Malam hari, ya bulan bersinar dengan baik gitu. Setelah nonton Tv yang acaranya menarik dan bagus di chenel MAXSTREAM, ya seperti biasanya Budi duduk santai di depan rumahnya sedang baca cerpen yang ceritanya menarik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Sivaji adalah seorang yatim piatu dan pekerja anak, yang menyelamatkan ayah Vamsi dari kecelakaan meskipun majikannya tidak ingin terlibat. Sivaji tertinggal setelah majikannya yang marah meninggalkannya dan berhasil menyelamatkan Prasad (ayah Srikanth) dengan meminta bantuan. Orang tua Vamsi, yang bersyukur atas penyelamatannya yang tepat waktu, membawa Sivaji pulang dan memperlakukannya seperti anak mereka sendiri. Sivaji hanya punya satu syarat - dia akan tinggal hanya jika mereka tidak keberatan dengan kebiasaan minumnya.
Sivaji dan Vamsi memiliki ikatan persahabatan yang kuat saat tumbuh dewasa. Vamsi adalah seorang peminum alkohol dan bersama Sivaji mereka mengurus bisnis ayah mereka, yang berkembang pesat di bawah pemerintahan mereka yang cerdas. Sivaji tinggal terpisah di kamar sewaan setelah dia cukup dewasa karena dia benci menunjukkan sisi mabuknya kepada orang tua mereka. Kedua sahabat itu berbagi perjanjian di mana masing-masing pengantin perempuan harus dipilih oleh yang lain. Vamsi mencoba menjodohkan Sivaji untuk menikah, tetapi gadis itu menolaknya karena masalah minum Sivaji. Sementara itu, Vamsi bertemu dengan Seetha (Malavika), seorang gadis naif yang baru datang dari desa, saat dia menghadiri wawancara untuk penempatan di perusahaannya, dan langsung jatuh cinta padanya. Pada malam yang sama, Sivaji, yang meninggalkan bar dalam keadaan mabuk karena peringatan topan dan hujan lebat, bertemu dengan Seetha yang meminta tumpangan ke stasiun kereta api. Dia harus kembali ke desanya pada hari yang sama dan mobil yang ditumpanginya mogok. Seetha segera menyadari bahwa Sivaji mengemudi dalam keadaan mabuk dan menjadi waspada terhadap niatnya. Sivaji, yang sedang mabuk, mengambil jalan memutar dari rute, menepi di daerah terpencil dan mencoba memaksa Seetha. Vamsi, yang tidak dapat menghubungi Sivaji di rumahnya, mencoba ke bar yang sering dikunjunginya dan mengetahui bahwa Sivaji pergi dalam keadaan mabuk saat membeli sebotol minuman keras lagi. Vamsi mencoba menindaklanjutinya dengan menyetir ke tempat-tempat yang menurutnya akan dikunjungi Sivaji, karena ia khawatir dengan temannya. Ia tidak melihat Sivaji dan Seetha, meskipun ia berhenti di sekitar mereka. Sivaji melukai Seetha selama penyerangan seksual yang meninggalkan goresan dalam di bahu dan perutnya. Seetha akhirnya berhasil melarikan diri dari Sivaji dengan memukul kepalanya dengan batu dan pergi.
Keesokan harinya, Vamsi menemukan Sivaji yang terluka dan membawanya ke rumah sakit. Sivaji, yang menyesal dan menyesali tindakannya saat mabuk, bersumpah untuk tidak pernah menyentuh alkohol, sebuah keputusan yang membuat keluarganya sangat senang. Vamsi bersama keluarganya pergi untuk menghadiri pernikahan teman keluarga mereka, dan bertemu Seetha di sana. Mereka menyukainya dan memutuskan untuk menyelesaikan pernikahan Vamsi dan Seetha hanya jika Sivaji menyetujuinya; mereka memastikan untuk memberi tahu keluarga Seetha sebelum pertemuan. Sivaji jelas terkejut menemukan Seetha di sana dan meninggalkan pertemuan itu dalam keadaan linglung yang menyebabkan Vamsi berpikir Seetha tidak disetujui. Sivaji menyadari bahwa Vamsi sangat menyukai Seetha dan setelah Seetha meyakinkannya untuk melupakan pertemuan mereka yang malang dan tidak merusak masa depannya, Sivaji berbohong tentang memalsukan reaksi kesalnya dan memberikan restunya kepada Vamsi.
Begitu Vamsi dan Seetha menikah, Seetha mulai membalas dendam pada Sivaji, tujuannya adalah memisahkan kedua sahabat itu dan membuat Sivaji menderita malam-malam yang tak tenang seperti yang dialaminya. Sivaji menanggung semua yang dilakukan Seetha dalam diam. Dia menambahkan garam ke kopi, bukan gula, dan menyangkal telah mengambil uang yang diberikan Sivaji atas perintah Vamsi, membuatnya tampak seperti pencuri, dsb. Meskipun begitu, Vamsi memperlakukan Sivaji seperti dewa dan itu membuat Seetha sangat marah karena semua rencananya tidak berhasil. Sivaji akhirnya menikahi Ganga (Asha), putri pemilik tanahnya yang cacat mental setelah dia mengetahui masa lalunya - Ganga telah mengalami pelecehan seksual dalam perjalanannya menuju pernikahan dua tahun lalu dan telah berada dalam kondisi ini (Ganga terus meminta setiap pria yang ditemuinya untuk menikahinya) sejak saat itu. Vamsi menentang pernikahan itu dengan alasan sebelumnya dia hanya bercanda tentang Sivaji yang menikahinya, bahwa dia pantas mendapatkan yang lebih baik - seseorang yang dapat membuatnya bahagia. Sivaji bersikeras dan meyakinkan keluarganya untuk menerima Ganga sebagai pasangannya. Vamsi membawa pasangan yang baru menikah itu ke rumahnya sehingga ia dan Seetha dapat mengawasi dan membimbing mereka melewati masa-masa sulit di awal. Seetha memberi Ganga nasihat yang buruk yang mengakibatkan Sivaji ditampar dan digigit hingga berdarah. Sivaji meninggalkan rumah mereka keesokan paginya karena ia tidak nyaman tinggal di sana.
Ayah Vamsi dan Ganga mengunjungi dokter yang mengungkapkan bahwa mungkin sulit untuk menyembuhkan Ganga karena sudah lama tidak diobati. Dokter menyarankan agar suaminya berperan sebagai dokter sekarang dan dengan membangkitkan perasaan dan ketertarikan seksual pada Ganga, ada kemungkinan untuk menyembuhkannya. Sementara itu, Sivaji mendekati Seetha saat Vamsi pergi dan mulai merangkak di kakinya. Sivaji memohon padanya untuk tidak membiarkannya menjadi alasan pernikahannya bermasalah (Vamsi dan Seetha sering berdebat dan bertengkar tentang Sivaji) dan bahwa dia akan melakukan apa saja untuk membuatnya bahagia. Seetha meminta Sivaji untuk pergi, karena Vamsi memperlakukannya seperti dewa, dia harus menghilang seperti dewa.
Sivaji, meskipun sedih dan sengsara dengan ultimatum itu, mengindahkan kata-katanya dan pergi bersama Ganga ke tempat yang tidak diketahui. Vamsi yang mencoba mengejutkan Sivaji di tengah malam pada hari ulang tahunnya mendapat kejutan yang kasar. Dia mencoba ke mana-mana, tetapi Sivaji sudah pergi. Suatu hari, penjaga komunitasnya yang terjaga keamanannya mendekati Vamsi dan memberitahunya bahwa dia menyaksikan Sivaji mengunjungi Seetha dan kemudian pergi sambil menangis. Vamsi, marah karena Seetha memiliki informasi mengenai hilangnya Sivaji, berteriak padanya untuk mengatakan yang sebenarnya. Seetha, kesal karena Vamsi memuja Sivaji, berbicara tentang sifat sebenarnya dari pertemuan pertamanya dengan Sivaji dan bahwa goresan di tubuhnya yang dia katakan berasal dari anjing gila sebenarnya adalah pekerjaan sahabatnya. Vamsi kemudian mengungkapkan, dia sudah tahu tentang itu sejak awal. Vamsi telah mendengar Seetha, ketika dia berjanji untuk menempatkan Sivaji melalui neraka keesokan harinya setelah pernikahannya dengan Vamsi. Dia menjelaskan bagaimana dia menyadari semua yang dilakukan Seetha untuk menyakiti temannya dan bagaimana dia menderita dalam diam. Dia bahkan menyebutkan bahwa jika dia tahu kejadian ini lebih awal, dia pasti bisa meyakinkan Seetha untuk menikahi Sivaji. Vamsi akhirnya berteriak bahwa dia sudah muak dan jika Seetha punya masalah dengan temannya, maka dia tidak punya tempat untuk Seetha dalam hidupnya. Orang tua Vamsi mencoba meyakinkan Seetha bahwa Sivaji bukanlah orang jahat. Dia telah melakukan kesalahan terhadap Seetha dan dia menyesal serta melakukan segala cara untuk menebus kesalahannya, bahkan menikahi korban pemerkosaan - untuk memberinya kehidupan pernikahan yang bahagia yang jika tidak akan ditolaknya. (Dulu dan bahkan sekarang, beberapa orang cenderung berpikir bahwa jika seorang wanita diperkosa maka hidupnya selesai - dalam hal pernikahan dan lainnya) Vamsi dan orang tuanya (secara tidak langsung) menyebutkan bahwa Sivaji membuat kesalahan yang tidak disengaja di bawah pengaruh alkohol, yang mana ia mencoba untuk menebusnya, tetapi Seetha telah membuat banyak kesalahan, secara sadar dan ia bahkan telah menyebabkan kekacauan pada pernikahan wanita lain (Ganga). Bagaimana ia bisa lebih baik dan tidak bisakah ia benar-benar memaafkan Sivaji?
Seetha, yang khawatir pada suaminya dan menyesali tindakannya, pergi menemui ayah Ganga dan memohon padanya untuk menceritakan keberadaan Sivaji, yang akhirnya dilakukannya. Sivaji tinggal di sebuah rumah sederhana di Vizag dan bekerja sebagai sopir truk. Ganga sembuh setelah dia dan Sivaji tidur bersama. Seetha tiba di rumah mereka dan mengikatkan rakhi pada Sivaji, menyatakannya sebagai saudara laki-lakinya dan untuk menyelamatkan suaminya, yang telah menulis nama Sivaji di seluruh dinding kamar tidur mereka dengan darahnya. Sivaji bergegas ke Hyderabad dan kedekatannya sudah cukup bagi Vamsi untuk sadar kembali. Kehancuran perasaan sentimental, permohonan dan pengampunan terjadi dan mereka semua hidup bahagia selamanya.
***
Budi selesai baca cerpen yang cerita menarik, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. Eko datang ke rumah Budi, ya motor Eko di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Hidup ini....tetap sama!" kata Eko.
"Memang hidup ini tetap sama!" kata Budi.
"Manusia tetap merencanakan dengan baik rencananya......sampai rencana yang di rencanakan berhasil dengan baik," kata Eko.
"Realitanya memang begitu," kata Budi.
"Persaingan sengit banget," kata Eko.
"Memang persaingan sengit sih. Bisa di bilang persaingan seperti permain catur dengan tujuannya menang, ya rencana yang di rencanakan sukses gitu," kata Budi.
"Hitam dan putih kan Budi?" kata Eko.
"Iya...Eko...hitam dan putih," kata Budi.
"Kayanya sih...lebih Budi....warna urusan berkaitan persaingan untuk mencapai tujuan yang dinginkan," kata Eko.
"Memang sih...Eko...warna banyak berkaitan persaingan untuk mencapai tujuan yang diinginkan," kata Budi.
"Seperti warna partai politik kan Budi?" kata Eko.
"Partai politik memang banyak sih. Bisa sih...di bilang seperti warna partai politik," kata Budi.
"Warna warni," kata Eko.
"Memang warna warni," kata Budi.
"Pemenang itu memang menyenangkan, ya rencana sukses dengan baik," kata Eko.
"Memang pemenang itu...menyenangkan," kata Budi.
"Kalah itu tidak enak. Tapi demi sesuatu yang diinginkan kan, ya rencana tetap di jalankan dengan baik dengan tujuan menang gitu," kata Eko.
"Pantang menyerah lah. Maka rencana tetap di jalankan dengan baik dengan tujuan menang," kata Budi.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Main permainan monopoli saja Budi!" kata Eko.
"Okey main permainan monopoli!" kata Budi.
Budi mengambil permainan monopoli di bawah meja, ya permainan monopoli di taruh di bawah meja gitu. Eko dan Budi main permainan monopoli dengan baik gitu.
"Tinggal di negeri Indonesia," kata Eko.
"Realitanya memang begitu," kata Budi.
"Di syukuri dengan baik saja," kata Eko.
"Memang di syukuri dengan baik saja gitu. Keadaan baik dan tenang. Ya beda dengan keadaan orang yang mungkin keadaan lingkungan sosial masyarakatnya masih....masalah konfik karena perkara dalam maupun memang ada pihak luar yang membuat konflik di dalam," kata Budi.
"Kasihan juga dengan orang-orang yang mengalami konflik karena perkara ini dan itu," kata Eko.
"Memang kasihan," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko, ya asik main permainan monopoli gitu.
"Kalau keadaan jadi mayoritas agama Kristen, ya seperti negara ini dan itu.... mayoritas agama Kristen...gimana Eko?" kata Budi.
"Mayoritas," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Mayoritas agama Kristen toh," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Urusan dunia ini. Ya tidak ada masalah mayoritas agama Kristen!" kata Eko.
"Memang sih...urusan dunia ini. Tidak ada masalah sih...mayoritas agama Kristen," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Yang jadi masalah sih...orang lain kan Eko...yang mempermasalahkan mayoritas agama Kristen?" kata Budi.
"Memang sih...yang mempermasalahkan mayoritas agama Kristen, ya orang lain karena orang-orang itu berusaha dengan baik...agama yang di yakini...berkembang pesat banget dengan tujuan ini dan itu," kata Eko.
"Rencana tetap di jalankan orang-orang yang berusaha dengan baik....agama yang di yakini...berkembang pesat banget dengan tujuan ini dan itu," kata Budi.
"Tuhan," kata Eko.
"Tuhan," kata Budi.
"Dunia dan dunia....urusan agama ini dan itu," kata Eko.
"Memang dunia dan dunia," kata Budi.
"Urusan dunia...sampai buta...padahal sudah di berikan penglihatan dengan baik dan akal dengan baik sama Tuhan," kata Eko.
"Di butakan keadaan urusan dunia, ya tua dan muda," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko masih asik main monopoli gitu.
"Aku dan Eko...tetap mengikuti....pemuda yang mampu melampaui batasan manusia, ya mendengarkan Roh," kata Budi.
"Utusan Tuhan tidak ada atau Nabi tidak ada, ya karena ceritanya telah lama wafat dan di tulis di dalam buku sejarah pendidikan ini dan itu, ya pastinya sampai pendidikan tingkat tinggi gitu. Yang ada pemimpin ini dan itu. Manusia tetap cekcok urusan agama ini dan itu..sampai buta keadaan gitu. Yaaa hidup ini pilihan manusia yang menjalankan hidup ini, ya aku dan Budi...tetap mengikuti...pemuda yang mampu melampaui batasan manusia, ya mendengarkan Roh," kata Eko.
"Yang di dapatkan ketenangan hidup, ya dan tidak buta keadaan," kata Budi.
"Memang yang di dapatkan ketenangan hidup," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko dan Budi tetap asik main permainan monopoli gitu.