CAMPUR ADUK

Monday, November 29, 2021

MAKAN MALAM DI RESTORAN

Eko ke rumah Heru untuk minjem mobil sih. Heru kan anak orang kaya, ya yang kaya orang tuanya lah. Eko dan Heru berteman baik lah dari kecil sampai dewasa, ya satu pengajian gitu. Kalau urusan pendidikan sih, ya jalan masing-masing untuk meraih masa depan. Heru sebagai teman yang baik, ya minjemin mobil ke Eko.

Eko membawa mobil dengan baik ke rumah Purnama, ya tujuannya ngajak makan di restoran. Sampai di rumah Purnama. Ya Purnama masuk ke mobil bersama adiknya, ya menemanin Purnama. Eko membawa mobil dengan baik ke restoran, ya sebut saja nama restorannya alun-alun.

Sampai di restoran. Eko bersama Purnama dan juga adiknya, ya segera makan malam di restoran. Sambil menikmati makan dan minuman, ya suasana memang nyaman sih dan juga ada live musik juga sih. Eko mengamati semuanya dengan baik. 

"Pelayanannya bagus restoran ini," kata hati Eko. 

Eko terus menikmati makan dan minum, ya begitu dengan Purnama dan juga adiknya. Sedangkan Budi dan Abdul sedang duduk santai di rumah Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan. 

"Eko tidak bisa main ke sini, ya Budi?!" kata Abdul. 

"Ya Eko tidak bisa main ke sini, ya ada kencan sama Purnama. Makan malam di restoran gitu," kata Budi. 

"Wiiiii....gaya orang kaya makan malem di restoran. Biasanya makan di pinggir jalan," kata Abdul. 

"Nama juga urusan cinta. Ya kadang di buat spesial gitu demi hubungan di jalin dengan baik gitu," kata Budi. 

"Urusan cinta, ya terkadang di buat spesial sih demi hubungan di jalin dengan baik," kata Abdul menegaskan omongan Budi. 

"Eko bawa mobil, ya demi Purnama," kata Budi. 

"Bawa mobil. Mobil siapa yang di bawa?!" kata Abdul. 

"Heru, ya teman kita. Teman pengajian," kata Budi. 

"Ooooo.....orang tua Heru itu penggurus mesjid, ya kan Budi?!" kata Abdul. 

"Iya lah," kata Budi. 

"Memang Heru, ya anak orang kaya lah," kata Abdul. 

"Iya," kata Budi. 

"Aku juga ingin ngajak Putri...makan malam ke restoran," kata Abdul. 

"Putri di Jakarta. Abdul di Bandar Lampung, ya mana bisa lah!" kata Budi. 

"Memang keadaannya begitu sih. Tapi masa sekolah SMA, ya aku pernah makan bersama Putri di kantin," kata Abdul. 

"Kalau itu sih. Aku, Eko dan Erwin, ya ikutan makan di kantin, ya nemenin Abdul yang ingin dekat sama Putri," kata Budi. 

"Moment itu berkesan," kata Abdul. 

"Memang sih berkesan. Ya kalau di pikir-pikir aku ingin juga kaya Eko. Ya makan malam di restoran bersama cewek yang aku sukai," kata Budi. 

"Kenyataannya....Budi?!" kata Abdul. 

"Kenyataan tetap kenyataan, ya belum ada sih," kata Budi. 

"Kalau begitu, ya sudah ngobrolin ingin kencan dengan cewek dan makan malam di restoran. Lebih baik main catur!" kata Abdul. 

"Ok main catur!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja sih papan catur. Budi dan Abdul menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Ya keduanya main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan. Sedang Putri yang berada di Jakarta. Putri, ya sedang makan malam di restoran bersama teman-temannya kuliah lah, ya cewek lah. Sedangkan Erwin, ya berada di Jakarta. Erwin di dalam kamarnya sedang asik mengetik di leptopnya, ya mengerjakan tugas-tugas kuliahnya. 

Beberapa saat kemudian, ya urusan makan malam di restorannya Eko bersama Purnama beserta adiknya Purnama juga sih, ya selesai makan malam di restoran. Eko mengantarkan Purnama pulang bersama adiknya. Ya Eko membawa mobil dengan baik sampai di rumah Purnama. 

Makan malam, ya berkesan baik antara Eko dan juga Purnama sih. Ya Eko pun meninggalkan rumah Purnama. Ya Eko membawa mobil dengan baik, ya mengembalikan mobil ke Heru, ya nama juga mobil pinjaman. 

Setelah mobil sudah di kembali kan ke Heru, ya Eko pulang ke rumahnya dengan motornya.Ya Eko dengan perasaan senang karena urusan kencannya bersama Purnama sukses. 

BUNGA YANG SUSAH UNTUK DI LUPAKAN

Eko duduk di depan rumah, ya sedang baca koran, ya sambil menikmati minum teh gelas dan juga makan gorengan. Budi sampai di rumah Eko, ya memarkirkan motor dengan baik di depan rumahnya. Budi pun duduk di sebelah Eko.

"Asik baca koran....Eko?!" kata Budi.

Eko menghentikan baca korannya dan koran di taruh di meja. 

"Santai-santai lebih baik baca koran. jadi tahu infomasi ini dan itu dari koran," kata Eko. 

"Aku mengerti omongan Eko," kata Budi. 

Budi teringat dengan cerpen yang ia baca di koran, ya baca ya di rumah Budi lah. 

"Bunga yang susah untuk di lupakan," kata Budi. 

Eko mendengarkan omongan Budi, ya merasa aneh sih. 

"Budi....ada masalah?" kata Eko. 

"Ya aku tidak ada masalah sih," kata Budi. 

"Oooo tidak ada masalah toh. Jadi omongan Budi yang tadi, ya bunga yang susah untuk di lupakan?!" kata Eko. 

"Cerita cerpen....Eko!" kata Budi. 

"Oooooo cerita cerpen toh!" kata Eko. 

"Cewek kalau di sukai dengan benar-benar susah untuk di lupakan," kata Budi. 

"Memang sih. Cewek kalau benar-benar di sukai, ya susah untuk di lupakan," kata Eko. 

"Jadi bener toh!" kata Budi. 

"Cerita...cerpen gimana ceritanya Budi!" kata Eko. 

"Aku ceritakan cerpen, ya Eko. Ceritanya tentang seorang cewek bernama Tiara Rahmadani di panggilannya Rara," kata Budi. 

Eko langsung memotong omongan Budi "Tunggu dulu. Kok nama tokoh cewek ya nama artis penyanyi dangdut, ya Rara gitu. Emang cerita cerpen itu beneran nama tokohnya artis Rara?!" 

"Eko. Sebenarnya sih. Tokoh ceweknya nama kurang populer, ya jadi aku ganti dengan tokoh yang populer, ya artis gitu. Kan mau-mau aku bercerita...kan Eko!" kata Budi. 

"Ya sudahlah terserah Budi lah!" kata Eko. 

"Aku lanjutkan ceritanya. Rara sosok cewek yang baik. Rara kuliah di salah satu di Universitas ternama. Bertemulah Rara dengan Dono. Ya awalnya berteman baik sih. Dono punya teman akrab, ya Kasino dan Indro lah. Hubungan Dono dan Rara dari pertemanan sampai terjalin kisah cinta. Rara ternyata di jodohkan sama cowok pilihan orang tuanya, ya nama cowok itu Gunawan. Dono berusaha mempertahankan hubungan dengan Rara. Tapi ternyata, ya harus gagal sih. Rara memilih putus dengan Dono karena Rara tidak ingin jadi anak durhaka yang menentang orang tua. Dono menerima putus dengan Rara. Ya Rara pun menikah dengan Gunawan. Dono, ya tidak dateng di pernikahan Rara. Dono terus menjalankan hidupnya dengan baik. Sampai 2 tahun berlalu. Dono bertemu dengan Rara lagi di sebuah taman, ya tidak sengaja gitu. Ya Rara sudah punya anak dari pernikahan dengan Gunawan. Dono dan Rara, ya sekedar berbicang-bincang selayaknya teman saja. Obrolan singkat saja sih, karena Dono masih banyak urusan. Saat Dono meninggalkan Rara, ya Dono berkata "Bunga yang susah untuk di lupakan"...... Begitulah ceritanya Eko!" kata Budi menceritakan cerita cerpen dengan baik. 

"Begitu ceritanya. Tapi kenapa cerita biasa alur ceritanya ya?!" kata Eko. 

"Kan cuma poin dari cerita cerpen saja, ya tidak di ceritakan intrik ini dan itu yang luar biasa kaya film dan sinetron gitu!" kata Budi. 

"Oooooo poin saja toh!" kata Eko. 

"Gimana cerita cerpennya?!" kata Budi. 

"Bagus sih!" kata Eko. 

"Bagus toh. Bunga itu cuma ungkapan kepada cewek yang di sukai. Ternyata cewek bener-bener di sukai, ya susah untuk di lupakan," kata Budi. 

"Ya iyalah susah di lupakan kalau cewek bener-bener di sukai. Apalagi kalau cewek itu meninggal dunia dan meninggalkan kenangan manis bersama cowoknya. Ya cowoknya susah untuk melupakan cewek yang di sukai," kata Eko. 

"Ya sudah lah..Eko. Tidak perlu di bahas lebih jauh cerita itu. Lebih baik kita main catur saja!" kata Budi. 

"Ok...main catur!" kata Eko. 

Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Eko dan Budi, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Ya keduanya main catur dengan baik. 

SEANGGUN BIDADARI

Eko duduk di depan rumah, ya sedang baca koran sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan. Budi sampai di rumah Eko, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Eko. Budi duduk dengan baik di sebelah Eko.

"Cewek cantik penampilannya seanggun bidadari kan?!" kata Budi, ya sambil menghentikan baca korannya.

Eko memang terkejut dengan omongan Budi.

"Kok....tiba-tiba langsung ngomongin cewek cantik penampilannya seanggun bidadari?!" kata Eko.

"Ya karena aku lagi memperhitungkan penampilan seorang cewek cantik, ya ketika cewek itu tampil di acara Tv sih," kata Budi.

"Oooooo memperhitungkan penampilan cewek cantik yang tampil di acara Tv toh. Ya seanggun bidadari....itu sih sama aja memuji sih!" kata Eko.

"Masa?!" kata Budi. 

"Aku teman Budi. Dari kecil sampai dewasa. Ya tahulah kebiasaan Budi!" kata Eko. 

"Ya aku sih merasa omongan ku itu, ya sekedar saja. Biasalah bahan obrolan," kata Budi. 

"Ya memang sih bahan obrolan, ya tetap yang di obrolin cewek cantik yang membuat Budi terkesan karena penampilan di acara Tv," kata Eko. 

"Cewek cantik itu. Sekarang ada di depan aku," kata Budi. 

"Masa?!" kata Eko. 

"Iya beneran!" kata Budi. 

Eko melihat kesana kesini untuk Melihat cewek cantik yang di puji Budi.

"Mana orangnya?!" kata Eko.

"Orangnya adanya di koran lah. Ini fotonya!" kata Budi, ya sambil menyerahkan koran pada Eko, ya menunjukkan foto cewek yang di obrolin dengan baik. 

Eko mengambil koran dari tangan Budi, ya melihat foto di koran dengan baik. 

"Ooooo ceweknya di foto koran toh. Aku kirain beneran ada di sini. Maka itu aku tengok sana sini," kata Eko. 

"Memang maksud ku sih foto di koran!" kata Budi menegaskan

Eko memang mengamati dengan foto di koran sih. 

"Cewek ini. Memang cantik sih, ya seanggun bidadari penampilannya ketika tampil acara Tv," kata Eko, ya mengikuti alurnya dari obrolan Budi lah. 

"Benerkan...cewek cantik di foto di koran, ya penampilannya seanggun bidadari!" kata Budi. 

"Emmmm," kata Eko. 

Eko menaruh koran di meja, ya segera mengambil tahu goreng di piring dan segera di makan tahu goreng yang enak itu.

"Eko kopi?!" kata Budi. 

"Bolehlah kopi!" kata Eko. 

"Tunggu sebentar aku buatkan kopi!" kata Budi. 

"Iya," kata Eko. 

Eko duduk santai depan rumah, ya menikmati makan gorengan. Budi ke dalam rumah, ya langsung ke dapur untuk membuat kopi. Singkat waktu, ya kopi jadi buatlah. Kopi di bawa Budi depan rumah. Budi menaruh kopi di meja, ya sambil berkata "Kopinya Eko!" 

"Iya," kata Eko. 

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. 

"Aku ingin dapetin cewek cantik, ya seanggun bidadari," kata Budi. 

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja lah. 

"Kebiasaan Budi. Ingin mendapatkan cewek cantik, ya seanggun bidadari penampilannya," kata Eko. 

"Ya kan cuma keinginan saja," kata Budi. 

"Kalau kenyataan gimana Budi?!" kata Eko. 

"Mau banget!" kata Budi. 

"Jadi mau banget mendapat cewek cantik di foto yang ada di koran?!" kata Eko. 

"Kalau itu sih mana mungkin mendapat cewek cantik di foto di koran. Cewek itu artis," kata Budi. 

"Memang mana mungkin. Siapa dia dan siapa Budi?!" kata Eko. 

"Ah....sudah ah ngobrolin cewek yang ada di foto di koran. Artis Tiara Andini, ya penampilannya seanggun bidadari!" kata Budi. 

"Ok...tidak di omongin. Lebih baik main catur seperti biasanya!" kata Eko. 

"Lebih baik main catur!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja. Budi dan Eko menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. 

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK