CAMPUR ADUK

Saturday, June 19, 2021

SANTAI DI RUMAH

Kasino di halaman belakang, ya seperti biasa di hari minggu.....merawat tanaman di potnya dengan baik banget. Dono dan Indro sedang nonton Tv di ruang tengah, ya berita gitu....seputar ini dan itu. Pokoknya itu berita di Tv, ya menarik untuk di tonton dengan baik banget.

"Don," kata Indro.

"Apa?" kata Dono.

"Kenapa artis sekarang ini sering main golf ya? Contohnya artis Nia Rahmadani," kata Indro.

"Hoby olahraga yang di jalanin dengan baik," kata Dono.

"Sama hal dengan aku hoby olahraga silat. Jadi di jalanin dengan baik banget," kata Kasino.

"Tujuan olahraga kan kesehatan," kata Dono.

"Golf...itu cenderung orang kaya yang menjalani. Suami artis Nia Rahmadani orang kaya," kata Indro.

"Mungkin sih saja," kata Dono.

Dono dan Indro tetap nonton Tv dengan baik karena acaranya bagus gitu. Beberapa saat kemudian. Kasino telah selesai merawat tanaman di potnya dengan baik. Kasino duduk sambil menikmati minum teh dan keripik singkong. Teh yang di minum Kasino, ya agak sedikit berbeda yaitu teh bunga karena tren di Tv ada tentang teh dari bunga. Kasino yang merawat tanaman di pot dengan baik, ya ada tanaman bunga gitu. Kasino memetik bunga dengan baik dan di olah menjadi teh. Kasino menikmati hasil kerja kerasnya itu.

"Emmmmm teh ini rasa enak dan juga harum bunga," kata Kasino.

Kasino terus menikmati teh yang enak tersebut sambil makan keripik singkong. Dono yang hobynya baca buku, ya buku yang habis di bacanya di geletakin di meja. Kasino memang melihat buku di geletakin di meja. Kasino memang tertarik dengan buku di meja dan segera mengambilnya. Buku itu di baca judulnya dengan baik sama Kasino "Tiori Politik".

Kasino menaruh lagi buku tersebut.

"Bacaannya Dono. Tiori Politik. Bidangnya Dono. Berat ah bacaannya. Kalau bacaannya cerita rakyat, ya ringanlah bacaannya. Mudah memahaminya dengan baik," kata Kasino.

Kasino masih menikmati minum tehnya dan juga makan keripiknya.

"Main game saja di Hp....aku!" kata Kasino.

Kasino main game di Hp-nya dengan baik banget. Dono dan Indro masih asik nonton Tv yang acaranya bagus banget.

"Don," kata Indro.

"Apa?" kata Dono.

"Masih mendengarkan suara Roh, ya Don?!" kata Indro.

"Masihlah. Kan aku pernah cerita dengan baik. Orang yang mendengarkan suara Roh itu pernah mengalami ujian kematian. Mati tidak jadi, ya selamat...hidup. Di ceritakan kebenaran ini dan itu. Aku ini temasuk golongan yang harus pulang ke rahmatullah," kata Dono.

"Oooo masih toh Dono mendengarkan suara Roh. Di bimbing dengan baik sama Roh," kata Indro.

"Sudahlah lebih baik fokus nonton Tv. Tidak perlu di bahas lebih jauh. Semuanya ada di dalam kitab Al-Quran!" kata Dono.

"Aku paham Don!" kata Indro.

Indro dan Dono, ya fokus nonton Tv karena memang acaranya bagus banget gitu. Kasino di halaman belakang, ya masih asik main game di Hp-nya.

JAKA BUDUG DAN PUTRI KEMUNING

Kasino dan Indro asik nonton Tv di ruang tengah. 

"Kasino," kata Indro.

"Apa?" kata Kasino.

"Dalam hubungan cinta. Apakah sikap mengalah itu harus di lakukan?!" kata Indro.

"Mengalah demi orang yang kita cintai. Terkadang sikap itu harus di lakukan sih. Contoh : Indro main catur sama Saskia. Indro mengatur permainan untuk kalah gitu, ya agar Saskia menang. Jadi Saskia senang menang dari Indro," kata Kasino.

"Berarti sikap itu bisa membuat senang orang yang aku cintai toh," kata Indro.

"Tapi inget. Dalam kompetisi. Contoh : yang lagi populer. Kompetisi menyanyi dan juga masak...ada di Tv. Tidak boleh ada mengalah pada lawan termasuk orang yang kita cintai. Ya harus menanglah!" kata Kasino.

"Aku paham Kasino," kata Indro.

Indro dan Kasino, ya fokus nonton Tv lah karena acara Tv memang bangus banget. Sedangkan Dono di ruang tamu sedang asik membaca buku.

Isi buku yang di baca Dono :

Alkisah, di daerah Ngawi, Jawa Timur, tersebutlah seorang raja bernama Prabu Aryo Seto yang bertahta di Kerajaan Ringin Anom. Prabu Aryo Seto adalah seorang raja yang adil dan bijaksana. Ia mempunyai seorang putri yang rupawan bernama Putri Kemuning. Sesuai namanya, tubuh sang Putri sangat harum bagaikan bunga kemuning.

Suatu hari, Putri Kemuning tiba-tiba terserang penyakit aneh. Tubuhnya yang semula berbau harum, tiba-tiba mengeluarkan bau yang tidak enak. Melihat kondisi putrinya itu, Sang Prabu menjadi sedih karena khawatir tak seorang pun pangeran atau pemuda yang mau menikahi putrinya itu. Berbagai upaya telah dilakukan oleh baginda, seperti memberikan putrinya obat-obatan tradisional berupa daun kemangi dan beluntas, namun penyakit sang putri belum juga sembuh. Sang Prabu juga telah mengundang seluruh tabib yang ada di negerinya, namun tak seorang pun yang mampu menyembuhkan sang Putri.

Hati Prabu Aryo Seto semakin resah. Ia sering duduk melamun seorang diri memikirkan nasib malang yang menimpa putri semata wayangnya. Suatu ketika, tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk melakukan semedi dan meminta petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar penyakit langka yang menimpa putrinya dapat disembuhkan.

Pada saat tengah malam, Sang Prabu dengan tekad kuat dan hati yang suci melakukan semedi di dalam sebuah ruang tertutup di dalam istana. Pada saat baginda larut dalam semedi, tiba-tiba terdengar suara bisikan yang sangat jelas di telinganya.

“Dengarlah, wahai Prabu Aryo Seto! Satu-satunya obat yang dapat menyembuhkan penyakit putrimu adalah daun sirna ganda. Daun itu hanya tumbuh di dalam gua di kaki Gunung Arga Dumadi yang dijaga oleh seekor ular naga sakti dan selalu menyemburkan api dari mulutnya,” demikian pesan yang disampaikan oleh suara gaib itu.

Keesokan harinya, Prabu Aryo Seto segera mengumpulkan seluruh rakyatnya di alun-alun untuk mengadakan sayembara.

“Wahai, seluruh rakyatku! Kalian semua tentu sudah mengetahui perihal penyakit putriku. Setelah semalam bersemedi, aku mendapatkan petunjuk bahwa putriku dapat disembuhkan dengan daun sirna ganda yang tumbuh di gua di kaki Gunung Arga Dumadi. Barang siapa yang dapat mempersembahkan daun itu untuk putriku, jika ia laki-laki akan kunikahkan dengan putriku. Namun, jika ia perempuan, ia akan kuangkat menjadi anakku,” ujar Sang Prabu di depan rakyatnya.

Mendengar pengumuman itu, seluruh rakyat Kerajaan Ringin Anom menjadi gempar. Berita tentang sayembara itu pun tersebar hingga ke seluruh pelosok negeri. Banyak warga yang tidak berani mengikuti sayembara tersebut karena mereka semua tahu bahwa gua itu dijaga oleh seekor naga yang sakti dan sangat ganas. Bahkan, sudah banyak warga yang menjadi korban keganasan naga itu. Meski demikian, banyak pula warga yang memberanikan diri untuk mengikuti sayembara tersebut karena tergiur oleh hadiah yang dijanjikan oleh Sang Prabu. Setiap orang pasti akan senang jika menjadi menantu atau pun anak angkat raja.

