Malam di bulan Ramadhan. Budi dan Eko, ya duduk di depan rumah Budi, ya setelah melaksanakan kewajiban sebagai muslim yang baik sholat tarawih di mesjid dan baca al qur-an di mesjid. Budi dan Eko, ya menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah. Abdul tidak bisa main ke rumah Budi, ya Abdul ada urusan dengan orang tuanya.
"Cewek-cewek muslimah yang mengisi acara di Tv, ya cantik dan pinter," kata Budi.
"Eeeeeeemmm kebiasaan," kata Eko.
"Lagian sekedar bahan obrolan saja," kata Budi.
"Memang tidak masalah sih sekedar bahan obrolan," kata Eko.
"Kalau kita bicara urusan politik, ya masih kaitan dengan pemerintahan. Kayanya ilmu kita masih kurang, ya kan Eko?" kata Budi.
"Ilmu kita kurang lah. Kita ini cuma lulusan SMA saja," kata Eko.
"Ya realitanya begitu. Lulusan SMA, ya masih kurang ilmu ini dan itu. Beda dengan orang-orang yang lulusan Universitas seperti orang-orang yang ada di berita di Tv," kata Budi.
"Emnmmm," kata Eko.
"Aku ada cerita," kata Budi.
"Baiklah aku bercerita. Nama tokohnya siapa ya? Ooooooo ini saja namanya Surya saja," kata Budi.
"Surya kan matahari. Matahari, ya sinarnya begitu hangat terasa banget," kata Eko.
"Surya memang matahari. Surya nama tokoh dalam cerita yang aku buat. Alasan menggunakan nama Surya, ya nama ini terkenal sih, ya nama artis," kata Budi.
"Ok. Teruskan ceritanya!" kata Eko.
"Surya anak yang baik, ya cuma ada kekurangan di dalam diri Surya. Surya, ya anak pertama dari tiga saudara saudari. Orang tua Surya tetap menyayangi anaknya dengan baik. Surya tetap menjalankan hari-harinya sama dengan anak normal lainnya, ya sekolah gitu. Walau keadaan miskin, ya orang tua Surya bekerja keras demi anaknya berpendidikan. Ibu Surya, ya dagang di pasar traditional. Sedang Ayah Surya, ya kerjaannya tukang sokli. Kalau jaman dulu sih tukang sokli, ya kerjaannya narik gerobak sampah. Benar-benar kerja keras tukang sokli. Jaman sekarang, ya sokli pake motor yang ada gerobaknya lah. Kerjaan di mudahkan. Surya terus menjalankan pendidikannya sampai selesai sekolahnya, ya sebatas SMA saja. Lulus sekolah SMA, ya Surya mencari kerjaan dengan mencari infomasi lewat koran dan juga dari teman. Ternyata Surya dapet informasi dari teman. Joko teman Surya. Ya Joko dan Surya memasukkan lamaran kerjaannya ke perusahaan. Hasil dari usahanya, ya Surya dan Joko di terima kerja di perusahaan, ya kerjaannya buruh lah. Surya dan Joko menjalankan dengan baik kerjaannya jadi buruh. Ibu dan Ayah, ya senang Surya sudah kerja. Ada berita di Tv tentang Pak Presiden Joko Widodo, ya bagi bantuan bentuk BLT, jadi cerita itu di masukkan dalam cerita. Ibu yang biasa kerjaannya dagang di pasar tradisional. Ada pejabat yang turun ke bawah, ya dekat dengan rakyatnya. Pak Presiden Joko Widodo, ya membagikan bantuan pada pedagang yang di kategorikan miskin, ya berdasarkan informasi anak buahnya. Ibu bertemu dengan Presiden Joko Widodo di pasar, ya begitu juga dengan teman-teman Ibu yang kerjaannya pedagang di pasar tradisional. Pak Presiden Joko Widodo menyerahkan BLT, ya pada masyarakat. Masyarakat senang dengan bantuan tersebut. Urusan itu selesai. Saat di rumah Ibu pun bercerita pada Ayah, Surya dan adik-adik Surya.... tentang Ibu dapet BLT dari Pak Presiden Joko Widodo. Ayah berkata "Pemimpin negeri ini yang dekat dengan rakyatnya". Surya pun berkata "Presiden Joko Widodo itu baik, ya sesuai dengan berita di Tv dan juga realita kenyataannya". Ibu berkata "Aku suka pemimpin negeri yang baik hati pada rakyatnya". Kata adik-adik Surya "Presiden baik". Surya beserta orang tuanya, ya menggunakan bantuan dari pemerintahan berupa BLT, ya di gunakan dengan baik. Hidup dari keadaan orang miskin sampai mampu itu susah banget, apa lagi kalau tinggal di tanah numpang punya orang kaya atau juga ngontrak. Begitu lah ceritanya," kata Budi.
"Cerita yang bagus. Seperti biasanya," kata Eko.
"Emmmm," kata Budi.
"Pemimpin Yang Dekat Dengan Rakyatnya," kata Eko.
"Judul yang tempat untuk cerita aku, ya sesuai dengan omongan Eko lah. Pemimpin Yang Dekat Dengan Rakyatnya," kata Budi.
"Kalau begitu main catur saja!" kata Eko.
"Ok...main catur saja!" kata Budi.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja lah papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah.