinginkan Tasya ketemu.

"Aku ingin membaca buku ini. Frozen," kata Tasya.

Tasya keluar dari kamar Mbak Wika dengan membawa buku. Tasya ke ruang tengah dan duduk santai di sofa yang empuk gitu. Tasya membuka buku tersebut dan segera membacanya dengan baik.

Isi buku yang di baca Tasya : 

Saat Elsa dan Anna bermain dengan penuh kegembiraan. Elsa kehilangan kendali dan dia secara tidak sengaja memukul Anna dengan ledakan sihir es. Anna terluka parah. Orang tuanya pergi ke pegunungan kuno mencari bantuan. Seorang troll tua yang bijak memberi tahu mereka bahwa Anna bisa diselamatkan – dia beruntung dipukul di kepala dan tidak di dalam hati. Ketika tahun-tahun berlalu, Anna lupa tentang malam itu.
Untuk menjaga rahasia Elsa dari orang lain, orang tua mereka mengelilingi kastil dengan tembok dan tidak pernah membiarkan siapa pun masuk. Tetapi setiap kali Elsa memiliki perasaan yang kuat, sihir itu muncul dan sulit dikendalikan. Elsa tidak ingin menyakiti saudarinya lagi, jadi dia berhenti bermain dengan Anna. Itu membuat Anna sangat kesepian. Bahkan setelah orang tua mereka tersesat di lautan badai, saudari-saudari itu tidak menghabiskan waktu bersama.

Bertahun-tahun kemudian, sudah waktunya bagi Elsa untuk menjadi ratu Arendelle. Untuk hari itu, gerbang kastil dibuka. Ratusan orang menghadiri upacara penobatan. Elsa bekerja keras untuk menyembunyikan perasaan dan kekuatannya. Di pesta itu, Anna menari dengan Pangeran Hans yang tampan dari Southern Isles. Dia membuat jantungnya berdebar. Sepertinya mereka memiliki semua kesamaan, jadi mereka memutuskan untuk menikah.

Elsa berpikir pertunangan mereka adalah ide yang buruk. Anna tidak bisa mempercayainya dan mulai berdebat. Elsa mulai kehilangan kendali dan ketika dia berteriak, es melesat dari tangannya. Semua orang menatap Elsa dengan kaget. Sekarang semua Arendelle tahu rahasia Elsa. Dia panik dan melarikan diri ke pegunungan.

Anna merasa mengerikan. Kekuatan Elsa telah menciptakan badai musim dingin yang mengerikan di tengah musim panas. Dia meninggalkan Hans yang bertanggung jawab atas kerajaan dan berlari mengejar Elsa. Ketika Anna melaju melalui angin yang kencang, kudanya melemparkannya ke salju dan berlari kembali ke Arendelle.

Untungnya, dia bertemu seorang pemanen es bernama Kristoff dan rusa kutubnya, Sven. Bersama-sama mereka berangkat untuk mencari Elsa. Ketika mereka mendaki gunung, Anna dan Kristoff menemukan negeri ajaib musim dingin yang indah.

Mereka bertemu dengan manusia salju ajaib bernama Olaf. Olaf tahu di mana Elsa berada dan ingin membantu mereka membawa kembali musim panas. Sementara itu, Hans membantu orang-orang Arendelle. Ketika kuda Anna kembali ke kastil tanpa dia, Hans menoleh ke kerumunan dan meminta sukarelawan.

Kembali ke gunung, Olaf membawa Anna dan Kristoff ke sebuah istana es raksasa yang Elsa ciptakan dengan kekuatannya. Bahkan Kristoff pun terkesan. Di dalam, Anna memberi tahu Elsa tentang badai dahsyat di Adrendelle. Elsa khawatir dan tidak tahu cara mencairkan kota, dan dia pikir Anna dan Arendelle mungkin lebih baik tanpanya.

Anna ingin Elsa pulang, tetapi Elsa terlalu takut bahwa dia akan melukai lebih banyak orang. Ketika mereka berselisih, gelombang sihir es meledak dari tubuh Elsa dan memukul dada Anna. Anna tidak akan pergi tanpa saudara perempuannya. Elsa tahu apa yang harus dia lakukan. Dia menggunakan sihirnya untuk membuat manusia salju raksasa untuk mengusir Anna dan teman-temannya keluar dari istana.

Anna dan teman-temannya pergi dengan aman di bawah. Mereka telah melarikan diri dari manusia salju tetapi Anna khawatir karena rambutnya menjadi putih bersalju. Kristoff membawa Anna ke troll. Seorang troll memberi tahu mereka bahwa kecuali sihir Elsa dibalik, Anna akan membeku. Hanya tindakan cinta sejati yang bisa mencairkan hati yang beku.

Anna tahu dia mencintai Hans. Ketika dia mulai menggigil, Kristoff khawatir tentang dia. Hans dan tentaranya baru saja tiba di istana es dan menyerang Elsa. Mereka membawanya kembali ke Arendelle dan melemparkannya ke penjara bawah tanah. Ketika Anna tiba di Arendelle, dia meminta Hans untuk menyelamatkannya dengan ciuman. Namun Hans menolak karena dia hanya berpura-pura mencintai Anna.

Hans ingin mengambil alih Arendelle dengan menyingkirkan Anna dan Elsa. Hans meninggalkan Anna sendirian dan menggigil. Olaf menemukannya dan membantunya melakukan pemanasan tetapi Anna semakin lemah. Olaf melirik ke luar jendela dan melihat Kristoff berlari menuju kastil. Olaf berpikir baha Kristoff lah yang perlu dicium Anna. Pada saat yang sama Elsa telah melarikan diri dari ruang bawah tanah, tetapi Hans berada di belakangnya. Hans memberi tahu Elsa bahwa ledakan sihirnya mengenai jantung Anna.

Elsa sangat bersedih, dia pingsan di salju dan menutup matanya. Dia merasa semua yang dia lakukan untuk melindungi saudara perempuannya telah gagal. Anna bergegas menuju Kristoff tetapi saat itu dia melihat Hans telah menarik pedangnya untuk membunuh Elsa. Alih-alih menyelamatkan dirinya, Anna melompat melindungi Elsa dari pedang Hans. Hans mengayunkan pedangnya tetapi pedang itu hancur saat menghantam tubuh Anna yang beku.

Elsa memeluk adiknya. Tiba-tiba, Anna mulai mencair dan kedua saudara perempuan itu berpelukan. Ketika Olaf memperhatikan mereka, dia ingat apa yang dikatakan troll tua yang bijak itu, “Tindakan cinta sejati akan melelehkan hati yang beku.”

Cinta Anna untuk Elsa telah menyelamatkan mereka berdua dan Kerajaan. Kedua saudara perempuan itu adalah teman baik lagi dan musim panas telah kembali ke Arendelle. Elsa bahkan membuat Olaf menjadi awan salju kecil agar tidak mencair. Elsa memiliki kejutan untuk Anna, gerbang kastil terbuka lebar. Sekarang semuanya seperti yang seharusnya.

***

Tasya menghentikan baca bukunya.

"Cerita yang bagus banget," kata Tasya.

Tasya membaca pesan moral yang tertulis di buku tersebut "Cintailah dan lindungilah saudaramu. Merekalah yang akan membantumu disaat kamu kesusahan."

Tasya memahami pesan moral yang di tulis di buku tersebut. 

"Pintar yang membuat ceritanya," kata Tasya.

Tasya menutup bukunya dengan baik. Tasya berajak dari duduknya di ruang tengah ke kamar Mbak Wika. Tasya pun menaruh buku di meja belajar. Tasya teringat sesuatu "Aku berjanji main bersama Agnes."

Tasya keluar dari kamar Mbak Wika. Segera keluar dari rumah Tasya, ya ke rumah Agnes untuk main bersama. Wika telah menyelesaikan pekerjaannya, ya bantu ibu masak di dapur. Wika ke kamarnya untuk mengambil buku pendidikannya jenjang Universitas gitu. Wika melihat buku berjudul 'Frozen' di meja belajar.

"Tasya masuk ke kamar aku. Untuk membaca buku berjudul 'Frozen'. Cerita memang bagus, ya filmnya juga bagus. Pinter yang membuat cerita dan juga filmnya," kata Wika.

Wika pun mengambil buku di meja dan di taruh di rak buku dengan baik. Wika pun mengambil buku yang ingin ia baca di rak. Wika keluar dari kamarnya dan langsung ke ruang tengah. Duduk dengan baik di ruang tengah Wika segera membaca bukunya dengan baik.

KISAH LEILA DAN RATU MALAM

Meli yang selesai membantu ibu di dapur...biasa masak gitu. Meli ke ruang tengah untuk menonton Tv. Duduk Meli dan ingin mengambil remot di meja. Ternyata ada buku yang belum ia baca, ya padahal itu buku di pinjam dari Rara....teman baiknya Meli gitu. Meli mengambil buku tersebut dan membaca judul buku tersebut "Kisah Leila Dan Ratu Malam."

Meli membuka buku tersebut da segera di bacanya dengan baik banget.

Isi buku yang di baca Meli :

Suatu masa, di sebuah daerah pedesaan Turki yang dipenuhi oleh barisan rapi kebun-kebun anggur para petani, hiduplah seorang lelaki tua bersama tiga orang anak gadisnya. Dua anak pertamanya, si kembar Ayla dan Aylin.

“Tuan Aslan mempunyai putri-putri yang sangat cantik,” kata orang-orang desa di suatu pesta panen anggur.

“Lihatlah Ayla dan Aylin. Mereka berdua bagaikan dua kuntum bunga tulip merah yang segar. Masing-masing merupakan cermin kecantikan bagi yang lain. Mereka benar-benar mempunyai pesona kecantikan yang sama.”

“Dua gadis itu pastilah gadis tercantik di seluruh desa ini. Bahkan, di seluruh tanah Turki.”

Mendengar perkataan orang-orang tentang mereka, Ayla dan Aylin sangat senang. Mereka begitu bangga dengan kecantikan mereka dan berusaha merawatnya sebaik mungkin. Setiap hari yang mereka lakukan hanyalah mematut diri di cermin dan bersantai-santai.

“Pagi ini, kita akan berjalan-jalan ke kebun anggur sebelah barat,” ajak Ayla ketika menyisir rambut coklatnya yang panjang berkilau.

“Ya. Para penduduk di sebelah barat sudah lama tidak melihat kecantikan kita, bukan?” Aylin merapikan gaun kaftan sutranya yang lembut dan indah.

Setelah Ayla dan Aylin siap, mereka melangkah keluar rumah dan menyapa matahari. “Wahai, Sang Matahari yang bersinar, siapakah yang paling cantik di negeri ini?” Ayla dan Aylin mendongakkan kepala ke langit.

Dengan sinarnya yang hangat, Sang Matahari menjawab, “Aku cantik. Kalian juga cantik. Memang, Ayla dan Aylin yang tercantik di negeri ini.” Ayla dan Aylin tersenyum puas mendengar jawaban Sang Matahari.

Hingga suatu malam, pada pesta panen berikutnya, semua mata beralih kepada seorang gadis lain. Gadis itu adalah Leila, si putri bungsu. Kini, ia telah tumbuh menjadi seorang gadis remaja. Leila yang baik hati dan rajin membantu ayahnya di kebun anggur. Meski ia sering bekerja di kebun anggur bersama ayahnya, namun kecantikannya tidak berkurang sedikit pun. Bahkan, karena sifatnya yang rajin dan menyenangkan, para penduduk semakin kagum kepadanya.

“Hanya lewat satu musim panen dan tiba-tiba Leila muncul bagai rembulan purnama di malam kelabu,” bisik orang-orang itu.

“Dia pasti gadis tercantik di desa ini. Oh, tidak, bahkan di seluruh tanah Turki. Dia telah menenggelamkan sinar kecantikan Ayla dan Aylin,” komentar yang lain.

Hal tersebut membuat Ayla dan Aylin kecewa. Di pesta-pesta panen sebelumnya, mereka yang selalu mendapatkan pujian sebagai gadis tercantik. Kenapa sekarang Leila yang mendapatkannya?

Suatu pagi, Ayla dan Aylin mendongakkan kepala ke langit, mencari matahari terbit untuk bertanya, “Wahai Sang Matahari yang bersinar, siapakah gadis paling cantik di negeri ini?”

Sang Matahari menjawab sambil bersinar lembut, “Aku cantik. Kalian cantik. Tetapi, Leila lebih cantik. Kebaikan hatinya membuat Leila menjadi gadis tercantik di negeri ini.”

Jawaban Sang Matahari merebakkan rasa iri di hati Ayla dan Aylin. Mereka tidak suka jika Leila menyaingi keelokan paras mereka. Maka, dengan penuh dengki, mereka merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan Leila.

“Oh, Leila, adik kami tersayang. Maukah engkau ikut memetik beberapa tanaman obat di hutan? Ayah kita pasti akan senang jika kita membuat beberapa botol minuman tonik untuk kesehatannya,” ajak Ayla dan Aylin suatu hari.

Tanpa berpikir panjang, Leila pun menyetujuinya. “Tentu saja, kakak-kakakku. Apa pun akan aku lakukan untuk membuat ayah senang.”

Sesampai di tengah hutan, Ayla dan Aylin berkata, “Leila, Sayang. Carilah tanaman obat di sini. Sementara itu, kami akan memetiknya di sebelah sana. Tunggulah hingga kami datang menjemputmu. Kemudian, kita akan pulang bersama-sama.”

Leila sama sekali tidak menaruh curiga terhadap kakak-kakaknya itu. Jadi, ia percaya saja terhadap janji mereka. Namun, ketika matahari beranjak turun ke langit barat dan keranjangnya telah penuh dengan tanaman-tanaman obat, Ayla dan Aylin tidak kunjung menjemputnya. Matahari akhirnya benar-benar tenggelam dan Leila tertinggal sendirian di dalam hutan yang asing dan gelap.

“Oh, kakak-kakakku tersayang! Kemanakah kalian? Jemputlah aku!” Leila berbisik dalam rasa takut. Ia melihat sekelilingnya. Ranting-ranting pepohonan yang kurus menjulur ke arahnya, seperti jemari penyihir yang hendak mencengkeramnya. Angin dingin yang berhembus, menambah rasa takutnya. Tubuh Leila menggigil. Ia pun menangis tersedu-sedu di atas batang pohon tua yang telah tumbang.

Tiba-tiba, seberkas sinar meluncur turun dari langit malam, mendarat di dekat Leila. Dari sinar itu tampak sebuah kereta tanpa kuda yang berkilauan oleh taburan bintang-bintang. Tiba-tiba seorang wanita anggun nan berwibawa, memakai jubah hitam gemerlap dan mahkota mutiara hitam turun dari kereta.

”Gadis yang malang, mengapa engkau menangis sendirian di tengah hutan?” Suara lembut wanita itu memecah keheningan.

“Anda siapa?” tanya Leila penuh ketakjuban melihat wanita di depannya.

“Aku, Sang Ratu Malam,” jawab wanita itu.

Leila sangat terkejut mendengar jawaban itu. Rasa takutnya kian membesar.

“Jangan takut, anakku. Aku tidak akan menyakitimu. Apa yang sedang menimpa dirimu?” Ratu Malam membelai rambut Leila dengan halus. Membuat Leila teringat ibunya yang telah meninggal. Ibu yang sangat ia rindukan.

“Oh, Ratu Malam yang lembut hati. Kakak-kakak yang kusayangi meninggalkanku sendirian di hutan ini. Jika aku tidak kembali ke rumah, siapa yang akan membantu ayahku?” ucap Leila sedih.

Terpesona oleh kecantikan dan kebaikan hati Leila, Ratu Malam berkata, “Jika kau kembali ke rumah, aku khawatir, kakak-kakakmu akan melakukan sesuatu yang lebih buruk. Lebih baik, kau tinggal di istanaku. Aku akan merawatmu seperti putriku sendiri.”

Leila menuruti ajakan Ratu Malam. Sejak malam itu, ia tinggal di istana Ratu Malam yang terletak di balik barisan awan-awan kelabu, berhiaskan bintang-bintang dan bulan purnama. Leila hidup dengan bahagia, penuh kasih sayang dari Ratu Malam, tanpa pernah kekurangan apa pun.

Tetapi, kisah ini belum berakhir. Bagaimana dengan Ayla dan Aylin? Setelah merasa berhasil menyingkirkan adiknya di hutan, mereka bertanya lagi kepada Sang Matahari.

“Wahai yang menyinari bumi, yang selalu bepergian mengelilingi dunia. Katakan pada kami, Sang Matahari, siapakah kini gadis tercantik di tanah Turki?”

Sang Matahari menjawab sambil bersinar lembut, “Aku cantik. Kalian juga cantik. Tetapi, Leila lebih cantik. Kebaikan hatinya membuat Leila menjadi gadis tercantik di negeri ini.”

Ayla dan Aylin kaget mendengar jawaban Sang Matahari. “Tidak mungkin, kau pasti salah menilai. Adik kami, Leila, telah meninggal di tengah hutan. Tidak mungkin ada manusia yang dapat bertahan hidup di tengah hutan. Nasibnya pasti telah berakhir karena kelaparan atau masuk ke dalam perut binatang buas.”

“Leila masih hidup. Bahagia bersama Sang Ratu Malam,” jawab Sang Matahari.

Kedengkian semakin tumbuh berlipat ganda dalam hati Ayla dan Aylin. Mereka pun menemui seorang wanita penyihir untuk menemukan letak istana Ratu Malam dan membuat rencana untuk menyingkirkan Leila.

“Tolong, katakan pada kami, di mana istana Ratu Malam berada. Kami akan membayarmu dengan uang yang sangat banyak,” kata Ayla dan Aylin kepada Wanita Penyihir.

“Hmmm….” Wanita Penyihir menggeram pelan, melemparkan beberapa jenis wewangian ke dalam tempat dupa yang terbuat dari emas. Asap segera mengepul keluar. Bau harum yang ganjil menyebar ke seluruh ruangan, menyesakkan pernapasan.

“Bacalah mantra ini dan pejamkan mata kalian. Dalam hitungan kelima, kalian akan sampai di depan istana Sang Ratu Malam. Datanglah pada malam hari, ketika Sang Ratu Malam sedang berada di luar istana,” perintah Wanita Penyihir.

“Akan tetapi, dengan cara apakah kami harus melenyapkan adik kami, Leila?” tanya Ayla.

Wanita penyihir itu terkekeh, mengeluarkan suara melengking yang aneh. “Wahai gadis-gadis berhati hitam, cara paling cepat adalah dengan memberinya selembar syal yang telah dibubuhi racun.”

Ayla dan Aylin tersenyum jahat kepada satu sama lain. Mereka menyetujui saran si penyihir wanita. “Baiklah, ajari kami mengucap mantra dan berikan syal itu.” Angan-angan menjadi yang tercantik sudah semakin nyata di depan mata.

Beberapa hari kemudian, mereka berdua merapalkan mantra pemberian si penyihir wanita di saat Ratu Malam tak ada di istana. Bwuuss! Asap hitam pekat menyelimuti Ayla dan Aylin, membawa mereka ke istana Ratu Malam dengan cara yang ajaib. Dalam lima hitungan, mereka telah sampai di depan gerbang yang tinggi, besar, dan berwarna hitam.

“Wahai penjaga pintu gerbang istana Ratu Malam yang mulia! Bisakah kami bertemu dengan adik kami tersayang, Leila?” seru mereka berdua.

Saat itu, Leila sedang tekun menyulam di atas kursi panjang yang empuk. Begitu mendengar suara kedua kakaknya, ia segera melongok ke luar jendela istana.

“Oh! Kakak-kakakku tersayang!” seru Leila gembira. Ia tidak menyangka mendapatkan kunjungan dari kedua kakaknya. Meski dulu Ayla dan Aylin pernah meninggalkannya sendirian di hutan, namun Leila tetap menyayangi kedua saudaranya itu. “Penjaga, tolong biarkan mereka masuk,” pinta Leila.