Salah seorang pemuda yang ingin sekali mengikuti sayembara tersebut adalah Jaka Budug. Jaka Budug adalah pemuda miskin yang tinggal di sebuah gubuk reyot bersama ibunya di sebuah desa terpencil di dalam wilayah Kerajaan Ringin Anom. Ia dipanggil “Jaka Budug” karena mempunyai penyakit langka, yaitu seluruh tubuhnya dipenuhi oleh penyakit budug. Penyakit aneh itu sudah dideritanya sejak masih kecil. Meski demikian, Jaka Budug adalah seorang pemuda yang sakti. Ia sangat mahir dan gesit memainkan keris pusaka yang diwarisi dari almarhum ayahnya. Dengan kesaktiannya itu, ia ingin sekali menolong sang Putri. Namun, ia merasa malu dengan keadaan dirinya.

Sementara itu, para peserta sayembara telah berkumpul di kaki Gunung Arga Dumadi untuk menguji kesaktian mereka. Sejak hari pertama hingga hari keenam sayembara itu dilangsungkan, belum satu pun peserta yang mampu mengalahkan naga sakti itu. Jaka Budug pun semakin gelisah mendengar kabar itu.

Pada hari ketujuh, Jaka Budug dengan tekadnya yang kuat memberanikan diri datang menghadap kepada Sang Prabu. Di hadapan Prabu Aryo Seto, ia memohon izin untuk ikut dalam sayembara itu.

“Ampun, Baginda! Izinkan hamba untuk mengikuti sayembara ini untuk meringankan beban Sang Putri,” pinta Jaka Budug.

Prabu Aryo Seto tidak menjawab. Ia terdiam sejenak sambil memperhatikan Jaka Budug yang tubuhnya dipenuhi bintik-bintik merah.

“Siapa kamu hai, anak muda? Dengan apa kamu bisa mengalahkan naga sakti itu?” tanya Sang Prabu.

“Hamba Jaka Budug, Baginda. Hamba akan mengalahkan naga itu dengan keris pusaka hamba ini,” jawab Jaka Budug seraya menunjukkan keris pusakanya kepada Sang Prabu.

Pada mulanya, Prabu Aryo Seto ragu-ragu dengan kemampuan Jaka Budug. Namun, setelah Jaka Budug menunjukkan keris pusakanya dan tekad yang kuat, akhirnya Sang Prabu menyetujuinya.

“Baiklah, Jaka Budug! Karena tekadmu yang kuat, maka keinginanmu kuterima. Semoga kamu berhasil!” ucap Sang Prabu.

Jaka Budug pun berangkat ke Gunung Arga Dumadi dengan tekad membara. Ia harus mengalahkan naga itu dan membawa pulang daun sirna ganda. Setelah berjalan cukup jauh, sampailah ia di kaki gunung Arga Dumadi. Dari kejauhan, ia melihat semburan-semburan api yang keluar dari mulut naga sakti penghuni gua. Ia sudah tidak sabar ingin membinasakan naga itu dengan keris pusakanya.

Jaka Budug melangkah perlahan mendekati naga itu dengan sangat hati-hati. Begitu ia mendekat, tiba-tiba naga itu menyerangnya dengan semburan api. Jaka Budug pun segera melompat mundur untuk menghindari serangan itu. Naga itu terus bertubi-tubi menyerang sehingga Jaka Budug terlihat sedikit kewalahan. Lama-kelamaan, kesabaran Jaka Budug pun habis.

Ketika naga itu lengah, Jaka Budug segera menghujamkan kerisnya ke perut naga itu. Darah segar pun memancar dari tubuh naga itu dan mengenai tangan Jaka Budug. Sungguh ajaib, tangan Jaka Budug yang terkena darah sang naga itu seketika menjadi halus dan bersih dari penyakit budug.

Melihat keajaiban itu, Jaka Budug semakin bersemangat ingin membinasakan naga itu. Dengan gesitnya, ia kembali menusukkan kerisnya ke leher naga itu hingga darah memancar dengan derasnya. Naga sakti itu pun tewas seketika. Jaka Budug segera mengambil darah naga itu lalu mengusapkan ke seluruh badannya yang terkena penyakit budug. Seketika itu pula seluruh badannya menjadi bersih dan halus. Tak sedikit pun bintik-bintik merah yang tersisa. Kini, Jaka Budug berubah menjadi pemuda yang sangat tampan.

Setelah memetik beberapa lembar daun sirna ganda di dalam gua, Jaka Budug segera pulang ke istana dengan perasaan gembira. Setibanya di istana, Prabu Aryo Seto tercengang ketika melihat Jaka Budug yang kini kulitnya menjadi bersih dan wajahnya berseri-seri. Sang Prabu hampir tidak percaya jika pemuda di hadapannya itu Jaka Budug. Namun, setelah Jaka Budug menceritakan semua peristiwa yang dialaminya di kaki Gunung Arga Dumadi, barulah Sang Prabu percaya dan terkagum-kagum.

Jaka Budug kemudian mempersembahkan daun sirna ganda yang diperolehnya kepada Sang Prabu. Sungguh ajaib, Putri Kemuning kembali sehat setelah memakan daun sirna ganda itu. Kini, tubuh Sang Putri kembali berbau harum bagaikan bunga kemuning.

Prabu Aryo Seto pun menetapkan Jaka Budug sebagai pemenang sayembara tersebut. Sesuai dengan janjinya, Sang Prabu segera menikahkan Jaka Budug dengan putrinya, Putri Kemuning. Selang berapa lama setelah mereka menikah, Prabu Aryo Seto meninggal dunia. Setelah itu, Jaka Budug pun dinobatkan menjadi pewaris tahta Kerajaan Ringin Anom. Jaka Budug dan Putri Kemuning pun hidup berbahagia.

* * *

Dono berhenti membaca bukunya.

"Cerita yang bagus. Pinter yang buat ceritanya. Tokoh Jaka Budug punya sifat pemberani dan pandai menepati janji. Pada akhirnya bisa mendapatkan Putri Kemuning," kata Dono.

Dono menutup bukunya dengan baik.

"Apa aku membuat cerita fantasi. Cerita Jaka Budug aku.....ubah menjadi versi sesuai keinginan aku, ya fantasi gitu?" kata Dono berpikir panjang.

Dono menaruh buku di atas meja. 

"Nonton Tv aja ah!" kata Dono.

Dono pindah duduknya ke ruang tengah, ya untuk nonton Tv bersama Kasino dan Indro. Dono duduk bersama Kasino dan Indro.

"Oooo iya. Aku ingin tanya. Permainan gitu. Sudah lama belum di mainkan lagi," kata Indro.

"Apa permainannya?!" kata Kasino.

"Apa permainannya?!" kata Dono.

"Seperti biasa saja sih. Pendapat. Apa pendapat Kasino dan Dono...tentang artis Via Vallen?!" kata Indro.

"Ooooo artis Via Vallen. Cantik!!!" kata Kasino.

"Aku sama dengan omongan Kasino," kata Dono menegaskan omongan Kasino.

"Jadi Via Vallen...cantik toh. Pujian toh. Bagaimana dengan lagu-lagunya?!" kata Indro.

"Lagu-lagunya Via Vallen. Bagus!!!" kata Kasino.

"Aku sama dengan omongan Kasino," kata Dono menegaskan omongan Kasino.

"Bagus toh. Pujian toh. Bagaimana dengan lagu dengan judul 'Ngalah' ?!" kata Indro.

"Pantes tadi bahas urusan kata mengalah....ada kaitannya dengan judul lagu 'Ngalah' toh. Ya pokoknya bagus tuh lagu!!!!" kata Kasino.

"Kalau aku sih. Ya lagunya Via Vallen...bagus lah!!!" kata Dono.

"Sama aku juga. Pujian saja......bagus!. Ya sudahlah fokus nonton Tv lagi !" kata Indro.

"Emmm," kata Kasino.

"Emmm," kata Dono.

Dono, Kasino dan Indro, ya fokus nonton Tv yang acaranya bagus banget gitu. 

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK