“Cewek,” kata Budi.
Eko terkejut dengan omongan Budi tentang cewek gitu.
“Ada apa dengan cewek?” kata Eko.
“Cewek itu selalu berpenampilan cantik di muka umum,” kata Budi.
“Yang di omongin ini cewek yang mana?” kata Eko.
“Artis,” kata Budi.
“Artis toh. Ya jelaslah. Cewek selalu berpenampilan cantik di muka umum karena di nilai dengan baik sama masyarakat dan juga mungkin tuh cewek, ya lagi promosiin kosmetik yang di pakainya maka penampilannya cantik sempurna seperti bulan purnama bersinar di malam hari, ya sinarnya itu membuat takjub semua orang,” kata Eko.
“Emmmm. Eko membuat perumpaan yang baik untuk cewek cantik, ya seperti bulan purnama bersinar di malam hari, ya sinarnya membuat takjub semua orang. Kalau di lihat dengan kenyataan sih, ya aura kecantikan cewek begitu beriak banget, ya tanda cantiknya bersinar terang,” kata Budi.
“Emmmm,” kata Eko.
Eko mengambil bakwan goreng di piring, ya di makan dengan baik bakwan goreng lah.
“Cewek berakting jadi jelek, ya tetap terlihat kecantikannya dengan baik,” kata Budi.
Budi mengambil bakwan goreng di piring, ya di makan dengan baik bakwan goreng lah.
“Cewek berakting jadi jelek?” kata Eko.
“Film atau sinetron. Artis yang dapet peranan menjadi cewek jelek gitu,” kata Budi.
“Oooooo….film atau sinetron toh,” kata Eko.
Eko telah habis makan bakwan goreng, ya mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi.
“Demi kerjaan. Ya jadi apa pun di lakonin….artis cewek yang berperan jadi jelek dalam cerita film atau sinetron,” kata Budi.
Budi telah habis makan bakwan gorengnya, ya mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Eko menaruh gelas berisi kopi di meja lah.
“Dapet kerjaannya begitu, ya mau di kata apa? Tetap saja bagus di mata orang-orang yang menonton film atau sinetron. Terkadang kata-kata yang baik itu dari orang yang dewasa banget menyikapi kecantikan cewek “Apa adanya saja kecantikan cewek itu”…..” kata Eko.
Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.
“Iya….apa adanya saja kecantikan cewek itu. Nama juga cewek, ya tetap cantiklah,” kata Budi.
“Emmmm,” kata Eko.
“Puasa,” kata Budi.
“Memang mau menjalankan puasa di bulan Ramadhan,” kata Eko.
“Orang Islam yang baik, ya pasti menjalankan aturan agama dengan baik pula, ya puasa di bulan Ramadhan. Sedangkan orang Islam yang bisa di bilang Islam KTP, ya tetap tanda tanya lah….menjalankan puasa di bulan Ramadhan atau tidak,” kata Budi.
“Ya realita kehidupan ini. Kata ahli agama sih “Iman itu naik dan turun”. Iman naik, ya tetap menjalankan aturan agama dengan baik. Sedangkan iman yang turun, ya bisa saja tidak menjalankan aturan agama….sampai lepas,” kata Eko.
“Benar omongan Eko. Iman itu naik dan turun. Ya jadi kembalikan pada orang-orang yang menyakini agamanya. Mau di jalankan aturan agama dengan baik atau tidak menjalankan,” kata Budi, ya menegaskan omongan Eko.
“Hidup ini penuh ujian bagi yang menjalankan keyakinan agama yang di yakini….agama Islam. Yang berat itu omongan dari orang-orang yang agama lain, ya data di ambil dari obrolan di masyarakat dari masyarakat yang tidak memahami tentang arti toleransi beragama,” kata Budi.
“Omongan-omongan agama lain. Ujian hidup. Nama juga orang-orang itu tidak memahami tentang ilmu agama dan juga nilai-nilai dari toleransi beragama,” kata Eko.
“Bener kata ahli agama “Lebih baik ngumpul dengan satu agama, ya jadi menjalankan agama lebih mudah dan juga baik. Iman jadi kuat”….,” kata Budi.
“Ngumpul dengan orang sholeh lebih baik karena paham agama dan juga tahu nilai-nilai dari toleransi beragama,” kata Eko.
“Omongan-omongan di masyarakat tentang agama ini dan itu, ya seperti permainan anak kecil yang menyudutkan agama satu dengan lainnya,” kata Budi.
“Ya…memang seperti permainan anak kecil saja. Maka itu kalau sudah dewasa, ya bersikap dewasa dalam menyikapi masalah di masyarakat. Omongan ini dan itu,” kata Eko menegaskan omongan Budi.
“Semua ini sekedar obrolan lulusan SMA,” kata Budi.
“Ya memang sekedar obrolan lulusan SMA saja. Beda dengan obrolan lulusan Universitas di acara Tv. Ya membahas ini dan itu, ya pokok masalah yang terjadi di masyarakat. Cerita kehidupan di negeri ini,” kata Eko.
“Kalau begitu…main catur saja!” kata Budi.
“Ok…main catur saja!” kata Eko.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas mejalah papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.
“Menyukai cewek itu. Harus apa adanya,” kata Budi.
“Memang harus bisa menerima baik dan buruknya tuh cewek, ya jadinya apa adanya,” kata Eko.
Eko dan Budi main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan lah.