Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara olahraga Voli, yaaa seperti biasa sih...Budi duduk santai di depan rumahnya sedang membaca cerpen yang ceritanya menarik sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Ghoomketu adalah kisah seorang penulis yang bercita-cita tinggi dari sebuah desa di UP bernama Mahona. Ayahnya yang disebut oleh semua orang sebagai 'Dadda' (kakak laki-laki) memiliki temperamen yang sangat tinggi dan menikah untuk kedua kalinya setelah kematian istri pertamanya, sedangkan adik laki-lakinya yang seorang pria berotot tetap tidak menikah setelah ayah dari kekasihnya menolak untuk menikahkan putrinya dengannya. Selama beberapa waktu ia menjadi politisi yang kuat di wilayah tersebut tetapi tidak pernah lepas dari kata-kata Dadda. Ia baru-baru ini menikah dengan seorang gadis dalam sebuah upacara pernikahan kelompok, acara amal yang diselenggarakan oleh pamannya. Seperti yang sudah ditakdirkan, calon istrinya tertukar dalam kekacauan pernikahan kelompok dan ia berakhir dengan seorang wanita gemuk Janaki Devi dan karena kecewa ia bahkan tidak melihat wajahnya bahkan setelah 10 hari menikah.
Dadda sangat kecewa dengan kejenakaan Ghoomketu dan tidak pernah mendukung mimpinya untuk menjadi penulis, namun bibinya mendukungnya sepenuh hati dan memberinya uang serta perlengkapan yang cukup untuk bertahan selama 1 bulan di Mumbai sehingga ia dapat mewujudkan mimpinya. Setelah ia menghilang, keluarganya mengajukan pengaduan ke polisi dan pamannya mendesak polisi untuk menemukannya dalam waktu satu bulan.
Di Mumbai, Badlani, seorang petugas yang malas dan korup ditugaskan untuk menangani kasus tersebut dalam waktu 30 hari atau dikirim ke tempat hukuman. Seperti yang sudah ditakdirkan, Ghoomketu menemukan tempat menginap di toko jahit milik Badlani, namun karena tidak ada foto Ghoomketu, ia tidak dapat mengenalinya. Ghoomketu memiliki sifat yang sederhana dan periang, serta berteman dengan semua orang di sekitarnya, termasuk putra dan istri Badlani.
Ghoomketu menghadapi penolakan di mana-mana, putus asa, ia memutuskan untuk kembali. Dalam perjalanan pulang setelah mengunjungi kantor Shahrukh Khan, berkas naskahnya dicuri. Ia pergi ke kantor polisi tempat Badlani bekerja dan saat ia memberikan rinciannya, Badlani menyadari bahwa ia adalah orang yang ia cari. Saat ia pergi untuk memverifikasi rinciannya, Ghoomketu pulang. Setelah pengejaran yang ketat, ia akhirnya melihat kereta Ghoomketu berangkat dan harapan terakhirnya untuk mempertahankan jabatannya.
Ketika ia sampai di rumah, ia meminta maaf kepada istrinya dengan sepenuh hati dan setelah beberapa kali dibujuk, istrinya pun menerima permintaan maafnya. Kemudian ayahnya menerima aspirasi putranya dan mereka bertemu kembali secara emosional. Namun, ia sangat terkejut saat mengetahui Janaki telah kehilangan berat badan (karena depresi) dan ketika Janaki memperlihatkan wajahnya untuk pertama kalinya, ia menyadari betapa cantiknya Janaki. Naskahnya dijual oleh seorang pencuri kepada seorang pedagang barang bekas, yang kemudian dibeli oleh pedagang Bhelpuri dan sampai ke tangan Amitabh Bachhan sementara ia membungkus Bhelpuri dengan naskah Ghoomketu. Ia menggunakan kalimat-kalimat ini di klimaks filmnya, yang ditonton Ghoomketu di bioskop lokal bersama istrinya.
***
Budi selesai baca cerpen yang ceritanya bagus, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan dengan baik di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi gitu.
"Emmm," kata Eko.
"Hidup ini tetap sama kan Eko?" kata Budi.
"Memang hidup ini tetap sama!" kata Eko.
"Manusia tetap berusaha dengan baik demi hidup ini, ya hasil dari apa yang di usaha kan? Ya rezeki masing-masing!" kata Budi.
"Realitanya memang begitu," kata Eko.
"Hidup ini ada orang-orang yang perilaku buruk, ya pandai berbaur di lapisan masyarakat. Orang-orang perilaku buruk memilih jalan buruk dengan tujuannya merugikan orang-orang yang berjalan di jalan baik gitu," kata Budi.
"Realitanya memang begitu. Maka hidup ini, ya tetap berhati-hati karena orang-orang yang perilaku buruk belum tentu di tangkap polisi," kata Eko.
"Memang harus berhati-hati," kata Budi.
"Daerah ini dan itu," kata Eko.
"Keberadaan orang-orang berperilaku buruk...di daerah ini dan itu," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Memang sekedar bahan obrolan SMA!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Main kartu remi saja Budi!" kata Eko.
"Okey...main kartu remi!" kata Budi.
Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik gitu. Eko dan Budi main kartu remi dengan baik, ya main cangkulan gitu.
"Ngomongin orang China di Indonesia," kata Eko.
"China," kata Budi.
"Orang China yang beragama Konghucu, ya ada yang kecewa tentang teman atau keluarganya yang masuk Islam?" kata Eko.
"Hidup ini, ya ada sih...Eko tentang orang China yang kecewa dengan teman atau keluarga yang masuk agama Islam," kata Budi.
"Ada toh!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Hidup ini kan pilihan manusia yang menjalankan hidup ini!" kata Eko.
"Memang hidup ini pilihan manusia yang menjalankan hidup ini," kata Budi.
"Kecewa itu wajar sih," kata Eko.
"Memang kecewa wajar sih. Sifat manusia," kata Budi.
"Orang China berusaha dengan baik mempertahankan agama yang di yakininya, ya agama Konghucu dan juga budayanya karena dasarnya leluhurnya," kata Eko.
"Leluhurnya orang China," kata Budi.
"Apa bedanya orang China beragama Konghucu, ya teman atau keluarganya masuk agama Buddha, Hindu, dan Kristen?" kata Eko.
"Yaaa tidak ada bedanya sih. Tetap sama aja sih, ya orang China kecewa dengan teman atau keluarganya masuk agama Buddha, Hindu, dan Kristen," kata Budi.
"Tetap sama. Kecewa orang China," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Waktu juga, ya di terima dengan baik dan rasa kecewa terhapuskan," kata Eko.
"Waktu," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko, ya asik main kartu remi gitu.