Penjaga gerbang istana segera membuka gerbang dan membiarkan Ayla dan Aylin masuk menemui Leila. Tiga saudara itu berpelukan erat.

“Maafkan kami, Leila. Kami telah meninggalkanmu sendirian di tengah hutan. Waktu itu, kami tersesat saat ingin menjemputmu. Ketika kami sampai di tempatmu, kau telah menghilang. Kami sangat sedih dan mengkhawatirkanmu.” Ayla dan Aylin pura-pura khawatir.

“Iya, tentu saja aku maafkan. Kalian adalah kakak-kakakku tersayang. Jangan khawatir, Ratu Malam sangat baik kepadaku. Bagaimanakah kabar Ayah? Aku sangat merindukannya,” tanya Leila.

“Ayah kita telah meninggal, Leila,” kata Ayla dan Aylin bersamaan. Leila terkejut mendengar pemberitahuan kedua kakaknya. Dia pun menangis karena merasa kehilangan dan menyesal, tidak bisa bertemu dengannya lagi.

Setelah Leila cukup tenang, ketiga saudara itu bercakap-cakap cukup lama sebelum berpamitan pulang.

“Leila, Sayang. Hapuslah jangan sedih lagi. Pakailah syal ini supaya kau selalu mengingat bahwa kami menyayangimu,” kata Ayla.

Aylin segera menyambar syal itu dan segera melingkarkannya di leher Leila, “Biar aku pakaikan,” katanya.

“Terima kasih, kakak-kakakku!” seru Leila bahagia.

Tak berapa lama setelah kedua kakaknya pulang, Leila kembali menyulam di atas kursi panjang. Tetapi, keanehan mulai terjadi, badan Leila terasa lemas, dan kemudian limbung, hingga jatuh terkulai di atas kursi. Racun dari syal pemberian si penyihir telah bekerja!

“Oh! Putriku yang malang!” seru Ratu Malam, ketika pulang ke istana dan menemukan Leila tak sadarkan diri. Ia segera mencari tahu penyebabnya. Saat melihat syal yang melingkar di leher Leila, Ratu Malam segera melepasnya. Ia tahu jika syal itu beracun.

Setelah Leila pulih dan menceritakan kejadian yang dialaminya, Ratu Malam berkata, “Kakak-kakakmu sangat baik mau berkunjung kemari. Tetapi, sepertinya mereka memasang syal ini terlalu rapat, hingga membuatmu pingsan.”

Ratu Malam tidak tega untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Ia khawatir hal itu akan menyakiti hati Leila. Tetapi, ia berpesan kepada para penjaganya untuk tidak membiarkan siapa pun masuk selama dirinya pergi.

Ketika Ayla dan Aylin mebgetahui jika rencana mereka gagal, mereka segera mencari cara lain. Kali ini, mereka membawa sekeranjang manisan buah plum beracun untuk Leila.

“Oh, kakak-kakakku tersayang! Pintu gerbang tidak boleh dibuka selama Ratu Malam pergi. Apa yang harus aku lakukan?” tanya Leila dari jendelanya yang berada tinggi di atas.

“Turunkanlah seutas tali, Leila! Supaya kami bisa mengikatkannya pada keranjang ini, dan kau bisa menariknya ke atas,” saran Ayla dan Aylin.

Leila segera menuruti perintah kakanya. Keranjang berisi manisan buah plum itu pun diterima Leila dengan senang hati. Saat ia memakan satu buah plum, racunnya mulai bekerja. Leila jatuh tak sadarkan diri. Tubuhnya dingin dan kaku seperti orang yang sudah meninggal. Namun, wajahnya tetap berseri bagaikan bunga tulip merah yang merekah.

Ratu Malam sangat sedih kehilangan Leila. Ia mengutus seorang pengrajin istana membuat sebuah peti perak yang berukiran indah untuk menyimpan tubuh Leila. Seekor kuda putih tercantik yang ada di istana dipasang di bagian depan peti. Kuda itu dibiarkan lepas bebas membawa tubuh Leila dalam peti, kemanapun binatang itu suka.

Beberapa hari kemudian, kuda itu ditemukan oleh seorang Sultan Muda yang sedang berburu di hutan. Dibukanya peti di belakang binatang tersebut. Sang Sultan Muda menemukan seorang putri yang sangat cantik di dalamnya. Wajahnya seolah masih hidup dan menyinarkan kecantikan yang memesona.

“Aku akan membawa kuda dan peti ini ke istanaku,” pikir Sultan Muda yang terpikat pada kecantikan Leila.

Sejak menemukan Leila, Sultan Muda tidak lagi tertarik melakukan apa pun yang biasa ia lakukan. Ia tidak lagi tertarik berburu, tidak tertarik dengan masakan lezat koki istana, bahkan ia sering merenung. Satu-satunya hal yang sering ia lakukan adalah memandangi Leila yang berada di dalam peti perak.

“Sungguh sayang, gadis cantik ini telah meninggal. Jika tidak, aku akan menjadikannya sebagai permaisuriku,” gumam Sang Sultan Muda.

Ibu Suri diam-diam mengetahui hal tersebut. Ketika Sultan Muda sedang tidak berada di dekat peti itu, beliau memegang tubuh Leila dan mengguncang-guncangkannya, seraya berkata, “Oh, putri yang malang! Bangunlah! Bangunlah!”

Seketika itu juga, manisan plum beracun yang berada dalam mulut Leila terlompat keluar. Leila pun membuka matanya dan hidup kembali. Selang beberapa waktu kemudian, ia menikah dengan Sang Sultan Muda dan melahirkan seorang bayi laki-laki.

Seluruh kerajaan bergembira menyambut kelahiran sang putra mahkota. Kabar itu juga terdengar oleh Ayla dan Aylin. Mereka tidak menyangka jika Leila berhasil selamat lagi dari kematian. Rasa iri dengki yang telah menguasai dua gadis itu membuat mereka kembali merencanakan kejahatan. Mereka menyamar menjadi pengasuh bayi untuk sang putra mahkota. Ketika Leila sedang tidur, mereka mendekatinya dan menusukkan sebuah peniti bermantra jahat di kepalanya. Mantra jahat itu mengubah Leila menjadi seekor burung yang indah.

“Huss! Pergi kau burung pembawa sial!” usir Ayla dan Aylin.

Leila yang telah berubah menjadi burung merasa terluka oleh perbuatan kedua kakaknya itu. Ia pun terbang menjauh dari istana.

“Permaisuriku, mengapa engkau tampak berbeda?” tanya Sultan Muda yang datang menjenguk.

Ayla yang sedang menyamar menjadi Leila, berkata, “Oh, Sultan. Ini pasti karena aku terlalu lelah melahirkan dan merawat Putra Mahkota.”

Sultan Muda tahu bahwa wanita muda itu bukan permaisurinya. Dalam diamnya, ia berencana untuk membongkar rahasia di balik penipuan itu. Suatu hari, seekor burung yang sangat indah bertengger pada dahan rendah salah satu pohon di taman istana.

“Katakan padaku, Yang Mulia. Apakah engkau, Ibu Suri, dan Putra Mahkota bisa tidur nyenyak?” tanya burung itu kepada Sultan Muda.

Sultan Muda terkejut melihat burung cantik itu bisa berbicara layaknya manusia. “Ya, kami semua bisa tidur dengan nyenyak,” jawabnya.

Aku senang mendengarnya. Tetapi, aku sangat sedih melihat Permaisuri itu tinggal bersama kalian,” ucap Sang Burung. Selesai berbicara demikian, ia terbang mengelilingi taman istana. Namun, semua tanaman yang dilewatinya menjadi layu, dan tanahnya yang subur menjadi pasir tandus.

Sultan Muda keheranan melihat hal itu. Ketika burung itu akhirnya hinggap di lengannya, Sultan Muda melihat sebuah peniti menancap pada kepala burung itu. Ia pun mencabut peniti itu karena merasa kasihan. Seiring dengan tercabutnya peniti itu, burung itu berubah menjadi Leila, permaisurinya yang telah hilang.

“Siapakah yang melakukan perbuatan jahat ini kepadamu, Permaisuri?” tanya Sultan Muda prihatin.

“Gadis yang sekarang menyamar menjadi aku dan seorang lagi menyamar menjadi pengasuh Putra Mahkota. Mereka berdua adalah kakak-kakakku.” Leila pun menceritakan semua yang dialaminya dari awal. Sultan Muda geram mendengar penuturan Leila. Ia memutuskan untuk menghukum Ayla dan Aylin.

Ketika matahari telah tenggelam, Ayla dan Aylin dibawa ke tempat pelaksanaan hukuman.

“Ampuni kami, Yang Mulia! Ampuni kami, Leila! Kami tidak akan berbuat jahat lagi. Tolong jangan jatuhkan hukuman berat kepada kami. Bukankah, kami berdua adalah kakak-kakakmu tersayang?” seru Ayla dan Aylin ketakutan.

Leila yang berhati lembut tidak tega menyaksikan kakak-kakaknya dihukum. Meski mereka sering berlaku jahatnya terhadap dirinya, Leila tetap menyayangi mereka.

“Yang Mulia, tolong batalkan hukuman ini. Demi saya,” pinta Leila.

Tetapi, Sultan Muda tetap pada keputusannya, “Tidak. Kejahatan tetaplah kejahatan. Hukum harus ditegakkan supaya keadilan tetap berdiri di atas kejahatan.”

Leila menangis sedih, “Oh, Ratu Malam. Seandainya engkau bisa datang ke sini. Tolong, hiburlah putri angkatmu yang sedang berduka ini…”

Seperti dulu ketika Leila menangis sendirian di tengah hutan, Ratu Malam yang kebetulan lewat di atas langit kerajaan, segera turun ke bumi. Kereta tanpa kudanya yang berkilauan bertaburan bintang-bintang, berhenti di sana.

“Tahan, Sultan Muda yang bijaksana. Aku adalah Ratu Malam, ibu angkat dari permaisurimu. Bersediakah engkau mendengarkan nasihatku? Berikanlah dua pilihan yang bijak sebagai hukuman kedua wanita jahat ini.”

Sultan Muda menunduk hormat. “Jika itu kehendak Sang Ratu Malam, silakan berikan dua pilihan itu kepada mereka.”

Ratu Malam mengangguk lega, begitu juga dengan Leila. Ia percaya, ibu angkatnya akan menyelamatkan hidup kedua kakaknya. “Wahai, dua gadis berhati hitam dan berpikiran picik! Pilihlah salah satu dari dua perkataanku. Apakah kalian ingin hukuman mati atau tetap hidup dalam penjara istana dan menyaksikan Leila berbahagia dengan keluarganya?” tawar Ratu Malam.

“Tolong biarkanlah kami hidup.” Ayla dan Aylin pun membuat pilihan.

Setelah hari itu, Ayla dan Aylin tinggal di penjara istana. Di sana mereka terus menerus tersiksa oleh perasaan iri dan dengki yang semakin lama semakin berkobar dalam dada. Mereka tak menyangka jika menyaksikan kebahagiaan Leila sama buruknya dengan sebuah hukuman mati.Sementara itu, Leila hidup bahagia bersama keluarganya, kerajaannya, dan juga ibu angkatnya, Sang Ratu Malam.

***

Meli menghentikan baca bukunya.

"Cerita yang bagus. Pinter yang membuat cerita," pujian Meli.

Meli menutup bukuya dengan baik dan di taruh di meja. Meli mengambil remot di meja dan segera menghidupkan Tv. Di pilihlah chenel Tv yang acaranya bagus untuk di tonton. Acara Tv yang di pilih adalah acara musik. Meli dengan asik nonton acara Tv yang bagus itu. Apalagi artis idolanya, ya menyanyi di acara musik di Tv tersebut. Senanglah Meli menonton acara musik di Tv.

KISAH SI CANTIK MAWAR

Aulia temannya Rara. Aulia ke rumah Rara. Sampai di rumah Rara. Ibunya Rara mempersilakan Aulia untuk masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu. Rara sedang membeli sayur dan juga tempe di warung ibu Mila, ya di suruh ibunya Rara lah. Aulia menunggu Rara dengan baik. Aulia melihat buku di meja, ya milik Rara. Aulia mengambil buku tersebut dan di baca judulnya "Kisah Si Cantik Mawar."

Aulia membuka buku tersebut, ya segera di baca dengan baik banget.

Isi buku yang di baca Aulia :

Dahulu kala, di zaman Turki Kuno, ketika keajaiban bisa disaksikan oleh banyak orang dan para peri sering muncul untuk membantu kehidupan manusia, hiduplah seorang Padishah dengan tiga putrinya. Putri-putri Padishah itu telah mencapai usia yang cukup untuk menikah. Namun, Padishah tidak kunjung menikahkan mereka karena ia terlalu sibuk dengan urusan-urusannya.

“Aku telah berumur empat puluh tahun,” keluh Putri Pertama.

“Aku berumur tiga puluh tahun.” Putri Kedua menghela napas.

“Umurku dua puluh tahun. Kita harus segera menikah sebelum rambut kita memutih,” usul Putri Ketiga.

“Sampaikanlah kegelisahan hati kita kepada Ayahanda. Kau yang paling pemberani di antara kita bertiga,” kata Putri Pertama dan Putri Kedua kepada Putri Ketiga.

Putri Ketiga menyetujui pendapat kedua kakaknya. Ia pun segera menghadap ayahandanya. “Ayahanda, bukankah sudah tiba waktunya bagi kami untuk berkeluarga?”

Sang Padishah merenung sebentar, lalu berkata. “Baiklah, jika itu yang kalian inginkan. Ambillah busur dan memanahlah. Di mana anak panah kalian menancap, di situlah jodoh kalian.”

Menuruti nasihat sang ayah, ketiga putri itu segera merentangkan busur masing-masing. Tiga anak panah pun melesat ke arah yang berbeda. Anak panah Putri Pertama mendarat di kastil Penasihat Istana, sehingga ia menikah dengan putra Sang Penasehat Istana. Anak panah Putri Kedua mendarat di kastil seorang Guru Istana, maka ia menikah dengan putra Sang Guru Istana. Sedangkan anak panah Putri Ketiga mendarat di sebuah pondok sederhana milik seorang pemuda miskin.

“Oh, Putriku, malang sekali nasibmu. Coba, rentangkan lagi busurmu. Mungkin anak panah itu akan jatuh ke tempat yang berbeda,” kata Sang Padishah. Namun, setelah tiga kali merentangkan busur, anak panah Putri Ketiga tetap jatuh di pondok pemuda miskin tadi.

“Ayahanda, biarlah saya terima takdir ini dengan hati lapang. Barangkali ada kebaikan yang tersembunyi untuk saya di rumah itu,” kata Putri Ketiga. Akhirnya, ia pun menikah dengan pemuda miskin itu.

Selang beberapa tahun kemudian, Putri Ketiga hendak melahirkan seorang bayi di malam yang dingin. Tidak ada tempat tidur atau pun kursi panjang sebagai tempatnya berbaring. Tidak ada pula perapian untuk menghangatkan diri.

“Istriku, aku akan pergi mencari seorang tabib wanita untuk membantumu melahirkan,” kata sang suami.

Kini, tinggallah Putri Ketiga kesakitan dan kedinginan di rumah sederhana itu sendirian. “Oh, seandainya ada yang bisa menolongku sekarang juga…” rintihnya.

Kebetulan, tiga ibu peri sedang melewati rumah Putri Ketiga dan mendengar suaranya. Mereka masuk dan melihat keadaan Putri Ketiga yang menyedihkan. Tiga ibu peri itu segera menolong Putri Ketiga. Dengan kekuatan ajaib, mereka menata isi rumah supaya nyaman dan menyenangkan. Sebuah perapian muncul dan menghangatkan ruangan. Disusul sebuah tempat tidur empuk untuk tempat berbaring Putri Ketiga dan juga benda-benda lainnya. Tak lama kemudian, seorang bayi perempuan yang sangat cantik lahir. 

“Anak ini bernama Mawar. Kelak, jika ia menangis, air matanya akan menjadi mutiara,” ucap Ibu Peri Pertama.

Anak ini bernama Mawar. Kelak, sekuntum bunga mawar akan merekah dari senyumannya,” kata Ibu Peri Kedua.

Ibu Peri Ketiga ikut berbicara, “Anak ini bernama Mawar. Kelak, di setiap jejak langkahnya akan tumbuh berbagai tanaman yang menghijau.” Seiring dengan ucapan Ibu Peri Ketiga, mereka menghilang secara bersamaan.

“Istriku, apa yang telah terjadi?” tanya suami Putri Ketiga ketika ia tiba di rumah. Ia benar-benar kaget melihat perubahan rumahnya, apalagi saat ia melihat istrinya berbaring di sebuah ranjang yang indah bersama seorang bayi yang cantik.

“Tiga ibu peri telah menolongku dan memberikan keajaiban di rumah kita, suamiku.” Putri Ketiga lalu menceritakan semua yang dia alami kepada suaminya.

Tahun berganti tahun, Mawar, bayi Putri Ketiga, tumbuh menjadi seorang gadis yang memikat hati siapa pun yang melihatnya. Tak hanya karena kecantikan wajahnya, namun juga karena keajaiban-keajaiban yang dibawanya. Jika Mawar menangis, dari matanya akan keluar butiran-butiran mutiara. Saat ia tersenyum, sekuntum mawar merekah mucul dari mulutnya. Dan, ketika ia berjalan, setiap jejak kakinya akan ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan hijau.

Kabar tentang Mawar dan keajaibannya tersiar hingga ke istana Sultan. Kabar itu didengar pula oleh Putra Sultan, yaitu Sang Pangeran. Rasa penasaran yang besar membuatnya bergegas pergi ke desa, tempat Mawar tinggal, dan melihat sendiri kecantikan dan keajaiban gadis itu. Segera saja, Pangeran jatuh hati dan membawanya ke istana untuk menikahinya.

“Suamiku, kita sangat beruntung. Putri kita hendak dinikahi oleh Pangeran!” seru Putri Ketiga kepada suaminya.

Semua orang bergembira karena pangeran mereka akan segera menikah. Akan tetapi, ada seorang wanita bangsawan dan putrinya yang merasa marah ketika mengetahui rencana pernikahan Pangeran. Rupanya, wanita bangsawan itu berharap jika Pangeran akan menikahi putrinya karena mereka sudah lama tinggal di istana. Apalagi putrinya juga cukup cantik untuk menjadi istri Pangeran. Namun, Pangeran ternyata lebih memilih untuk menikahi Mawar, seorang gadis miskin, dari pada putri wanita bangsawan itu.

“Tenanglah, anakku. Aku telah menyiapkan sebuah rencana untuk membuatmu menjadi istri Pangeran.” Wanita itu menghibur putrinya yang menangis tersedu-sedu di hari pernikahan Pangeran dan Mawar.

Sebelum pesta dimulai, wanita bangsawan itu menghidangkan senampan daging yang telah ditaburi banyak garam kepada Mawar. Mawar memakannya hingga ia merasa kehausan karena rasa asin yang menyengat.

“Tolong, beri saya segelas air…,” pintanya memelas.

Wanita bangsawan dan putrinya tersenyum jahat, lalu berkata. “Berikan satu bola matamu, maka kami akan memberimu segelas air.”

Mawar sungguh ketakutan mendengar permintaan itu. Tetapi, karena ia sudah sangat tersiksa dengan rasa haus, dengan sangat terpaksa ia memberikan bola mata kanannya.

“Minumlah.” Mereka memberikan segelas air kepada Mawar.

Mawar meminumnya hingga habis, tetapi, rasa haus yang menyiksa itu belum hilang juga. Maka, ia meminta satu gelas air lagi. 

Wanita bangsawan dan putrinya tersenyum jahat, dan mengucapkan kata-kata yang sama. “Berikan satu bola matamu, maka kami akan memberimu segelas air.”

Mawar tak punya pilihan lain, ia pun memberikan bola mata kirinya. Kini, ia telah menjadi gadis buta. Wanita bangsawan itu sangat puas. Kemudian, ia menyuruh anak buahnya untuk memasukkan Mawar ke dalam sebuah keranjang besar dan membuangnya ke puncak bukit yang tinggi, jauh dari istana. Setelah itu, ia mendadani putrinya dengan gaun pengantin dan tudung yang semula dikenakan oleh Mawar.

“Oh, ternyata, gadis cantik dan memesona ini yang ingin kau nikahi. Ayah senang karena kau memilih seorang putri bangsawan,” komentar Sultan usai upacara pernikahan.

Pangeran sungguh terkejut ketika tahu jika gadis yang dinikahinya bukan Mawar. Ia benar-benar bingung dengan kejadian itu. Tetapi, ia tidak bisa membatalkan pernikahannya karena restu Sultan telah diberikan dan upacara pernikahan telah dilaksanakan. Lalu, bagaimanakah nasib Mawar yang terbuang di puncak bukit?

Disana, Mawar menangis sedih. Suaranya terdengar menyayat hati. Saat itulah, seorang penebang kayu tua melewati keranjang besar yang berisi Mawar. Ketika ia mendengar suara tangisan itu, ia merasa ketakutan, namun akhirnya ia bertanya, “Siapakah engkau? Apakah engkau peri atau jin?”

“Saya hanyalah manusia biasa. Tolonglah saya, Tuan,” pinta Mawar.

Penebang kayu itu segera membuka tutup keranjang dan menolong Mawar. “Kasihan sekali gadis ini. Rupanya ia buta. Aku akan menolongnya dan mengangkatnya sebagai anak,” tekad penebang kayu itu di dalam hati.

Penebang kayu tua itu pun membawa Mawar pulang ke rumahnya di pinggir hutan dan merawat Mawar seperti anaknya sendiri. Akan tetapi, Mawar masih saja sedih dan terus menangis setiap hari. Butiran-butiran mutiara terus-menerus berjatuhan dari kedua matanya yang buta. Penebang kayu itu keheranan.

“Saya seperti ini sejak lahir, Tuan,” kata Mawar singkat. Ia enggan menjelaskan perihal kemalangan yang dia alami.

Hari demi hari berlalu, Mawar mulai merasa kerasan tinggal di rumah penebang kayu itu. Suatu hari, ayah angkatnya itu pulang dengan membawa buah-buahan manis dari hutan.

“Buah-buah ini sungguh manis dan menyegarkan, Ayah,” ucap Mawar sambil tersenyum. Sekuntum bunga mawar seketika merekah jatuh dari mulutnya.

Penebang kayu itu terperanjat. “Keajaiban apa lagi ini, anakku? Apa yang harus aku lakukan dengan bunga secantik ini?”

Mawar berpikir sebentar, kemudian berkata. “Ayah, tolong datanglah ke istana dan juallah bunga mawar ini di sana. Katakanlah jika bunga ini memiliki keindahan tiada duanya di dunia. Nanti jika ada seorang wanita bangsawan yang membelinya, jangan meminta uang sebagai pembayarannya. Tetapi, mintalah sebuah mata sebagai pengganti bunga mawar ini.”

Penebang Kayu Tua mengabulkan keinginan anak angkat tersayangnya. Keesokan harinya, ia pergi ke istana, tempat tinggal keluarga Sultan, untuk menjual mawar itu.

“Mawar! Mawar! Bunga Mawar! Barang siapa yang membeli bunga mawar ini akan sangat beruntung. Bunga ini memiliki keindahan tiada banding di dunia ini!” teriak Penebang Kayu Tua.

Wanita bangsawan, yang dulu membuang Mawar ke puncak bukit, membuka pintu, bermaksud membeli mawar itu.

“Saya tidak menjualnya untuk mendapatkan uang, Nyonya. Saya menjualnya untuk sebuah bola mata,” kata Penebang Kayu Tua.

Wanita bangsawan itu langsung teringat pada dua bola mata Mawar yang disimpannya. Ia pun memberikan salah satu mata itu kepada Penebang Kayu Tua.

“Oh, terima kasih, Ayah!” pekik Mawar senang, setelah menerima sebuah bola mata dari ayah angkatnya. Ia lalu memasangkan bola mata itu ke tempat yang tepat. Kini, Mawar bisa melihat dengan satu mata. Ia tersenyum senang. Bunga-bunga mawar merekah segera berjatuhan dari mulutnya.

“Ayah, tolong, juallah mawar-mawar ini ke istana supaya aku bisa mendapatkan satu mata lagi,” pintanya.

Keesokan harinya, Penebang Kayu Tua kembali menawarkan kuntum-kuntum mawar itu ke istana.

“Penjual mawar itu datang di saat yang tepat. Kemarin, Pangeran tampak sangat senang melihat mawar yang kusematkan di rambut putriku. Putriku pasti terlihat lebih cantik dengan mawar itu,” pikir Wanita Bangsawan. Ia tidak tahu bahwa Pangeran merasa senang karena melihat bunga mawar yang tersemat di rambut putrinya, bukan karena melihat kecantikan istrinya. Bunga mawar itu mengingatkan Pangeran kepada Mawar, gadis yang seharusnya ia nikahi dulu.

“Berikanlah sebuah bola mata sebagai pengganti mawar-mawar ini, Nyonya,” pinta Penebang Kayu Tua.

Akhirnya, mata kedua Mawar tiba. Ia memasangnya kembali di tempat yang tepat, sehingga penglihatannya kembali seperti sedia kala. Ia merasa sangat senang dan memutuskan untuk berjalan-jalan ke kota menikmati pemandangan. Di jalanan kota, orang-orang terpesona melihat kecantikan Mawar. Terlebih lagi saat mereka menyaksikan keajaiban-keajaiban yang dibuat gadis itu. Senyumnya mengeluarkan kuntum mawar yang merekah, jejak langkahnya meninggalkan tumbuh-tumbuhan hijau, dan air matanya berupa butiran mutiara yang indah. Berita tentang keajaiban Mawar tersebar ke segala penjuru. Kabar itu pun sampai ke telinga Sang Wanita Bangsawan dan putrinya.

“Oh, Ibu, bagaimana jika ia kembali lagi ke istana ini dan menceritakan semua kejahatan kita kepada Pangeran?” tangis putrinya.

“Aku akan melakukan sesuatu sebelum Pangeran mendengar tentang gadis itu,” tekad wanita bangsawan itu.

Ia lalu menelusuri kabar tentang Mawar dan menemukan rumah Penebang Kayu Tua di pinggir hutan. Diam-diam, ia menemui lelaki tua itu.

“Pak Tua, tahukah engkau bahwa gadis yang tinggal di rumahmu itu telah dirasuki oleh roh jahat? Oleh karena itulah ia bisa melakukan berbagai macam keajaiban. Roh jahat itu menyimpan jiwa putrimu yang sebenarnya di suatu tempat,” katanya berbohong.

Penebang Kayu Tua sungguh ketakutan mendengar hal itu. “Apa yang harus saya lakukan supaya jiwa putri saya bisa kembali, Nyonya?”

“Tanyakanlah kepada roh jahat itu, di mana ia menyimpan jiwa putrimu. Jika tempat penyimpanan jiwanya musnah, maka jiwa putrimu akan bebas kembali ke tubuhnya. Roh jahat itu pun akan pergi dari tubuh putrimu. Aku akan membantumu,” janji Sang Wanita Bangsawan.

Penebang Kayu Tua segera menemui Mawar yang ia sangka kerasukan roh jahat. “Roh jahat, katakanlah, di mana kau menyimpan jiwa putriku, Mawar! Kini aku mengerti penyebab semua keajaiban yang kau lakukan selama ini!”

“Ayah, apa yang terjadi? Aku sungguh-sungguh putrimu, Mawar. Aku bukan roh jahat. Aku bisa melakukan semua keajaiban ini karena tiga peri yang memberiku azimat ketika aku lahir,” jawab Mawar mencoba menjelaskan.

“Katakan di mana kau menyimpan azimatmu, maka aku akan percaya bahwa kau bukan roh jahat!” seru Penebang Kayu Tua.

Mawar berpikir sesaat, kemudian mengungkapkan rahasianya, “Aku menyimpannya di tubuh rusa muda bermata merah di puncak bukit. Jika ia mati, maka aku juga akan mati.”

Penebang Kayu Tua segera menemui Sang Wanita Bangsawan dan mengatakan semua yang dia ketahui. Kemudian, wanita itu menyuruh anak buahnya mencari rusa muda yang dimaksud dan memerintahkannya untuk membawa hatinya sebagai bukti kematian rusa muda itu. Setelah rusa muda itu ditemukan dan mati karena diambil hatinya, Mawar tak sadarkan diri. Penebang Kayu Tua menyadari kesalahannya dan merasakan penyesalan yang dalam. Ia menganggap Mawar telah meninggal, sehingga ia memasukkannya ke dalam sebuah peti dan menguburkannya di puncak bukit.

Sementara itu, Wanita Bangsawan dan putrinya bergembira karena Mawar telah pergi untuk selamanya. Mereka berdua kemudian memasak hati rusa muda itu. Tetapi, tanpa sepengetahuan mereka, sebuah mata merah bagai batu koral di lautan, menggelinding jatuh dari hati rusa dan bersembunyi di bawah tempat tidur Pangeran.

Malam harinya, Pangeran bermimpi aneh. Ia bertemu dengan seorang gadis cantik yang sedang menangis di puncak bukit. Air mata gadis itu mengeluarkan butiran mutiara. Kemudian, saat gadis itu tersenyum kepada Pangeran, sekuntum mawar merekah jatuh dari mulutnya. Dan, ketika gadis itu berjalan beberapa langkah, jejak kakinya ditumbuhi oleh tanaman yang menghijau.

“Temukan aku, Pangeran. Aku terkubur di bukit ini. Bawalah mata koral di bawah tempat tidurmu dan letakkan di mulutku,” kata gadis itu.

Pangeran terbangun dengan tubuh penuh keringat. Ia buru-buru melongok ke bawah tempat tidurnya. Dan, benar saja, sebuah mata merah bagai batuan koral tergeletak di bawah tempat tidurnya. Tanpa membuang-buang waktu, Pangeran memacu kudanya menuju puncak bukit yang ada di dalam mimpinya. Ia yakin, kali ini, ia akan menemukan Mawar, calon istrinya yang dulu menghilang. Setelah sampai di puncak bukit, Pangeran segera menggali tempat yang ditunjuk oleh gadis dalam mimpinya. Ia menggali dan terus menggali, hingga sekopnya membentur sesuatu yang keras. Sebuah peti. Pangeran semakin bersemangat menggali, hingga peti itu tergali seluruhnya. Pangeran segera membuka tutupnya dan melihat sesosok gadis berbaring di dalamnya.

“Benar, mimpiku semalam ternyata benar. Ini adalah Mawar, gadis yang aku cari-cari selama ini!” pekik Pangeran senang.

Pangeran lalu mengambil sebuah kantung yang ia bawa dan mengeluarkan sebuah mata merah bagai koral. Perlahan-lahan, Pangeran meletakkan mata itu di mulut Mawar. Tiba-tiba, mata itu menghilang dan Mawar membuka matanya.

“Terima kasih telah menyelamatkan saya, Pangeran.” Mawar tersenyum sambil menangis penuh haru. Mulutnya mengeluarkan bunga mawar yang merekah dan kedua matanya menjantuhkan butiran mutiara. Saat Pangeran menuntunnya melangkah keluar dari peti, jejak kaki Mawar ditumbuhi tanaman yang menghijau. Semua hal itu semakin meyakinkan Pangeran bahwa gadis itu benar-benar Mawar yang dicarinya.

“Apa yang terjadi di hari pernikahan kita? Mengapa engkau menghilang begitu saja?” tanya Pangeran.

Mawar menceritakan semua yang telah dialaminya kepada Pangeran, termasuk perlakuan Sang Wanita Bangsawan dan putrinya kepada dirinya.

“Mereka berdua akan mendapatkan hukuman yang sepadan dengan kejahatan yang telah mereka lakukan,” kata Pangeran dalam perjalanan menuju istana.

Dengan kembalinya Mawar, istana kembali mengadakan pesta pernikahan Pangeran. Mawar sangat bahagia karena bisa menikah dengan Pangeran dan berkumpul kembali dengan ayah dan ibunya. Ia pun tak lupa mengundang ayah angkatnya, yang telah menyelamatkan dan merawat dirinya, untuk hadir di pesta itu. Sementara itu, Wanita Bangsawan dan putrinya harus menjalani masa hukuman atas kejahatan mereka di dalam penjara istana.

***

Aulia berhenti membaca bukunya.

"Cerita yang bagus. Pinter yang membuat ceritanya," pujian Aulia.

Aulia menutup buku dan buku di taruh di meja. Rara pulang ke rumahnya dengan bawa sayur dan tempe yang ia beli di warung ibu Mila.

"Aulia telah lama nunggu?!" kata Rara.

"Lumayan. Selesai baca buku. Kisah Si Cantik Mawar. Asal cerita dari Turki," kata Aulia.

"Tunggu sebentar ya. Aku mau ngasih ini belanjaan ku pada ibu!" kata Rara.

"Iya," kata Aulia.

Aulia menunggu dengan baik. Rara memberikan belanjaanya ke ibunya. Ya ibu segera memasak tuh sayur dan tempe di dapur. Rara ke ruang tamu.

"Aulia main yuk. Main boneka!" kata Rara.

"Ayuk!!!" kata Aulia.

Aulia dan Rara main boneka dengan penuh kegembiraan, ya kebiasaan ceweklah main boneka.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK