Zooni Ali Beg adalah seorang wanita buta Kashmir yang melakukan perjalanan untuk pertama kalinya, ke New Delhi, bersama teman-temannya, Fatima "Fatty" Ali, Mehbooba "Bobo" Siddiqui, Rubina "Ruby" Ansari dan guru tari mereka Helen untuk tampil dalam sebuah upacara untuk Hari Republik. Dalam perjalanannya, dia bertemu Rehan Khan, seorang pemandu wisata yang merayunya. Meskipun teman-temannya memperingatkan Zooni tentang dia, dia jatuh cinta. Pada malam terakhirnya di Delhi, Rehan dan Zooni bermalam bersama dan berakhir di tempat tidur. Saat Zooni pergi keesokan harinya, Rehan datang dan membawanya pergi bersamanya. Orangtuanya tiba di Dehli untuk mengatur pernikahan mereka. Zooni menjalani prosedur yang membantu mengembalikan penglihatannya, tetapi ketika dia keluar dari operasi, dia mengetahui bahwa Rehan tewas dalam ledakan bom di kota.
Malini Tyagi adalah agen intelijen khusus yang dibawa untuk menilai ancaman ledakan bom, dan kelompok yang bertanggung jawab, sebuah organisasi independen yang memperjuangkan Kashmir merdeka yang dikenal sebagai IKF. Terungkap bahwa Rehan adalah orang yang menggerakkan ledakan bom, lalu memalsukan kematiannya agar Zooni tidak datang mencarinya. Dia mengakui bahwa dia mencintai Zooni, tetapi juga mengakui bahwa dia tidak akan pernah bisa melihatnya lagi karena hidupnya yang berbahaya.
Tujuh tahun kemudian, Rehan menjalankan misi lain untuk IKF, yang telah memperoleh senjata nuklir tetapi perlu memegang pelatuknya, yang diketahui dimiliki oleh tentara. Rehan mencurinya, tapi Tyagi telah mengetahui rencananya dan mengirimkan pasukan untuk menghentikannya. Dalam baku tembak berikutnya, Rehan terluka. Dia berjalan ke rumah terpencil untuk meminta bantuan. Ternyata itu adalah rumah Zooni. Zooni hamil setelah kematian Rehan dan telah melahirkan dan membesarkan dia dan putra Rehan (juga disebut "Rehan" oleh Zooni). Ibu Zooni telah meninggal dua tahun sebelum Rehan kembali. Zooni dan ayahnya menyelamatkannya, meski tidak ada yang mengakuinya sebagai kekasih lama Zooni. Meski awalnya jauh dari mereka, Rehan mengembangkan kasih sayang untuk putra dan keluarganya.
Rehan akhirnya mengungkapkan identitas aslinya kepada mereka, merahasiakan informasi terorismenya. Awalnya sakit hati, Zooni menolak membiarkan Rehan meninggalkannya lagi, dan keduanya menikah atas pengaturan ayahnya. Tyagi menerbitkan laporan tentang Rehan, memperingatkan publik bahwa dia adalah seorang teroris. Ayah Zooni melihat laporan ini dan menghadapkan Rehan untuk menemukan pelatuknya di sakunya. Rehan secara tidak sengaja melempar ayah Zooni dari langkan, membunuhnya. Dia mengirim radio IKF dari rumah seorang perwira militer tetapi membunuh perwira itu ketika dia menemukan Rehan.
Zooni menemukan tubuh ayahnya, dan Rehan berbohong tentang kematiannya. Namun, Zooni kemudian melihat laporan berita tersebut, dan menemukan pemicunya. Dia membawa putranya dan melarikan diri ke rumah petugas, di mana dia menelepon untuk meminta bantuan. Tyagi menyuruhnya menghentikan Rehan. Rehan tiba keesokan harinya, dan mengambil pemicu dari Zooni, mengatakan IKF akan membunuhnya dan putra mereka jika dia tidak melakukannya. Saat Rehan hendak memberikan pemicu kepada pemimpin IKF, kakek dari pihak ibu Rehaan, Zooni menembak kakinya. Rehan menodongkan senjatanya ke arahnya, tetapi tidak bisa memaksa dirinya untuk menembak. Zooni menembaknya lagi, kali ini dengan fatal, untuk menghentikannya. Tepat pada waktunya, Tyagi datang dan menghentikan IKF untuk menembak Zooni. Rehan meninggal di pelukan Zooni.
Zooni dan putranya kemudian mengunjungi makam ayahnya dan Rehan, yang dimakamkan bersebelahan. Ketika putranya bertanya apakah ayahnya salah, Zooni mengatakan kepadanya bahwa ayahnya melakukan apa yang menurutnya benar.
Budi selesai baca cerpen yang cerita menarik gitu, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Eko belum datang," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
"Kalau begitu baca koran saja lah!" kata Budi.
Budi mengambil koran di bawah meja, ya koran di baca dengan baik banget gitu. Berita-berita di koran ceritanya, ya banyak menarik-menarik gitu, ya jadi di baca dengan baik tuh berita di koran. Ya cukup lama Budi baca koran. Eko datang ke rumah Budi, ya di parkirkan motornya di depan rumah Budi gitu. Karena ada Eko, ya berhenti baca koran dan koran di taruh di meja. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Foto di koran," kata Eko, ya sambil menunjuk foto di koran.
"Ya foto artis di koran," kata Budi.
Eko mengambil koran di meja, ya di baca dengan baik artikel di koran. Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu.
"Karir artis cantik Happy Asmara, ya bagus!" kata Eko.
Eko menaruh koran di meja.
"Ya memang sesuai dengan berita di koran perjalan karir artis Happy Asmara. Ya jadi penilaian Eko, ya bagus. Aku pun sama, ya penilaiannya bagus," kata Budi.
"Sebenarnya hidup ini dalam urusan menggapai suatu impian yang dinginkan, ya ada hal-hal yang menguji karena keadaan, ya mungkin ujian paling pait itu gagal atau urusan kisah cinta mempengaruhi urusan kerjaan, ya jadi kacau," kata Eko.
"Ujian hidup. Yang lemah kalah karena keadaan. Yang kuat, ya pasti menang dari keadaan," kata Budi.
"Artis Happy Asmara itu, ya ada kisah urusan kerja dan kisah cinta, ya berdasarkan cerita di koran, ya Denny Caknan. Jadi Denny Caknan itu, ya cowok ganteng bisa dekat dengan cewek cantik seperti artis Happy Asmara dan cewek yang lainnya gitu," kata Eko.
"Ya artis Denny Cagur," kata Budi.
"Salah Budi!" kata Eko.
"Maaf aku salah sebut," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Denny Caknan berita terbaru, ya ceritanya menikah dengan cewek cantik Bella Bonita. Ya jadi aku ikut omongan Eko lah. Denny Caknan itu, ya cowok ganteng, ya bisa dekat dengan cewek cantik ini dan itu, ya urusan kerja sampai kisah cinta gitu," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Kalau ngomongin urusan artis yang hasil dari perjalannya dari ajang perlombaan menyanyi, ya bentuk apa pun yang ada di acara Tv. Artis tersebut, ya menunjukkan dengan kemampuannya dengan baik, ya sampai sekarang," kata Budi.
"Karir di dunia musik, ya di jalankan dengan sebaik-baiknya. Jalan rezekinya di bidang musik. Roda ekonomi di jalankan dengan baik. Maka itu, ya pujiannya bagus, ya kan Budi?" kata Eko.
"Ya pujiannya. Bagus!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Aku ada sebuah cerita," kata Budi.
"Sebuah cerita. Permainan seandainya. Permainan Budi," kata Eko.
"Iya permainan seandainya gitu," kata Budi.
"Ya gimana ceritanya, ya Budi?!" kata Eko.
"Okey main kartu remi gitu!" kata Eko.
Budi koran di meja, ya koran di taruh di bawah meja dan mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik gitu. Eko dan Budi main kartu remi dengan baik gitu.