CAMPUR ADUK

Wednesday, March 16, 2022

SANTAI

Dono yang berada di kota Batam. Dono tepatnya berada di pantai, sedang santai di pinggir pantai, ya memancing di pinggir pantai gitu. Tiba-tiba Hp berbunyi gitu dengan nada musik kesukaan Dono lah. Dono mengeluarkan Hp-nya dari saku celananya dan memeriksa Hp-nya dengan baik. 

"Indro," kata Dono.

Dono menekan tombol di Hp dan terlihat lah wajah Indro di Hp, ya bisa di bilang vidio call sih.

"Assalamualaikum...Don," kata Indro.

"Waalaikumsalam..Indro. Ada apa Indro?" kata Dono.

"Dono. Susah amat di hubungin?" kata Indro.

"Sibuk lah," kata Dono.

"Sibuk meratapi keadaan yang lagi patah hati karena Rara menikah dengan cowok pilihan orang tuanya?" kata Indro, ya niatnya becandaan dengan Dono.

"Aduh cerita itu. Emmmmm. Apa lagi urusan patah hati. Kaya anak SMA saja atau anak kuliahan yang baru belajar tentang cinta. Urusan dengan Rara. Cinta tah harus bersama kan?!" kata Dono.

"Cinta memang tak harus bersama sih. Jadi sebagai teman juga boleh sih," kata Indro.

"Teman. Yang aku takutin. Kenangan manis itu kembali lagi. Keberadaan ku dapat merusak hubungan Rara dengan cowok pilihan orang tuanya," kata Dono.

"Omongan Dono benar lah," kata Indro.

"Lebih baik aku di Batam menyenangkan diri. Ya salah satunya aku lagi mancing di pinggir pantai," kata Dono.

"Dono lagi mancing toh di pinggir pantai," kata Indro.

"Emmm," kata Dono.

Dono menunjukkan keadaan dengan baik, ya pantai gitu lewat Hp-nya. Indro melihat dengan baik keadaan pantai sih yang di tunjukkan Dono.

"Keadaan Batam gimana...Don?" kata Indro.

"Baik," kata Dono.

"Kalau baik saja sih infonya cuma gitu-gitu saja," kata Indro.

"Ya nama suatu daerah sih. Ada baik dan juga ada buruknya, ya manusianya sih yang di perhitung kan dengan baik. Sama saja di kota-kota lain. Maka itu polisi ada untuk menjaga keamanan dengan baik," kata Dono.

"Kalau itu komplit Dono. Ada baik dan buruk, ya tingkah laku manusianya yang di perhitungkan dengan baik," kata Indro.

"Gimana dengan keadaan di Jakarta" kata Dono.

"Jakarta sih. Sama aja sih berita di Tv....infonya gitu saja," kata Indro.

"Ada baik dan buruk dari tingkah laku manusia yang di perhitungkan, ya Indro?" kata Dono.

"Ya begitulah Don. Tingkah laku manusia ada yang baik dan buruk. Maka itu polisi ada kan untuk menjaga keamanan dengan baik," kata Indro.

"Siap Pak," kata Dono langsung melakukan hormat gitu, ya niatnya becandaan dengan Indro.

Indro yang melihat ulah Dono, ya tertawa sedikit sih dan berkata "Lapor Pak, ya Don?!"

Dono, ya berhenti hormat sama Indro.

"Ya begitu lah. Lapor Pak. Lawak gitu," kata Dono.

"Memang sih. Lapor Pak itu menghibur. Yang lawak, ya orang-orangnya kawakan gitu dalam hal melawak gitu," kata Indro.

"Pengalaman mereka yang lawak sudah banyak, ya berarti bisa menghibur penonton di rumah dengan baik dengan lawakan yang di mainkan dengan baik,"kata Dono.

"Realitanya memang begitu sih," kata Indro.

"Ngomong-ngomong beritanya yang lagi hits sekarang tentang motor GP Mandalika gitu. Pembalapnya bertemu dengan presiden," kata Dono.

"Ya begitu lah kedaan beritanya," kata Indro.

"Emmmm," kata Dono.

"Udahan ya Don. Assalamualaikum," kata Indro.

"Waalaikumsalam," kata Dono.

Indro mematikan hubungan Hp dengan Dono. Dono memasukkan Hpnya ke saku celana. Dono tetap santai di pinggir pantai, ya mancing gitu. Indro beranjak dari duduknya di halaman belakang rumah, ya masuk ke dalam rumah, ya menuju ruang tengah di mana ada Kasino yang sedang nonton Tv gitu. Indro pun duduk bersama Kasino di ruang tengah, ya nonton Tv.

"Kabar Dono gimana?" kata Kasino.

"Dono kabarnya baik," kata Indro.

"Syukurlah kalau kabarnya baik. Aku kirain masih mikirkan tentang Rara?!" kata Kasino.

"Dono tidak mikirkan tentang Rara lagi. Dono lagi santai mancing di pinggir pantai," kata Indro.

"Ooooo...Dono lagi santai toh. Mancing di pinggir pantai. Bagus lah itu," kata Kasino.

"Emmmm," kata Indro.

Indro dan Kasino, ya fokus nonton acara Tv yang bagus banget gitu sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah. Nama juga lagi santai di rumah.

KETOPRAK

Budi duduk di depan rumahnya, ya sedang baca koran sambil menikmati minum kopi gelasan dan juga gorengan lah. Eko pun dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Eko pun duduk bersama Budi. Ya Eko melihat meja ada kopi gelasan dan juga gorengan.

"Ada gorengan," kata Eko.

Eko mengambil bakwan goreng di piring, ya di makan dengan baiklah bakwan goreng. Budi berhenti baca korannya karena ada Eko lah. Ya koran di taruh di mejalah sama Budi. 

