Komisaris Polisi Bersama Dev Pratap Singh, seorang perwira yang terikat tugas dan merasa benar sendiri, dan Komisaris Khusus Tejinder Khosla, kekuatan penyeimbang antara kepentingan politik Kepala Menteri Bhandarker dan komitmen Dev terhadap hukum, adalah teman seumur hidup, masing-masing dengan cita-citanya sendiri. Farhaan, seorang lulusan hukum, dibesarkan dengan cita-cita antikekerasan dan patriotisme. Dev tanpa sengaja memberi Farhaan luka yang menjerumuskannya ke dalam amarah dan kekerasan setelah menyaksikan kematian ayahnya selama demonstrasi perdamaian. Mengambil keuntungan dari situasi tersebut, politisi korup Latif menempatkan pemuda yang rentan itu di jalur kekerasan dan kehancuran yang mengancam untuk membakar kota. Aaliya adalah cahaya dalam kehidupan Farhaan. Cantik dan polos, wanita muda itu juga terjebak dalam keadaan luar biasa yang mengubah hidupnya, dan dia berani membela kebenaran.
Di dalam kereta yang menuju Bombay dari Surat, seorang inspektur polisi menanyai seorang pemuda bernama Farhaan, yang baru saja memperoleh gelar sarjana hukum, tentang alasannya pergi ke Bombay dan apakah ia memiliki aliansi dengan orang Pakistan. Farhaan menjawab bahwa ia akan pergi ke Bombay untuk tinggal bersama ayahnya, dan ia tidak mengenal seorang pun dari Pakistan. Farhaan mengetahui bahwa Polisi Bombay telah menargetkan komunitas Muslim dan, atas nama memerangi terorisme, telah membunuh pria, wanita, dan anak-anak Muslim yang tidak bersalah. Ia mengetahui bahwa Komisaris Polisi Gabungan, Dev Pratap Singh, terlibat dalam perburuan ini, dan ia ingin membunuhnya. Farhaan bekerja sama dengan pemimpin politik Muslim setempat, Latif, dan diberikan pelatihan dalam menangani senjata api dan kemudian dipersiapkan untuk tugas ini. Sayangnya, Farhaan tidak dapat membunuh Dev, yang lolos tanpa cedera, meskipun sedikit terguncang. Kepala Menteri Bhandarkar menganggap serius insiden ini dan memerintahkan polisi untuk membasmi unsur-unsur teroris di kota tersebut, yang mereka lakukan dengan kejam.
Farhaan diperintahkan untuk mengantarkan sebuah paket kepada seorang pria di dekat kuil Hindu, dan dia pun melakukannya. Saat berhenti untuk membeli beberapa makanan ringan, paket itu meledak, menewaskan beberapa orang. Karena insiden ini terjadi di dekat kuil Hindu, seorang anggota partai politik Sayap kanan, Mangal Rao, telah mengorganisir kerusuhan terhadap komunitas Muslim. Kerusuhan terjadi, dan polisi diperintahkan untuk mengamati dan tidak mencegah kekerasan. Akibatnya, ratusan orang terbunuh. Latif mengorganisir anak buahnya untuk menargetkan dan menyerang umat Hindu dan tempat-tempat Hindu, membuat wilayah itu tidak aman, dengan orang-orang terbunuh atas nama agama. Ketika umat Hindu dan Muslim sudah muak, mereka secara terbuka meminta perdamaian. Baru pada saat itulah Latif dan Mangal Rao menyetujui gencatan senjata, dengan syarat bahwa tidak ada pria, wanita, atau anak Muslim yang akan mengajukan FIR (Laporan Informasi Pertama) di kantor polisi mana pun, yang disetujui Latif. Latif kemudian memperingatkan setiap orang di komunitas Muslim untuk tidak mengeluh kepada siapa pun. Saat itulah Farhaan mengetahui bahwa dirinya telah diperlakukan seperti pion oleh Latif, dan memutuskan untuk mempercayai Dev dan menjadi informan.
Budi menikmati minum teh dan makan singkong goreng gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Budi langsung main permainan iii ada hantu!" kata Eko.
"Okey. Main permainan iii ada hantu!" kata Budi.
Budi mengambil permainan di bawah meja, ya permainan di taruh di atas meja gitu. Eko dan Budi main permainan iii ada hantu dengan baik.
"Hidup ini tetap sama apa beda Budi?" kata Eko.
"Hidup kita kan Eko?" kata Budi.
"Hidup kita saja!" kata Eko.
"Yaaa hidup kita tetap sama sih. Ya tapi ingin ada perubahan sih," kata Budi.
"Wajar sih...ingin perubahan sih. Cewek apa pekerjaan Budi?" kata Eko.
"Pekerjaan saja. Kalau cewek, ya ada yang marah!" kata Budi.
"Kalau ada yang marah. Tanda cinta kan Budi?" kata Eko.
"Memang sih.....ada yang marah berarti cinta!" kata Budi.
"Kalau aku sih. Perubahan itu...memang pekerjaan dan juga cewek gitu," kata Eko.
"Ada yang marah kan Eko?" kata Budi.
"Kan sekedar obrolan lulusan SMA saja. Yaaa tidak ada marah kan Budi?" kata Eko.
"Kalau sekedar obrolan lulusan SMA saja sih....tidak ada yang marah gitu!" kata Budi.
"Yang diinginkan cewek cantik yang punya acara di Youtobe," kata Eko.
"Cewek cantik yang punya acara di Youtobe. Jangan-jangan cerita sinetron atau film, ya kan Eko?" kata Budi.
"Iya sih dari cerita sinetron dan film. Ceritanya ada penggemar yang jago berantem, ya cowok itu jatuh hati pada cewek cantik yang punya acara di Youtobe. Cowok ingin bertemu dengan cewek cantik gitu. Ketika bertemu, ya cowok itu berusaha dengan baik jadian gitu," kata Eko.
"Aku tahu cerita itu. Memang sih cerita bagus gitu. Cowok yang tergila-gila dengan cewek cantik yang di sukainya. Sampai anak buah dari cowok yang jago berantem, ya anak buah memperlakukan cewek cantik dengan baik seperti tuan putri gitu," kata Budi.
"Berkali-kali di tolak, ya pada akhirnya jadian!" kata Eko.
"Demi cinta, ya jadinya bisa jadian dengan baik," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko, ya asik main permainan iii ada hantu gitu.
"Sedangkan perubahan orang lain, ya membangun rumahnya," kata Budi.
"Rara-rata manusia yang bekerja dengan baik, ya membangun rumahnya," kata Eko.
"Hidup ini tetap antara baik dan buruk perilaku manusia," kata Budi.
"Realitanya begitu sih!" kata Eko.
"Ada cerita orang tentang tukang bangunan rumah, ya kerjaannya tidak bagus gitu," kata Budi.
"Terkadang memang sih....dapat tukang bangunan yang tidak bagus. Bagi yang pinter dalam bangun rumah, ya lebih baik membangun sendiri jadi perhitungan tepat gitu," kata Eko.
"Orang yang pinter bangun rumah sendiri dan perhitungan tepat. Berarti orang itu...pendidikan tinggi," kata Budi.
"Hampir rata-rata sih...orang pinter dengan pendidikan tinggi bisa bangun rumah sendiri dengan perhitungan tepat, ya hasil bagus dan memuaskan," kata Eko.
"Bagus hasilnya," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko tetap asik main permainan iii ada hantu gitu.