Budi duduk di depan rumah sedang membaca koran, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah. Budi membaca berita di koran, ya dari urusan pemerintahan, partai politik, KPU, Olah raga, ya sampai artis yang beritanya ini dan itu. Pokoknya berita di koran, ya ok sip banget beritanya. Sama halnya sipnya berita di Tv gitu. Berarti yang buat berita di koran dan berita di acara Tv, ya orang-orang pinter lah. Sekitar lima belas menit baca koran. Eko dateng ke rumah Budi, ya Eko pun memarkirkan motornya dengan baik di rumah Budi lah. Eko duduk dengan baik bersama Budi. Ya Budi menaruh koran di bawah meja lah.
Alkisah, zaman dahulu ada sebuah kerajaan bernama kerajaan Pasir Batang, di daerah Jawa Barat sekarang. Kerajaan Pasir Batang dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Tapa Agung. Sang Raja bijaksana dan permaisuri memiliki tujuh orang putri yaitu Purbararang, Purbadewata, Purbaendah, Purbakancana, Purbamanik, Purbaleuih, dan si bungsu Purbasari. Putri sulung Prabu Tapa Agung, yaitu Purbararang, memiliki sifat buruk, kasar, sombong, kejam dan sering iri pada siapapun.
Akibatnya penghuni istana dan juga rakyat Pasir Batang tidak menyukai Purbararang. Prabu Tapa Agung sering menegur putri sulungnya agar merubah sifat buruknya itu tapi Purbararang tidak pernah mengindahkan. Bertolak belakang dengan Si Sulung, putri bungsu yaitu Purbasari memiliki sifat baik, ramah, rendah hati, lembut lagi suka menolong orang lain. Prabu Tapa Agung sangat menyayangi Purbasari, si bungsu.
Hal tersebut membuat Purbararang merasa iri dengan Purbasari. Setelah sekian lama memimpin kerajaan, tibalah waktunya bagi Prabu Tapa Agung untuk memikirkan pengganti dirinya. Ia memutuskan si bungsu Purbasari pantas menggantikan dirinya memimpin kerajaan Pasir Batang. Raja tidak mau menyerahkan tampuk kekuasaan pada putri sulungnya Purbararang. Karena memiliki sifat buruk, ia dianggap tidak pantas memimpin kerajaan.
Sang Prabu khawatir, jika Purbararang memimpin kerajaan, maka kedamaian hidup rakyat Pasir Batang akan rusak. Sang Prabu memanggil seluruh putrinya juga seluruh pembesar kerajaan untuk menyerahkan tahta kerajaan Pasir Batang pada putri bungsunya, Purbasari. Prabu Tapa Agung berniat meninggalkan istana kerajaan Pasir Batang untuk memulai kehidupan baru sebagai pertapa.
“Wahai putri-putriku, seperti yang kalian ketahui, Ayahanda kini telah berusia lanjut. Ayahanda sudah tidak sanggup lagi mengurus kerajaan Pasir Batang. Telah tiba saatnya Ayahanda untuk melepaskan tahta kerajaan kepada salah satu dari kalian. Ayahanda mencintai kalian semua, tetapi Ayah pikir hanya ada satu orang yang layak menjadi raja di kerajaan Pasir Batang dan orang itu adalah Purbasari. Ayah harap semua pihak bisa menerima keputusan ini. Selanjutnya Ayah akan meninggalkan istana untuk memulai hidup baru sebagai pertapa.” kata Prabu Tapa Agung.
Purbararang sebagai putri sulung sangat marah terhadap keputusan ayahnya memberikan tampuk kekuasaan bukan pada dirinya, tetapi pada adik bungsunya.
Sifat buruknya muncul. “Benar-benar keterlaluan! Aku adalah anak tertua sudah seharusnya Aku yang menerima tahta Pasir Batang. Kenapa harus Purbasari! Benar-benar keterlaluan!” kata Purbararang dalam hati.
Sehari setelah pelantikan Purbasari sebagai Ratu Kerajaan Pasir Batang, Purbararang menghubungi tunangannya Indrajaya. Mereka berdua pergi meminta bantuan nenek sihir jahat untuk mencelakai Purbasari. Setelah bertemu nenek sihir jahat, disampaikanlah maksud kedatangan mereka.
“Nek, berikan kami mantra untuk mencelakai Purbasari agar tahta kerajaan Pasir Batang jatuh ke tanganku.
Aku putri tertua jadi aku berhak mendapatkannya. Apapun yang Nenek minta pasti Aku beri.” Kata Purbararang pada nenek sihir. Nenek sihir jahat kemudian memberikan bubuk hitam pada mereka berdua. Nenek sihir jahat berpesan agar mereka berdua menyemburkan bubuk hitam tersebut ke seluruh tubuh Purbasari.
“Tuan Putri, taburkanlah bubuk hitam ini ke seluruh tubuh putri Purbasari. Tidak lama lagi tahta kerajaan Pasir Batang akan menjadi milik Tuan Putri.” kata nenek sihir.
Sesampainya di kerajaan, mereka berdua segera mencari kesempatan untuk menyemburkan bubuk hitam kepada Purbasari. Setelah berhasil menyemburkan bubuk hitam, di seluruh tubuh Purbasari termasuk wajahnya, muncullah bercak-bercak hitam sangat mengerikan. Seisi kerajaan tidak ada satupun yang mengetahui bahwa pelakunya adalah Purbararang.
“Oh Dewata, kenapa di tubuhku muncul bercak-bercak hitam. Apakah dosa hamba?” Purbasari menangis.
Purbararang mengatakan bahwa Purbasari telah dikutuk hingga memiliki penyakit mengerikan sehingga tidak pantas menjadi Ratu kerajaan Pasir Batang. Purbasari segera dicopot jabatannya sebagai Ratu Kerajaan Pasir Batang. Purbararang lantas mengambil tahta kerajaan Pasir Batang. Ia segera memerintahkan Uwak Batara Lengser dan para prajurit kerajaan untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Purbararang beralasan agar penyakitnya tidak menular pada orang lain. Sementara Uwak Batara Lengser selaku penasehat kerajaan tak mampu berbuat apa-apa selain menuruti perintah Purbararang.
“Uwak Batara Lengser, bawalah Purbasari ke tengah hutan agar penyakitnya tidak menular pada orang lain.” begitu titah Purbararang sang penguasa baru kerajaan Pasir Batang.
“Baik Ratu. Hamba akan melaksanakan.” jawab Uwak Batara Lengser.
Sementara itu di Kahyangan tengah terjadi kehebohan. Penyebabnya adalah, Pangeran Guruminda enggan menikahi bidadari Kahyangan seperti permintaan Ibunya, Sunan Ambu. Ia hanya mau menikahi gadis yang memiliki kecantikan seperti kecantikan Ibunya. Sunan Ambu memang memiliki kecantikan luar biasa.
“Ibu, Bidadari kahyangan tidak ada yang secantik Ibu. Aku tidak mau menikah dengan bidadari kahyangan. Aku hanya mau menikahi wanita yang memiliki kecantikan seperti Ibu.” kata Pangeran Guruminda.
Sunan Ambu menjelaskan bahwa wanita secantik dirinya hanya ada di dunia manusia. Jika Pangeran Guruminda bersikeras ingin menikahi wanita secantik dirinya, maka syaratnya adalah, Pangeran harus mau turun ke dunia manusia. Ia harus menyamar sebagai seekor lutung.
“Guruminda anakku. Wanita yang memiliki kecantikan seperti Ibu hanya ada di dunia manusia. Engkau harus mau turun ke bumi sebagai seekor lutung.
Di dunia manusia namamu adalah Lutung Kasarung.
Apakah engkau sanggup menjalaninya?” tanya Sunan Ambu pada pangeran Guruminda.
“Aku bersedia Ibu. Yang penting aku bisa menikah dengan wanita idamanku.” Pangeran Guruminda bersedia menjalani syarat menjadi seekor lutung karena penasaran ingin tahu siapakah gerangan gadis di dunia manusia yang memiliki kecantikan secantik Ibunya.
Setelah berubah menjadi seekor lutung, Pangeran Guruminda kemudian pergi melompat ke dunia manusia. Di dunia manusia, berkat kesaktiannya, Lutung Kasarung berhasil mengalahkan semua lutung-lutung. Dalam waktu singkat, Lutung Kasarung diangkat sebagai pemimpin bangsa lutung. Dari cerita-cerita yang ia dengar, Lutung Kasarung akhirnya mengetahui bahwa kerajaan Pasir Batang dipimpin oleh seorang Ratu jahat bernama Purbararang.
Ia berniat memberikan pelajaran pada Ratu Purbararang. Lutung Kasarung kemudian bersiasat saat mengetahui bahwa Ratu Purbararang hendak melakukan perburuan hewan kurban di hutan. Ia sengaja membiarkan dirinya ditangkap oleh orang suruhan Ratu Purbararang. Singkat cerita, Lutung Kasarung ditangkap oleh orang suruhan Ratu Purbararang kemudian di bawa ke istana kerajaan Pasir Batang.
Di istana kerajaan, saat hendak dijadikan hewan kurban, Lutung Kasarung tiba-tiba mengamuk sejadi-jadinya hingga menimbulkan kerusakan dimana-mana. Para prajurit Pasir Batang gagal melumpuhkannya. Lutung Kasarung menunjukan permusuhan pada kerajaan Pasir Batang. Hanya kepada Uwak Batara Lengser saja ia terlihat menaruh hormat.
Mengetahui Lutung menaruh hormat pada Uwak Batara Lengser, Ratu Purbararang menyuruh Uwak Batara Lengser untuk menangkap Lutung Kasarung. “Uwak Batara Lengser, tangkaplah lutung buas itu, kemudian bawalah ke hutan tempar Purbasari tinggal.” titah Ratu Purbararang.
“Baik Ratu, Hamba laksanakan.” Uwak Batara Lengser kemudian berusaha menangkap Lutung Kasarung.
Setelah berhasil ditangkap, Uwak Batara lengser kemudian membawa Lutung Kasarung ke hutan tempat Purbasari diasingkan. Purbararang berharap Lutung Kasarung ganas tersebut bisa dimanfaatkan untuk membunuh Purbasari. Sesampainya di hutan, Uwak Batara Lengser berpesan pada Lutung Kasarung bahwa di hutan tersebut ada Putri Purbasari, putri bungsu Prabu Tapa Agung.
“Lutung, Purbasari adalah putri baik hati. Ia seharusnya menjadi Ratu Kerajaan Pasir Batang. Namun karena kekuatan jahat akhirnya ia diasingkan ke hutan. Tolong jaga beliau baik-baik. Maukah engkau menjaganya hai Lutung sakti?” kata Uwak Batara Lengser.
Lutung Kasarung menganggukkan kepalanya tanda setuju bahwa ia akan menjaga Putri Purbasari. Sejak saat itu Lutung Kasarung menjadi penjaga sekaligus sahabat Putri Purbasari. Kesedihan perlahan-lahan mulai hilang dari wajah Putri Purbasari karena telah memiliki sahabat yang selalu menghibur dan menjaganya.
Lutung Kasarung juga selalu memenuhi kebutuhan makanan Purbasari. Lutung memerintahkan para lutung bawahannya untuk mencarikan buah-buahan. Seiring waktu rasa sayang timbul diantara keduanya. Putri Purbasari menyayangi Lutung Kasarung begitu pula sebaliknya. Tanpa disadari oleh Putri Purbasari, Lutung Kasarung memohon kepada ibunya di Kahyangan, Sunan Ambu, agar membuatkan Putri Purbasari sebuah taman indah juga tempat untuk mandi.
Sunan Ambu kemudian mengirimkan para Pujangga Sakti serta Para Bidadari untuk membuat taman. Para bidadari juga membuatkan tempat mandi indah bagi Putri Purbasari. Tempat mandi Purbasari disebut Jamban Salaka. Pancurannya terbuat dari emas murni. Dinding serta lantainya terbuat dari batu pualam. Air untuk mandi berasal dari telaga sangat jernih. Para bidadari juga membuatkan pakaian untuk Purbasari, terbuat dari awan sangat indah.
“Terima kasih Lutung, Engkau membuatkan taman yang sangat indah, tempat mandi dan pakaian-pakaian indah ini untukku. Engkau memang sahabat terbaikku.” kata Purbasari.
Saat Putri Purbasari mencoba mandi di Jamban Salaka, keanehan pun terjadi. Bubuk hitam yang menempel di wajah dan tubuhnya hilang seketika. Lutung Kasarung pun sampai terkesima melihat kecantikan asli Putri Purbasari yang ia anggap secantik ibunya, Sunan Ambu.
“Duhai Purbasari, engkau benar-benar cantik, secantik ibuku.” kata Lutung dalam hati.
Hilangnya penyakit Purbasari akhirnya terdengar hingga istana. Ratu Purbararang merasa heran, bagaimana caranya penyakit di tubuh Purbasari bisa hilang. Ia khawatir sembuhnya Purbasari akan mengancam tahtanya sebagai Ratu Kerajaan Pasir Batang.
“Bagaimana bisa penyakit Purbasari sembuh. Siapa yang menyembuhkan penyakitnya? Aku harus segera bertindak karena sembuhnya penyakit Purbasari bisa mengancam tahtaku.” kata Purbararang dalam hati.
“Kakanda Indrajaya, mari kita pergi ke hutan tempat Purbasari untuk melihat keadaan adikku.”
Ia kemudian mengajak tunangannya Indrajaya menuju hutan untuk menemui Purbasari. Benar saja, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Purbasari telah sembuh. Purbasari telah pulih kembali cantik seperti semula. Khawatir kehilangan tahta, Ratu Purbararang kemudian memberikan Purbasari sebuah tantangan. Ia menantang beradu panjang rambut.
“Wahai Purbasari, mari kita beradu panjang rambut. Jika rambutku lebih panjang dari rambutmu, maka kepalamu akan dipenggal oleh algojo istana.” kata Purbararang.
Setelah diadu ternyata rambut Purbararang masih kalah panjang dibandingkan rambut Purbasari. Masih belum mau kalah, Purbararang kemudian mengajukan tantangan kedua.
“Jika tunanganmu lebih tampan dari tunanganku, maka engkau boleh mengambil tahta sebagai Ratu Kerajaan. Tapi jika tidak, maka kepalamu akan dipenggal oleh algojo kerajaan.” kata Purbararang.
Purbasari merasa kebingungan diberi tantangan tersebut. Semua orang sudah mengetahui ketampanan Indrajaya, tunangan Purbararang. Sementara ia sendiri tidak mempunyai tunangan.
Karena kebingungan, ia kemudian memegang tangan Lutung Kasarung, sahabat dekatnya. “Lutung Kasarung, engkau selalu menjadi sahabat dan menjagaku. Sudah seharusnya engkau menjadi suamiku.” kata Purbasari. Mendengar ucapan Purbasari, Purbararang tertawa terbahak-bahak. “Jadi Lutung buruk rupa adalah tunanganmu hai Purbasari.?” kata Purbararang sambil terbahak.
“Ya.” Purbasari menjawab singkat sambil menganggukkan kepala.
“Algojo, penggallah kepala Purbasari sekarang!” Purbararang memerintahkan algojo kerajaan untuk memenggal kepala Purbasari, karena tunangan Purbasari hanyalah seekor Lutung buruk rupa, tidak sebanding ketampanan Indrajaya, tunangannya.
Tidak tinggal diam, Lutung Kasarung segera duduk bersila. Matanya terpejam dan mulutnya komat-kamit. Tiba-tiba asap tebal menyelimuti tubuh Lutung Kasarung. Setelah asap tersebut hilang, Lutung Kasarung telah berubah wujud menjadi Pangeran Guruminda sangat tampan. Lebih tampan dari Indrajaya. Semua orang ditempat tersebut terperanjat kaget. Pangeran Guruminda lantas menjelaskan bahwa ia adalah Pangeran Guruminda dari Kahyangan. Ia sengaja turun ke bumi menyamar sebagai Lutung Kasarung. Ia juga mengatakan bahwa sesuai titah Prabu Tapa Agung, Ratu Kerajaan Pasir Batang yang seharusnya adalah Ratu Purbasari.
“Aku adalah Pangeran Guruminda dari kahyangan yang turun ke bumi menyamar menjadi seekor Lutung. Purbasari seharusnya menjadi Ratu Kerajaan Pasir Batang sesuai titah Raja Prabu Tapa Agung. Tapi Purbasari diguna-guna dan diasingkan ke tengah hutan oleh Purbarang.” kata Lutung Kasarung.
Akhirnya Ratu Purbararang mengaku telah kalah dalam taruhan tersebut. Dengan Demikian, Ratu Purbararang harus menyerahkan tahta kerajaan pada Purbasari. Tidak ada pilihan lain bagi Purbararang selain menyerahkan tahta kerajaan pada Purbasari. Ia meminta maaf atas semua kesalahannya.
“Maafkan aku adikku Purbasari, Kakak bersalah telah mengguna-gunai adik.” kata Purbararang terbata-bata.
“Tidak apa-apa Kak. Aku memaafkan semua kesalahan Kakak. Engkau tetaplah kakakku. Adik menyayangimu Kak.” Ratu Purbasari memaafkan kesalahan kakak sulungnya.
Tidak lama kemudian Ratu Purbasari menikah dengan Pangeran Guruminda. Rakyat Kerajaan Pasir Batang kini hidup dalam damai karena dipimpin oleh Ratu Purbasari adil bijaksana.
***
Budi main wayang cukup lama, ya akhirnya selesai juga. Wayang di taruh di kursi kosong. Eko dan Abdul pun memuji permainan wayang Budi, ya begitu juga ceritanya. Ketiganya pun memutuskan main kartu remi lah, ya permainan kartu remi di jalankan dengan baik.