"Gorengan enak kan Eko?" kata Budi.

Budi mengambil bakwan goreng di piring, ya di makan dengan baiklah gorengan lah.

"Enak gorengannya. Budi....buat gorengan yang ada di piring?" kata Eko.

"Ya aku tidak buat gorengan. Aku beli kok," kata Budi.

"Oooooo beli gorengan toh," kata Eko.

Eko dan Budi terus menikmati makan gorengan, ya sambil minum kopi gelasan sih.

"Aku ada cerita," kata Budi.

"Cerita. Ya silakan Budi bercerita!" kata Eko.

"Baiklah aku bercerita. Seorang pemuda yang tahu keadaan dirinya dari keluarga miskin. Pemuda itu kerja jadi kuli di pasar, ya tujuannya bantu keluarga sih. Sampai uang tabungannya cukup sih. Pemuda itu memutuskan untuk berhenti dari kuli pasar, ya jadi penjual ketoprak. Alasan pemuda itu memutuskan jualan ketoprak, ya karena menyukai makanan ketoprak. Setiap hari usaha jualan ketoprak di jalankan dengan baik di pinggir pasar. Dari awalnya sepi pembeli karena belum di kenal orang gitu. Sampai teman-temannya pemuda itu membeli ketoprak tersebut, ya tujuannya melariskan jualan pemuda itu. Ya lama kelamaan jualannya jadi laris gitu. Pemuda itu terus bersyukur dengan hasil usahanya dengan cara beribadah dengan baik. Hasil dari usaha jualan ketoprak, ya di berikan sama Ayah dan Ibunya, ya seperti biasanya saat kerjaan di masa lalunya sebagai kuli pasar gitu. Sampai pemuda itu berteman dengan cewek cantik, ya menerima apa adanya pemuda tersebut. Pemuda itu senang sih, ya ada cewek yang mau sama dirinya dari pekerjaannya dan juga dari keluarga miskin gitu. Hubungan pemuda tersebut dengan cewek yang ia sukai, ya berjalan dengan baik banget gitu. Suatu ketika Ibunya sakit keras. Pemuda itu pun membiayain pengobatan Ibunya sampai sembuh. Uang tabungan pemuda itu pun habis dan juga modal jualan ketoprak pun terpakai untuk biaya pengobatan Ibunya. Ibu sembuh dari sakitnya. Ayah senang Ibu sehat walafiat. Pemuda senang juga Ibunya sehat walafiat. Pemuda itu bingung dengan usahanya karena modalnya telah terpakai untuk pengobatan Ibunya. Ceweknya ingin membantu pemuda itu, ya meminjamkan cincin emas untuk modal usaha lagi. Pemuda itu menolaknya kebaikkan ceweknya. Pemuda itu memutuskan untuk ngutang dengan teman-temannya di pasar untuk membantu agar usahanya berjalan lagi. Teman-temannya ada yang pedagang di pasar gitu karena pemuda itu mantan kuli pasar gitu. Teman-temannya memberikan utangan barang yang di perlukan pemuda itu untuk berjualan ketoprak. Pemuda itu pun berjualan ketoprak dengan modal utang. Usaha jualan ketoprak di jalankan dengan baik banget. Sampai akhirnya pemuda tersebut, ya berhasil membayar utangnya sama teman-temannya di pasar. Modal pun kembali dengan baik. Hasil usaha di jalankan dengan baik pun, ya ada di tabung sih, ya tujuannya jaga-jaga kalau usaha mengalami krisis. Namanya jualan, ya rezekinya pasang surut air laut gitu. Pemuda tersebut terus menjalankan usahanya jualan ketoprak dengan baik. Pemuda itu pun menikah dengan cewek yang menerima apa ada dirinya dengan baik. Begitu lah ceritanya," kata Budi.

"Cerita yang bagus. Penjual ketoprak. Jangan-jangan idenya di ambil dari sinetron di Tv yang menonjolkan penjual ketoprak?" kata Eko.

"Kok. Eko tahu?!" kata Budi.

"Kan aku tahu kebiasaan Budi," kata Eko.

"Ya benar sih Eko. Aku mengambil idenya dari sinetron di Tv yang menonjolkan penjual ketoprak gitu. Jadi aku membuat cerita, ya seperti biasanya versi aku gitu. Sekedar cerita saja!" kata Budi.

"Emmmm," kata Eko.

Eko dan Budi tetap menikmati makan gorengan dan juga minum kopi gelasan gitu. Abdul pun dateng, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Abdul membawa seplastik yang berisi makan gitu dan duduklah Abdul bersama Eko dan Budi. Abdul menaruh plastik berisi makanan di meja.

"Apa itu Abdul?" kata Budi.

"Makanan. Ketoprak," kata Abdul.

"Ketoprak. Kok bisa kebetulan dengan cerita di buat Budi, ya judul ceritanya sih bisa di bilang penjual ketoprak gitu," kata Eko.

"Kebetulan sama tidak masalahlahkan. Yang penting Abdul bawa makanan gitu," kata Budi.

"Emmmm," kata Abdul.

"Ketopraknya beli apa buat Abdul?" kata Eko.

"Beli lah. Aku tidak sempat untuk membuat makanan, ya repot dengan urusan usaha gitu," kata Budi.

"Makan yuk ketopraknya!" kata Abdul.

"Ayo!" kata Budi dan Eko bersamaan.

Abdul mengambil sebungkus ketoprak di plastik, ya begitu juga dengan Budi dan Eko lah. Ketiganya menikmati makan ketoprak yang enak banget. Sampai urusan makan selesai, ya perut ketiganya kenyang gitu. Seperti biasanya ketiganya main kartu remi, ya permainannya seperti biasa sih permainan kartu reminya....cangkulan.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK