CAMPUR ADUK

Friday, October 22, 2021

ADA CERITA

Budi dan Abdul duduk di depan rumah Budi. Keduanya menikmati keadaan sambil minum kopi dan makan gorengan. Ya Budi bermain gitar dan juga bernyanyi. Abdul ikutan bernyanyi.

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi dan Abdul dengan judul 'Ada Cerita' :

Hapus air mata yang mengalir di wajahmu
Tak perlu kau bersedih
Cinta tak mungkin bisa tuk melebur menjadi satu
Karena kita berdua berbeda
Jangan tanyakan mengapa
Aku pun tak ada jawabnya
Bisa kau tangisi lagi
Biarlah berlalu
Dalam hatiku takkan mungkin hilang
Meski dirimu tak lagi bersamaku
Ada cerita di kehidupan nanti
Kita bertemu
Kan kupastikan kita bersatu
Nana
Semua kisah di antara kita
Kan kujaga seumur hidupku
Dalam hatiku takkan mungkin hilang
Meski dirimu tak lagi bersamaku
Ada cerita di kehidupan nanti
Kita bertemu
Kan kupastikan kita bersatu
Dalam hatiku takkan mungkin hilang
Meski dirimu tak lagi bersamaku
Ada cerita di kehidupan nanti
Kita bertemu
Kan kupastikan kita bersatu hu

***

Budi dan Abdul selesai bernyanyi, ya Budi berhenti main gitar, ya gitar di taruh di samping kursi.

"Teman dekat cewek itu. Bisa saja menaruh hati pada kita, ya sembunyi-sembunyi kan Abdul?!" kata Budi.

"Kadang terang-terangan," kata Abdul.

"Benaran ada yang terang-terangan?. Padahal yang aku tahu sih cewek kan punya sifat malu, ya jadinya lebih baik cowok duluan menyatakan cinta sama cewek. Salah satunya menyatakan cinta, ya dengan permainan gombal-gombalan, ya sebenarnya beneran, ya tipu muslihatnya permainan," kata Budi.

"Beneran ada!" kata Abdul yang tegas.

"Ternyata beneran ada," kata Budi.

"Kadang cewek itu menunjukkan perhatian lebihnya. Ketika cowok yang di sukainya sakit," kata Abdul.

"Kalau ada ikatan hubungan pacaran, ya cewek memberikan perhatian lebih pada cowoknya yang sedang sakit," kata Budi.

"Bukan itu maksudnya Budi! Cewek belum ada ikatan dengan cowok, ya sekedar teman saja. Memang cowoknya tahu kalau ceweknya suka sama diri cowok itu. Ketika dapet kabar cowok sakit, ya hati tuh cewek berdetak berbeda dan berpikir khawatir banget sama cowok yang ia suka. Cewek itu peduli dengan cowok itu, ya dateng ke rumahnya untuk mencari tahu kebenaran tentang cowok itu," kata Abdul.

"Ooooo teman tapi ada rasa cinta," kata Budi.

"Iya. Teman tapi ada rasa cinta," kata Abdul menegaskan omongan Budi.

Abdul mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah.

"Apakah cowok itu jadian sama cewek itu?!" kata Budi.

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Abdul menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Mau cewek itu sih jadian sama cowok yang di sukai. Kenyataan tetap kenyaatan. Cewek itu tidak jadian sama cowok itu. Seberapa cinta cewek sama cowok. Ya pada akhirnya keputusan juga pada cowok lah, ya mau menerima cewek itu apa tidak," kata Abdul.

Budi menaruh gelas berisi kopi di taruh di meja.

"Kasihan juga cewek itu. Sudah perhatian lebih sama cowok, khawatir karena cowok yang di sukai cewek itu sakit. Tetap tidak jadian, ya jadi pacar sampai menikah gitu," kata Budi.

"Sebenarnya sih bisa jadian Budi. Tapi ada hal-hal yang tidak bisa menyatukan cowok itu dan cewek itu," kata Abdul.

"Status sosial, ya Abdul!" kata Budi.

"Bukan," kata Abdul.

"Bukan. Jadi apa?" kata Budi.

Abdul pun memberikan tahu Budi tentang kenapa cowok dan cewek itu tidak bisa bersatu dengan ikatan pacaran sampai menikah? Budi mendengarkan dengan baik omongan Abdul dan memahami dengan baik omongan Abdul.

"Jadi begitu toh. Pantes tidak bisa bersatu," kata Budi.

"Nama juga urusan cinta. Ada yang bersatu dan ada yang tidak," kata Abdul.

"Lebih baik main catur saja!" kata Budi.

"Ganti main lain!" kata Abdul.

"Oooo ini saja main kartu gaplek saja!" kata Budi.

"Ok. Main kartu gablek!" kata Abdul.

Budi mengambil kartu gablek di bawah meja, ya segera di kocok dengan baik kartu gablek. Budi membagikan kartu gablek dengan baik. Keduanya main kartu gablek dengan baik sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan.

ADA SIH

Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan. 

"Eko. Dalam kehidupan ini. Ada orang yang tidak suka dengan keadaan kita, ya jadinya orang itu menghina-hina kan?!" kata Budi.

"Ada sih. Bisa di ambil cerita. Jadi contoh : orang kaya sombong menghina orang miskin....," kata Eko.

"Ternyata ada," kata Budi.

Budi mengambil bakwan goreng di piring, ya di makan dengan baik bakwan goreng.

"Apa agama juga di hina-hina, ya perselisihan antar agama yang satu dengan lain?!" kata Budi.

"Yang aku tahu sih permain anak-anak. Contohnya : patung nabi isa di salip. Umatnya meminta bantuan pada nabi isa. Gimana nabi isa bisa menolong umatnya, ya diri nabi isa saja di salip," kata Eko.

Eko mengambil bakwan goreng di piring, ya di makan dengan baik.

"Memang sih. Yang aku tahu juga permainan anak-anak. Seperti omongan Eko. Contoh juga : di mesjid tempat yang di anggung semua orang, sendah jepit saja hilang di mesjid, ya gimana dengan kotak amal, ya pasti hilang," kata Budi.

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik.

"Urusan sendal sih. Aku sih pernah kejadian. Mungkin karena orang yang ngambil sendal ku itu, ya suka dengan sendal ku, ya jadinya aku ikhlasin saja," kata Eko.

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik. Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Kalau sendal sih aku juga. Kalau kotak amal, ya kebangetan sih yang ngambil kotak amal. Padahal memang benar sih kotak amal di curi orang, ya sama sih ceritanya di berita di Tv. Pengurus mesjidnya, ya was-was menjaga mesjid sampai menuduh orang yang numpang di mesjid di tuduh pencuri lah," kata Budi.

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Memang ada pengurus mesjid pemikiran sampai segitunya menuduh orang. Buruk sangka pada orang, ya jadinya dosa," kata Budi.

"Kalau sampai kejadian begitu sih, ya buruk sangka pada orang, ya di tuduh pencuri. Berarti pengurus mesjidnya, ya ilmunya kurang ngawain dari ilmunya," kata Eko.

"Memang kurang memahami ilmu," kata Budi.

"Pencuri kotak amal kalau di cari, ya orang miskin lah. Padahal orang miskin itu, ya berhak dapet bantuan dari mesjid dari kotak amal itu. Belum waktunya di berikan kepada orang miskin, ya sudah di curi sama orang miskin," kata Eko.

"Jadi pencuri kan karena keadaan ekonomi salah satunya. Dan yang kedua, ya memang karena pekerjaannya pencuri jadi merugikan orang lain," kata Budi.

"Nama juga realitanya kehidupan ini," kata Eko.

"Orang-orang yang menghina agama islam di cap kafir ya Eko?!" Budi.

"Katanya ulama sih yang mengajarkan sih. Sampai masuk dalam hukum penghinaan, ya kata berita di Tv. Tapi berbenturan dengan ajaran islam ada berkaitan dengan urusan taubatnya manusia, ya di mana manusia bisa salah karena sengaja dan tidak sengaja," kata Eko.

"Ajaran islam tentang taubat-nya manusia," kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

"Ya sudahlah lebih baik main catur saja!" kata Budi.

"Ok. Main catur!" kata Eko.

Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Eko dan Budi menyusun bidak catur di papan catur dengan baik. Keduanya main catur dengan baik.

TIDAK BISA KELAIN HATI

Abdul duduk di depan rumah sedang menyanyi dan main gitar, ya sambil minum teh gelas dan makan gorengan.

Lirik lagu yang dinyanyikan Abdul dengan judul 'Rena' :

Rena Rena Rena kusayang padamu
Rena Rena Rena kucinta padamu
Aku sangat rindu pada dirimu
Sudah lama aku tiada bertemu
Rena Rena Rena kusayang padamu
Hanya satu dalam hatiku
Cinta kasihku padamu
Sunggung tiada duanya
Di dalam dunia
Namamu terlukis indah
Bagai intan mutiara
Memancarkan cahaya
Cahaya asmara
Rena Rena Rena kusayang padamu
Rena Rena Rena kucinta padamu
Aku sangat rindu pada dirimu
Sudah lama aku tiada bertemu
Rena Rena Rena kusayang padamu
Hanya satu dalam hatiku
Cinta kasihku padamu
Sunggung tiada duanya
Di dalam dunia
Namamu terlukis indah
Bagai intan mutiara
Memancarkan cahaya
Cahaya asmara
Rena Rena Rena kusayang padamu
Rena Rena Rena kucinta padamu
Aku sangat rindu pada dirimu
Sudah lama aku tiada bertemu
Rena Rena Rena kusayang padamu

***

Budi sampai di rumah Abdul, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Abdul lah. Budi duduk dengan baik. Abdul selesai menyanyi dan main gitarnya.

"Budi. Eko main kesini apa enggak?!" kata Abdul.

"Eko ada urusan dengan Purnama, ya biasalah urusan cinta," kata Budi.

"Ooooo. Eko ada urusan dengan Purnama," kata Abdul

"Ooooo iya Abdul barusan nyanyiin lagu apa?!" kata Budi.

"Lagu Muchsin Alatas dengan judul 'Rena'..." kata Abdul.

"Hayooooo Abdul. Jangan-jangan Abdul menyukai cewek yang bernama Rena ya?!" kata Budi.

"Urusan lagu di kaitkan sama urusan aku suka sama cewek yang namanya Rena. Ya enggak lah Budi. Sekedar menyanyi saja!' kata Abdul.

"Aku kirain, ya cewek yang di sukai Abdul nama Rena. Ternyata tidak," kata Budi.

Budi mengambil tahu goreng di piring, ya di makan dengan baik tahu goreng lah. Abdul menaruh gitar di samping kursi dan segera mengambil teh gelas di meja, ya di minum dengan baik sama Abdul.

"Oooo iya Abdul. Cewek yang dekat dengan Abdul. Siapa namanya?!" kata Budi.

Abdul menaruh teh gelas di meja.

"Putri," kata Abdul.

"Yang aku maksud bukan Putri. Tapi kenalan Abdul, ya baru dan jadi teman gitu?!" kata Budi.

"Kalau itu sih rahasia deh," kata Abdul.

"Terserahlah Abdul!" kata Budi.

Budi mengambil teh gelas di meja, ya teh gelas di cucuk dengan sedotan, ya segera di minum dengan baik sama Budi.

"Ok nama Tasya," kata Abdul.

Budi kaget mendengar namanya Tasya. Budi menaruh teh gelas di meja.

"Apa aku tidak salah denger Abdul. Namanya Tasya?!" kata Budi.

"Tidak salah nama Tasya," kata Abdul.

"Tasya. Nama artis, ya temannya Putri, ya artis. Aneh?!!!" kata Budi.

"Budi. Aku becanda kok. Nama cewek yang dekat dengan aku, ya rahasia deh," kata Abdul.

"Emmmm. Aku kena becandaan Abdul. Tetap nama cewek yang dekat dengan Abdul, ya di sukai gitu, ya itu tetap rahasia," kata Budi.

"Misteri lebih menarik kan?!" kata Abdul.

"Iya. Misteri lebih menarik," kata Budi.

"Main catur saja!" kata Abdul.

"Ok. Main catur saja!" kata Budi.

Abdul telah mengambil papan catur di bawah meja dan di taruh papan catur di atas meja. Abdul dan Budi menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.

"Abdul sudah mulai kelain hati karena sudah dekat dengan cewek," kata Budi.

"Kelain hati. Aku masih menyukai Putri, ya tidak bisa kelain hati," kata Abdul.

"Tetap tidak bisa kelain hati. Putri tetap di sukai Abdul," kata Budi.

"Emmmm," kata Abdul.

Abdul dan Budi main catur dengan baik. Sedangkan Eko, ya sedang ngobrol dengan asik bersama Purnama di ruang tamu di rumahnya Purnama lah. Sedangkan Putri yang keberadaannya di Jakarta, ya tepatnya di rumahnya. Putri sedang asik mendengarkan musik di kamarnya sambil mengerjakan tugas kuliahnya, ya mengetik di leptop dengan baiklah.

IYA DAN TIDAK

Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan gorengan. 

"Kenapa orang menunjuk ke atas sambil menyebut Tuhan?!" kata Budi. 

"Nama juga manusia, ya dapet dari belajar," kata Eko. 

"Apa karena Nabi Muhammad naik ke langit dan mendapatkan perintah sholat?!" kata Budi. 

"Ya bisa jadi sih," kata Eko. 

"Agama lain juga memuja langit untuk menyatakan Tuhan yang di sembah," kata Budi. 

"Iya juga ya agama lain," kata Eko. 

"Langit seisinya ini kekuasaan Tuhan. Ya Tuhan satu," kata Budi. 

"Tuhan Maha Esa. Allah SWT," kata Eko menegaskan omongan Budi. 

"Ooo iya Eko. Makelar tanah itu ada yang bener ada yang tidak kan?!" kata Budi. 

"Memang sih makelar tanah di kota Bandar Lampung ini, ya ada yang bener ada juga tidak," kata Eko. 

"Orang nyari uang dengan jalan jadi makelar tanah," kata Budi. 

"Gejala keadaan ekonomi di kota Bandar Lampung," kata Eko. 

"Ada kaitan dengan orang-orang partai politik apa enggak tentang makelar tanah itu?!" kata Budi. 

"Ada kaitan dengan orang partai politik ada juga tidak," kata Eko. 

"Ooooo iya Eko. Aku telah baca buku. Ya aku telah tahu tentang jawaban pemuda yang bisa mendengarkan roh dan juga orang yang telah naik Haji dan juga punya gelar pendidikan agama sampai profesor, tapi tidak bisa mendengarkan roh," kata Budi.

"Terus!!!!" kata Eko. 

"Pemuda yang mendengarkan roh itu, ya jalan agama jujur, ya benar agama. Sedangkan orang tidak mendengarkan roh itu, ya tidak jujur, ya tidak benar agama," Kara Budi. 

"Jadi?!" kata Eko. 

"Kemungkinan, ya antara iya dan tidak," kata Budi. 

"Kemungkinan, ya antara iya dan tidak," kata Eko.

"Memang jawabannya lebih baik kemungkinan, ya antara iya dan tidak," kata Budi. 

"Kan aku buat kemungkinan antara iya dan tidak karena aku kan lulusan SMA. Aku butuh banyak baca buku untuk dapat menjawab dengan baik. Sedangkan Budi telah baca buku dengan baik. Kok jadinya jawabannya lebih kemungkinan antara iya dan tidak?!" kata Eko. 

"Aku jelaskan dengan baik Eko. Kenapa lebih baik kemungkinannya antara iya dan tidak?!" kata Budi. 

"Silakan jelaskan Budi!" kata Eko. 

Eko mendengarkan dengan baik penjelasan Budi, ya sampai Eko mengerti banget.

"Jadi begitu Eko," kata Budi. 

"Aku mengerti Budi. Memang lebih baik kemungkinannya, ya antara iya dan tidak," kata Eko. 

"Misteri banget kan," kata Budi. 

"Iya misteri banget," kata Eko. 

"Kalau mau tentang kebenarannya sih, ya ada dalam buku sih," kata Budi. 

"Buku itu. Budi pinjem dari siapa?!" kata Eko. 

"Dari temen yang telah lulus kuliah, ya sarjana sih. Kata Eko kan belajar dari pergaulan dari ilmunya setingkat kita, ya SMA, ya sampai ilmunya lebih dari kita, ya sarjana. Yang baik di ambil. Yang buruknya di buang. Kalau belajar dalam pergaulan," kata Budi. 

"Oooo dari temen Budi yang pendidikannya sarjana. Budi pinter!" kata Eko. 

"Terima kasih Eko di puji pinter," kata Budi. 

Budi mengambil gelas berisi kopi, ya di minum dengan baik kopi lah. 

"Emmmm," kata Eko. 

Eko mengambil gelas berisi kopi, ya di minum dengan baik kopi lah. Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Dengan baca buku dengan baik, ya aku tahu jawaban dari pertanyaan yang aku lah," kata Budi. 

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja lah. 

"Pengetahuan bertambah karena baca buku, ya beda dengan orang tidak baca buku, ya pengetahuannya sebatas gitu gitu saja," kata Eko. 

"Emmmmm," kata Budi. 

"Main catur saja!" kata Eko. 

"Ok. Main catur!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja dan di taruh papan catur di atas meja. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.

"Sarjana itu pemikirannya kritis ya Eko?!" kata Budi. 

"Ada kritis ada yang enggak," kata Eko. 

"Jika aku menyudutkan orang pendidikan tinggi dari gelar S1 sampai S3, ya profesor dengan sebuah pertanyaan, di anggap tidak masalah dalam pendidikan, ya Eko?!" kata Budi. 

"Ya tidak ada masalah sih. Nama juga pendidikan. Belajar jadi pintar. Yang salah di benarkan dan yang benar tetap benar," kata Eko. 

"Oooo begitu," kata Budi. 

 Keduanya main catur dengan baik. 

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK