"Dadanya," kata Budi.
Eko mengikuti alur omongan Budi, ya berkata Eko "Pahanya."
"Bener-bener bernafsu aku melihatnya," kata Budi.
"Aku juga....bernafsu melihatnya," kata Eko.
"Bener-bener cantik," kata Budi.
"Memang aku akui Bener-bener cantik," kata Eko.
Abdul yang selesai membuat kopi di dapur dan membawa kopi ke depan rumah. Ya Abdul memang mendengarkan omongan Budi dan Eko. Gelas-gelas yang berisi kopi di taruh di meja.
"Budi dan Eko...ngomongin apa yang sebenarnya?!" kata Abdul.
Budi dan Eko, ya menikmati minum kopi dulu.
"Sesuatu," kata Budi.
Budi selesai minum kopi, ya gelas di taruh di meja.
"Sesuatu," kata Abdul.
"Ya memang sesuatu," kata Eko.
Eko selesai minum kopi, ya menaruh gelas kopi di meja lah.
"Dadanya," kata Budi.
"Dada?!" kata Abdul, ya bingung dengan omongan Budi.
"Pahanya," kata Eko.
"Paha?!" kata Abdul, ya bingung omongan Eko.
"Pokoknya...cantik deh," kata Budi.
"Memang cantik....penampilannya," kata Eko.
"Cantik. Jangan-jangan...Eko dan Budi membahas cewek?!" kata Abdul.
Ya Abdul memang melihat cewek cantik, ya lewat depan rumahnya.
"Mau..gitu sih. Ngomongin cewek cantik," kata Budi.
"Aku sih ikut alurnya Budi saja," kata Eko.
"Jadi...apa yang di omongin?!" kata Budi.
"Ayam," kata Budi dan Eko bersamaan.
"Ooooo ayam toh. Becandaan ini mah," kata Abdul.
"Ya...begitu lah," kata Budi.
"Nama juga ngikutin alurnya Budi," kata Eko.
"Padahal ngomongin cewek tidak masalah sih," kata Abdul.
"Ya memang ngomongin cewek tidak ada masalah sih," kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
"Kenapa penampilan cewek itu selalu menggoda?!" kata Budi.
"Karena memang cewek itu....cantiknya menggoda, ya secara keseluruhannya," kata Abdul.
"Ya....bisa saja. Karena hormon kedewasaan cowok mempengaruhi keadaan, ya nafsu gitu," kata Eko.
"Omongan Abdul dan Eko, ya ada benernya sih," kata Budi.
"Main kartu remi saja!" kata Eko.
"Ok....main kartu remi!" kata Abdul.
"Ok.....main kartu remi!" kata Eko.
Abdul, ya mengambil kartu remi di bawah meja, ya di kocok dengan baik kartu remi dan di bagikan dengan baik lah. Ketiganya main kartu remi dengan baik, ya sambil ngobrol lah.
"Ngomong-ngomong. Aku merasa ganjil," kata Budi.
"Ganjil apa?!" kata Eko.
"Ganjil apa Budi?!" Abdul.
"Aku merasa di awasin," kata Budi.
"Di awasin siapa?!" kata Eko.
"Jangan-jangan cuma perasaan Budi saja?!" kata Abdul.
"Ya memang cuma perasaan ku sih di awasin. Dua kemungkinan. Satu, ya orang-orang yang berkaitan dengan pemerintahan. Yang kedua, ya orang-orang yang mencari celah aku, ya lengah aku, ya tujuan orang-orang ingin menipu sih," kata Budi.
"Wah...kalau itu sih, ya kemungkinan terjadi sih," kata Abdul.
"Kalau di pikir dengan baik. Budi, ya orang-orang biasa-biasa saja. Kenapa di awasin orang pemerintahan? Ya jadinya aneh sih!. Kalau orang-orang yang ingin menipu dengan mencari celah dari kelengahan Budi, ya semua orang sih merasakan itu. Maka setiap orang, ya harus waspada dalam keadaan apapun," kata Eko.
"Mulai seriuskan pembicaraannya," kata Budi.
"Ya...begitulah," kata Abdul.
"Emmmm," kata Eko.
"Sebenarnya aku becanda kok. Permainan detektif saja!" kata Budi.
"Aku...sudah paham permainan Budi," kata Eko.
"Padahal beneran terjadi, ya tidak apa-apa sih. Kan bisa nelpon polisi. Jika terjadi hal yang begini dan begitu," kata Abdul.
"Kalau urusan sama polisi, ya urusan serius banget," kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
"Ooooo iya. Cowok yang sudah menikah. Masih menyimpan hal ini dan itu di Hp-nya, ya kaitan dengan cewek gitu," kata Budi.
"Omongan....orang-orang, ya masih sih," kata Abdul.
"Kaitannya ke hasrat, ya nafsu. Cewek yang penampilan begini begitu di simpan di Hp...cowok sudah punya istri," kata Eko.
"Pantes urusan seksual, ya beritanya di tegaskan hukumnya," kata Budi.
"Namanya juga nafsu, ya ada yang bisa mengendalikan dan ada yang tidak," kata Abdul.
"Sudahlah....tidak perlu membahas itu panjang lebar. Lebih baik fokus main kartu remi!" kata Eko.
"Ya...fokus," kata Budi dan Abdul bersamaan.
Ketiganya, ya main kartu remi dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah.