CAMPUR ADUK

Friday, August 6, 2021

ASAL USUL DANAU SINGKARAK DAN SUNGAI BATANG OMBILIN

Eiji di suruh ibu membuang sampah. Eiji keluar dari rumahnya dengan membawa seplastik kantong sampah, ya mau di buang di tempat sampah. Eeeee kebetulan sekali petugas yang mengambil sampah lingkungan ada mengambil sampah dari tong sampah. Eiji menaruh kantong sampah ke mobil pengangkut sampah sih. 

"Kerjaan ku beres," kata Eiji.

Eiji pulang ke rumahnya, ya segera melakukan protokol kesehatan dengan baik karena setelah membuang sampah...takutnya kena penyakit yang berdiam diri di dalam kumpulan sampah sih. Setelah diri Eiji bersih banget, ya Eiji duduk di ruang tengah sambil menikmati kopi enak.....sesuai dengan iklannya di Tv yang populer sih dan juga makan wafer yang enak.....sesuai dengan iklan di Tv yang g populer sih. Ada buku di meja, ya di ambil Eiji dan di baca dengan baik sih tuh buku.

Isi buku yang di baca Eiji :

Berikut ini sebuah cerita rakyat Sumatera Barat mengenai asal usul Danau Singkarak dan Sungai Batang Ombilin. Menurut cerita rakyat Sumatera Barat, Danau Singkarak awalnya adalah sebuah laut yang airnya terus menyusut hingga berubah menjadi danau. 

Air laut menyusut karena airnya mengalir menuju sebuah lubang besar. Aliran air tersebut kini membentuk menjadi Sungai Batang Ombilin yang mengalir sampai Riau. Bagaimana kisah lengkapnya? Silahkan ikuti cerita berikut ini:

***

Alkisah pada jaman dahulu kala hiduplah Pak Buyung bersama istri dan anak semata wayangnya yang bernama Indra. Mereka tinggal di sebuah gubug kecil di pinggir laut. Sehari-hari Pak Buyung dan istrinya mencari nafkah dengan mengumpulkan hasil hutan dan menangkap ikan di laut untuk kemudian dijual di pasar. 

Indra, anak Pak Buyung, adalah anak yang rajin dan tidak pernah mengeluh. Ia akan membantu kedua orang tuanya dengan senang hati tanpa diminta. Hanya satu kekurangan Indra, yaitu porsi makan Indra sangat banyak. Dalam sekali makan, Indra bisa menghabiskan satu bakul nasi dengan beberapa piring lauk. 

Hal tersebut membuat kedua orang tuanya resah. Karena pada saat musim paceklik tiba, makanan sulit didapat. Setiap musim paceklik tiba, Pak Buyung dan istrinya akan berhemat dengan cara memakan ubi dan talas sebagai pengganti nasi. Namun penghematan yang dilakukan Pak Buyung dan istrinya tidak berhasil karena nafsu makan Indra yang besar. 

Lambat laun cadangan makanan pun habis. Tentu saja hal ini membuat Pak Buyung dan istrinya menjadi kesal. Di suatu hari, Indra merasa perutnya lapar. Karena di dapur tidak ada makanan, Indra kemudian meminta makanan kepada ayah dan ibunya. Pak Buyung meminta Indra mencari makanan sendiri. 

Awalnya Indra tidak mau mencari makanan tetapi akhirnya ia pergi juga setelah ibunya membujuk Indra agar mencari hasil hutan di bukit Junjung Sirih. Indra akhirnya pergi ke Bukit Junjung Sirih untuk mencari hasil hutan. Sebelum pergi, Indra terlebih dahulu memberi makan ayam peliharaannya. Indra memiliki ayam peliharaan yang ia beri nama Taduang. 

Karena Indra selalu rutin memberi makan ayam peliharaannya, Taduang pun menjadi ayam yang setia kepada majikannya. Ia akan berkokok jika Indra pulang ke rumah. Hampir setengah hari Indra mencari hasil hutan di Bukit Junjung Sirih namun tidak mendapatkan hasil. Menjelang siang Indra pergi ke laut untuk mencari ikan namun tidak juga berhasil mendapatkan ikan.

Sementara Indra pergi ke Bukit Junjung Sirih, ibu Indra pergi ke sebuah Tanjung berusaha untuk mencari ikan. Setelah sekian lama mencari ikan, ibu Indra pulang sore hari dengan membawa kerang-kerang. Tentu saja Pak Buyung senang istrinya berhasil mendapat bahan makanan. Ibu Indra kemudian memasak kerang-kerang tersebut. 

Setelah selesai memasak kemudian Ibu Indra memanggil suaminya untuk makan. Saat itu Indra belum pulang ke rumah. Karena jumlah kerang tidak banyak, sementara nafsu makan Indra sangat besar, akhirnya Pak Buyung dan istrinya memutuskan untuk menghabiskan kerang tersebut tanpa menyisakan untuk anaknya. 

Selesai makan, keduanya tertidur pulas di dapur dengan perut kenyang. Menjelang malam, Taduang berkokok pertanda majikannya pulang. Seharian tidak berhasil mendapatkan bahan makanan, Indra pulang ke rumah dengan perut sangat lapar. Begitu masuk, ia langsung menuju dapur. 

Namun betapa terkejutnya Indra ketika melihat kedua orang tuanya tertidur pulas di dapur. Sementara di sekeliling mereka berserakan kulit kerang dan piring-piring. Sangat sedih hati Indra mengetahui kenyataan bahwa kedua orangtuanya makan berdua tanpa memperdulikan anaknya. Merasa tidak dicintai oleh kedua orangtuanya, Indra berjalan keluar rumah sambil menangis. 

Taduang berkokok berkali-kali sambil mengepak-ngepakkan sayapnya melihat majikannya bersedih. Indra kemudian duduk di sebuah batu dengan lunglai. Ingin rasanya ia terbang jauh pergi dari rumah orangtuanya. Saat Taduang kembali mengepak-ngepakan sayapnya, Indra memegang kaki Taduang. Indra kemudian terbawa terbang ke udara oleh Taduang, ayamnya. Ajaibnya, batu tempat Indra duduk pun ikut terbawa terbang. 

Semakin tinggi Indra terbang semakin membesar batu tempat duduknya. Karena sudah sangat besar, akhirnya batu tersebut jatuh ke bumi menghantam salah satu bukit di sekitar laut. Hantaman yang sangat keras tersebut membentuk sebuah lubang memanjang. Karena posisi lubang yang lebih rendah dari laut, dengan cepat air laut mengisi lubang tersebut sehingga membentuk aliran sungai. 

Sungai tersebut kini bernama Sungai Batang Ombilin yang airnya mengalir hingga Riau. Sementara air laut semakin lama semakin menyusut dan berubah menjadi sebuah danau. Danau tersebut kini dinamai danau Singkarak.

***

Eiji selesai membaca bukunya.

"Ya...ya ceritanya bagus sih," kata Eiji.

Eiji menutup bukunya dan menaruh buku di meja dengan baik. Eiji masih menikmati minum kopinya dan makan wafer yang enak banget.

"Main game ah!" kata Eiji.

Eiji menghidupkan Tv dan PlayStation, ya main game pertarungan yang populer yang di beritakan di Tv sih. Eiji asik banget main gamenya.

SABAN NAN ALUIH

Gin selesai bermain dengan teman-temannya, ya main sepedah keliling komplek perumahan sih. Gin duduk santai di ruang tengah, ya sambil menikmati minum minuman segar yang rasa jeruk......yang iklannya populer di Tv sih dan juga makan keripik singkong yang enak.....yang iklannya populer di Tv juga sih. Buku di meja, ya di ambil Gin dengan baik dan di baca bukunya dengan baik.

Isi buku yang di baca Gin :

Cerita rakyat dari Sumatera Barat, Sabai Nan Aluih. Sabai Nan Aluih memiliki arti Sabai yang Lembut atau halus. Alkisah, keluarga Rajo Babanding tinggal di sebuah rumah bersudut empat di sekitar hilir sungai Batang Agam, Padang Tarok. Sabai Nan Aluih adalah putri sulung dari pasangan Rajo Babanding dan Sadun Saribai. Ia mempunyai adik laki-laki yang tampan bernama Mangkutak Alam. Disamping memiliki paras yang cantik, Sabai juga memiliki budi pekerti baik, santun dalam berbicara dan hormat kepada kedua orang tua. 

Berbeda dengan adik laki-lakinya, Mangkutak Alam, yang memiliki sifat pemalas, Sabai dikenal rajin membantu kedua orang tuanya. Kecantikan Sabai Nan Aluih telah tersiar hingga ke kampung lain. Menurut cerita rakyat Sumatera Barat, Rajo Babanding memiliki teman baik yang tinggal di kampung Situjuh bernama Rajo Nan Panjang. 

Ia adalah seorang saudagar kaya raya yang disegani masyarakat kampung Situjuh. Meskipun kaya raya, namun Rajo Nan Panjang memiliki perangai buruk yaitu suka memeras warga di sekitarnya dengan cara meminjamkan uang namun meminta pengembalian dengan bunga yang sangat tinggi. Warga kampung Situjuh tidak berani melawan Rajo nan Panjang karena ia memiliki tiga orang pengawal hebat yang bernama  Rajo nan Konkong, Lompong Bertuah, dan Palimo Banda Dalam.

Kecantikan Sabai Nan Aluih terdengar oleh Rajo Nan Panjang. Ia berminat untuk meminang putri sulung sahabatnya itu. Rajo nan Panjang kemudian mengirim utusannya untuk meminang Sabai nan Aluih. Ia sangat yakin bahwa Rajo Babanding pasti akan menerima pinangannya. Para utusan Rajo Nan Panjang kemudian berangkat ke Padang Tarok. Sesampainya di Padang Tarok, mereka pun menyampaikan pinangan majikannya kepada ayah Sabai nan Aluih, Rajo Babanding. 

Namun ayah Sabai menolak pinangan sahabatnya itu dengan alasan ia malu memiliki mantu yang seumur dengannya walaupun ia orang kaya. Setelah mendapat jawaban penolakan dari Rajo Babanding, para utusan itu pun segera kembali ke Kampung Situjuh untuk menyampaikan berita tersebut kepada Rajo Nan Panjang. 

Tentu saja Rajo nan Panjang merasa sangat terhina dengan penolakan tersebut. Rajo Nan Panjang akhirnya memutuskan akan datang langsung menemui Rajo Babanding untuk meminang Sabai. Berangkatlah Rajo nan Panjang bersama ketiga orang pengawalnya. Setelah mendengar langsung keinginan sahabatnya untuk meminang Sabai, Rajo Babanding menawarkan untuk berunding di luar rumah, yaitu di sebuah lokasi bernama Padang Panahunan pada hari minggu. 

Padang Panahunan adalah tempat yang sepi dan sejak dulu digunakan untuk berkelahi. Rajo Babanding merasa bahwa sahabatnya itu telah melanggar sopan santun karena berani meminang anak gadisnya secara langsung. Menurut adat di negeri itu, pinangan tidak boleh disampaikan langsung kepada ayah si Gadis, melainkan kepada mamak atau adik kandung ibu si gadis.

Rajo nan Panjang pun mengetahui bahwa pinangannya ditolak secara halus oleh ayah Sabai nan Aluih. Ia sadar bahwa dirinya ditantang untuk berkelahi. Ia menerima permintaan sahabatnya itu dan segera pergi meninggalkan rumah Rajo Babanding dengan marah. Sabai Nan Aluih merasa cemas mendengar percakapan ayahandanya dengan Rajo Nan Panjang. Sabai sadar bahwa ayahnya menantang Rajo Nan Panjang berkelahi. 

Sabai sangat mengkhawatirkan keselamatan ayahandanya. Tapi Rajo Babanding menenangkan hati anaknya bahwa ia akan baik-baik saja. Tibalah hari yang telah ditentukan. Berangkatlah Rajo Babanding ke Padang Panahunan dengan membawa seorang pembantunya yang bernama Palimo Parang Tagok. Rajo nan Panjang bersama seorang pengawal setianya Palimo Banda Dalam sudah menunggu. 

Rupanya Rajo nan Panjang sengaja datang lebih awal untuk mengatur siasat liciknya. Ia telah memerintahkan dua orang pengawal lainnya yakni Rajo nan Kongkong dan Lompong Bertuah untuk bersembunyi di balik semak-semak. Salah seorang di antaranya membawa senapan. 

Senapan itu akan digunakan jika diperlukan. Tidak lama kemudian mereka kemudian bertarung hebat. Rajo Babanding dan Rajo Nan Panjang bertarung habis-habisan dengan dibantu oleh pengawal masing-masing. Perkelahian itu rupanya berlangsung lama, akhirnya para pengawal tumbang lebih dulu. Raja Babanding dan Raja Nan Panjang masih terus berkelahi sampai akhirnya Raja Babanding terkena peluru oleh salah satu pengawal dari Rajo Nan Panjang yang muncul secara tiba-tiba dari semak-semak. 

Rajo Nan Panjang berlaku curang. Rajo Babanding pun tergeletak dan tak bergerak. Seorang gembala secara tak sengaja melihat kejadian ini. Si gembala ini kemudian bergegas pergi ke rumah Raja Babanding untuk memberitahukan kejadian tersebut kepada keluarga Raja Babanding. Mendengar kabar kondisi ayahandanya dari si gembala, Sabai langsung lemas. Sabai mengajak adiknya Mangkutak Alam untuk melihat kondisi ayahandanya namun adiknya menolak dengan alasan tidak ingin mencari mati.

Sabai pun berlari ke Padang Panahunan dengan membawa senapan. Di tengah jalan, Sabai bertemu dengan Rajo Nan Panjang dan pengawalnya. Sabai bertanya tentang kecurangan Raja Nan Panjang, tetapi Raja Nan Panjang hanya tertawa seakan-akan mengejek kematian Raja Babanding. Mendidih darah Sabai melihat pembunuh ayahnya tertawa mengejek. 

Sabai pun tidak bisa menahan amarahnya. Saat itu juga Sabai langsung menarik pelatuk senapan yang ia bawa dari rumah. Terdengarlah suara dentuman yang sangat keras. Peluru mengenai dada Raja Nan Panjang dan ia langsung terjatuh dari kuda. Rajo Nan Panjang tewas seketika. Tidak memperdulikan Rajo Nan Panjang, Sabai nan Aluih segera berlari ke Padang Panahunan untuk melihat keadaan ayahnya. 

Sesampainya di tempat itu, ia mendapati ayahnya sudah tidak bernyawa lagi. Hati Sabai hancur karena sang Ayah yang sangat dicintainya telah pergi untuk selamanya untuk membela kehormatan keluarga. Tidak berapa lama kemudian, ibu Sabai bersama beberapa orang warga tiba di Padang Panahunan. Jenazah Rajo Babanding kemudian dibawa pulang untuk dikuburkan secara layak. 

***

Gin selesai membaca bukunya.

"Ya ceritanya bagus sih," kata Gin.

Gin menutup bukunya dan menaruh di meja lagi. Gin memang masih menikmati minum minuman yang segar rasa jeruk dan makan keripik singkong. 

"Nonton Tv!" kata Gin.

Gin mengambil remot di meja dan menghidupkan Tv dengan baik. Acara Tv yag di tonton Gin, ya acara film kartun yang bagus. Gin menaruh remot di meja dan asik nonton Tv yang acara Tv bagus gitu.

BATU AJUANG BATU PETI

Arta selesai membereskan rumahnya di suruh ibu sih membereskan rumah sih. Arta duduk santai di ruang tengah, ya istirahat sih sambil menikmati minum teh yang enak sesuai dengan iklan di Tv....populer sih iklannya dan juga makan kue enak sesuai dengan iklan di Tv sih....pokoknya populer sih. Ada buku di meja, ya di baca dengan baik sama Arta. 

Isi buku yang di baca Arta :

Cerita Batu Ajuang Batu Peti merupakan cerita rakyat daerah Sumatera Barat. Alkisah di Kecamatan Pauh Kota Padang Sumatera Barat terdapat sebuah kerajaan kecil bernama Kerajaan Bukit Perasapan yang dipimpin oleh Raja Tuo. Kerajaan Bukit Perasapan terletak di kaki bukit Perasapan, pedalaman Nagari Pauh Limo. Baca juga Batu Ajuang Batu Peti dalam Bahasa Inggris.

Raja Tuo memiliki putri semata wayang sangat cantik bernama Putri Lenggogeni. Disamping pintar, Putri Lenggogeni juga dikenal cerdas. Putri Lenggogeni sering memberikan masukan pada ayahnya ketika terhimpit masalah terkait kerajaan atau rakyat. Banyak lelaki jatuh cinta pada Putri Lenggogeni tapi tidak berani melamarnya karena sadar bahwa putri hanya mau menerima lamaran Putra Mahkota Kerajaan.

Kebetulan saat itu, Tuan Hendrik, seorang saudagar kaya raya dari Rupit, Portugis tengah berdagang di daerah bukit Perasapan. Dua anak buah Tuan Hendrik, yaitu Rajo Anggang & Magek Labu mendengar kabar kecantikan Putri Lenggogeni. Mereka berdua kemudian pergi ke Pulau Cermin menemui Tuan Hendrik untuk menyampaikan kabar tentang Putri Lenggogeni pada Tuan Hendrik.

“Wahai Tuan Hendrik, ada seorang putri sangat cantik dan cerdas di Kerajaan Bukit Perasapan yang baru kami singgahi. Namanya Lenggogeni, putri Raja Tuo. Kiranya Tuan Hendrik berkenan melamar Putri Lenggogeni”. Kata Rajo Anggang.

“Benarkah ?” ujar Tuan Hendrik. “Baiklah aku akan melamarnya.” ujar Tuan Hendrik lagi setelah berpikir agak panjang.

“Jika begitu, maka sebaiknya Tuan Hendrik berpura-pura sebagai putra mahkota kerajaan karena Putri Lenggogeni adalah seorang putri mahkota. Seorang putri mahkota hanya mau menerima lamaran dari putra mahkota kerajaan.” kata Rajo Anggang.

Tuan Hendrik setuju dengan saran kedua anak buahnya. Mereka segera bersiap pergi ke Kerajaan Perasapan untuk melamar Putri Lenggogeni. Sesampainya di Kerajaan Perasapan, mereka menemui Raja Tuo dengan membawa sebuah peti berisi perhiasan emas.

“Wahai Raja bijaksana. Saya Hendrik, putra mahkota kerajaan Portugis. Maksud kedatangan saya kemari adalah untuk melamar putri baginda. Saya mohon sudilah kiranya baginda menerima lamaran saya.” Tuan Hendrik menyampaikan maksud kedatangannya. 

Tentu saja Tuan Hendrik berbohong.

“Saya sangat senang dengan kedatangan Tuan Hendrik kemari. Tapi apakah benar Tuan Hendrik adalah putra mahkota Kerajaan Portugis.” tanya Raja Tuo.

“Baginda Raja, saya bersumpah bahwa saya adalah putra mahkota Kerajaan Portugis. Apabila saya berbohong, maka kapal saya beserta isinya akan karam, hancur terhantam ombak kemudian menjadi batu.” kata Tuan Hendrik kembali berbohong.

“Baiklah. Kita tunggu saja selama tiga kali bulan purnama untuk membuktikan sumpahmu.” kata Raja Tuo.

Singkat cerita, tiga bulan purnama telah berlalu namun tidak terjadi apa apa. Kapal Tuan Hendrik beserta isinya masih utuh. Keadaan ini membuat Tuan Hendrik sangat senang karena merasa akan berhasil meminang Putri Lenggogeni yang sangat cantik. Ia pun segera pergi kembali ke Kerajaan Perasapan, menemui Raja Tuo untuk meminta jawaban atas lamarannya.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba saja langit berubah menjadi sangat gelap. Angin bertiup sangat kencang diselingi petir menyambar-nyambar silih berganti. Ombak sangat besar tiba-tiba menghantam kapal Tuan Hendrik hingga akhirnya karam di Bukit Koto Nan Tinggi. Tidak lama kemudian kapal Tuan Hendrik beserta isinya berubah menjadi batu. Kebohongan dibalas kehancuran. Tuan Hendrik menerima akibat dari sumpah yang ia ucapkan sendiri. 

***

Arta selesai baca bukunya.

"Emmmm cerita yang bagus," kata Arta.

Arta menutup bukunya dan menaruh bukunya di meja.

"Nonton Tv ah!" kata Arta.

Arta mengambil remot di meja dan menghidupkan Tv dengan baik. Acara Tv, ya berita sih.

"Beritanya masih menanggulangi pandemi covid-19 di seluruh propinsi di Indonesia, ya sesuai dengan keadaan di lingkungan rumah sih. Aku saja  masih pake masker keluar rumah sih dan juga negara-negara ini dan itu," kata Arta.

Arta mengganti chenel Tv ke chenel yang lain yang menayangkan film kartun yang bagus begitu cerita filmnya. Arta menaruh remot dan asik nonton Tv sambil menikmati minum teh dan makan kue yang enak.

ASAL MULA NAMA MINANGKABAU

Daichi setelah mengerjakan PR-nya, ya di lanjutkan dengan membaca buku cerita yang menarik sih ceritanya maka di baca dengan baik sih.

Isi buku yang di baca Daichi :

Cerita rakyat dari Provinsi Sumatera Barat mengenai asal mula nama Minangkabau. Suku asli dan penduduk mayoritas yang mendiami Provinsi Sumatera Barat adalah Suku Minangkabau. Secara bahasa, Minangkabau artinya menang kerbau. Asal Mula penamaan Minangkabau bermula pada masa kerajaan Pagaruyung. 

Dahulu kala pernah terjadi adu kerbau antara Kerajaan Pagaruyung dengan Kerajaan Majapahit yang dimenangkan oleh kerajaan Pagaruyung, sehingga daerah tersebut menjadi terkenal dengan sebutan Nagari Minangkabau. Bagaimana kisah lengkapnya? Silahkan baca lebih lanjut. Menurut cerita rakyat Sumatera Barat, dahulu kala, sezaman dengan Kerajaan Majapahit, di wilayah Sumatera Barat berdiri sebuah kerajaan bernama Kerajaan Pagaruyung. 

Raja Pagaruyung dikenal sebagai raja yang arif bijaksana. Dalam mengambil keputusan, beliau sangat mempertimbangkan keselamatan rakyatnya. Pada suatu hari, raja Pagaruyung mendengar kabar bahwa pasukan Majapahit dari tanah Jawa telah tiba di perbatasan kerajaan Pagaruyung. Menurut kabar, pasukan Majapahit hendak menyerang kerajaan Pagaruyung. 

Mengingat kekuatan pasukan Majapahit yang besar dan tidak sebanding dengan angkatan perang kerajaan Pagaruyung, maka raja Pagaruyung mempertimbangkan untuk melakukan perundingan dengan pasukan Majapahit. 

Hal ini dilakukan beliau demi menyelamatkan rakyatnya. Raja Pagaruyung mengumpulkan hulubalang dan para panglima perang untuk membicarakan hal tersebut. 

“Hulubalang dan para panglima perang, kalian saya kumpulkan disini untuk membicarakan perihal pasukan Majapahit yang telah siap menyerang kita. Bagi saya musuh pantang dicari, datang pantang ditolak. Kalau bisa dihindari, tapi kalau terdesak kita hadapi. Tapi mengingat kekuatan pasukan Majapahit yang besar, saya khawatir akan jatuh banyak korban jiwa di pihak kita. Saya meminta pendapat kalian mengenai masalah ini.”

Para panglima dan hulubalang bergantian memberikan pendapat mereka untuk menghadapi pasukan Kerajaan Majapahit. Akhirnya mereka sepakat dengan satu gagasan terbaik yaitu: Kerajaan Pagaruyung akan menjamu pasukan Majapahit dengan sebaik-baiknya, kemudian mereka akan menawarkan adu kerbau. Jika pasukan Majapahit kalah adu kerbau, maka pasukan Majapahit bisa pulang dengan damai tanpa harus terjadi pertumpahan darah.

Raja Pagaruyung kemudian meminta putrinya Datuk Tantejo Gerhano, dengan ditemani oleh dayang-dayang istana, untuk pergi ke perbatasan menemui pasukan Majapahit dan menjamu mereka dengan hidangan-hidangan lezat. Datuk Tanteno Gerhano adalah seorang gadis yang lembut hati dan memiliki tata krama yang tinggi. Dengan ditemani oleh dayang-dayang istana, putri Raja Pagaruyung kemudian mendatangi kemah-kemah pasukan Majapahit di perbatasan. 

Mereka membawa banyak sekali makanan lezat untuk menjamu pasukan Majapahit. Sementara itu, dari kejauhan, pasukan Pagaruyung berjaga-jaga untuk mengatisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi. Setelah mengucapkan selamat datang dengan ramah, Datuk Tanteno Gerhano kemudian menyuruh para dayang-dayang untuk menghidangkan makanan-makanan lezat. 

Hal tersebut membuat pasukan Majapahit terheran-heran. Mereka mengira akan disambut oleh pasukan perang Kerajaan Pagaruyung, tetapi ternyata disambut hangat oleh putri raja Pagaruyung dan gadis-gadis cantik yang ramah serta makanan yang enak-enak. Setelah selesai menikmati hidangan, Datuk Tanteno Gerhano mengundang pasukan Majapahit untuk datang ke istana kerajaan Pagaruyung.

Setibanya di istana kerajaan Pagaruyung, raja Pagaruyung menyambut pasukan Majapahit dengan baik. Panglima perang Majapahit menyampaikan kepada raja, bahwa Raja Majapahit memberikan tugas kepada mereka untuk merebut kerajaan Pagaruyung. Seketika suasana di istana kerajaan berubah menjadi tegang. Semuanya terdiam kaku. Setelah terdiam beberapa saat, Raja Pagaruyung kemudian menawarkan adu kerbau kepada panglima perang Majapahit sebagai ganti peperangan dengan tujuan untuk menghindari pertumpahan darah. 

Raja juga berjanji bahwa seluruh pasukan Majapahit tidak akan diganggu dan dapat kembali pulang ke Majapahit dengan damai. Mendengar usulan raja yang bijaksana tersebut akhirnya panglima perang Majapahit setuju. Akhirnya kedua kerajaan sepakat tidak akan berperang. 

Sebagai gantinya mereka akan mengadakan adu kerbau. Dalam kesepakatan itu tidak ada ketentuan jenis maupun ukuran kerbau yang akan diadu. Kedua belah pihak kemudian bersiap-siap untuk adu kerbau. Pasukan Majapahit memilih seekor kerbau yang paling kuat dan besar agar mampu mengalahkan kerbau kerajaan Pagaruyung. 

Di lain pihak, Kerajaan Pagaruyung justru memilih seekor anak kerbau yang masih menyusu. Anak kerbau tersebut sengaja dipisahkan dari induknya selama tiga hari agar kelaparan. Pada kepala anak kerbau dipasang besi runcing. Hari yang ditentukan pun tiba. Kedua kerbau aduan dibawa ke gelanggang. Kerajaan Majapahit memiliki kerbau aduan yang besar dan kuat. 

Kedua belah pihak memberikan semangat dukungan pada kerbau aduan kerajaan mereka masing-masing. Setelah beberapa waktu berlalu, kedua kerbau tersebut dilepas, kerbau milik pasukan Majapahit terlihat beringas dan liar. Sementara, anak kerbau milik Pagaruyung yang bertubuh kecil segera berlari menuju kerbau besar Majapahit. 

Rupanya si anak kerbau mengira bahwa kerbau besar Majapahit itu adalah induknya. Karena sudah tiga hari tidak menyusu, moncong kecilnya berusaha menggapai perut kerbau Iawannya, sehingga perut kerbau Kerajaan Majapahit terluka terkena besi runcing yang terpasang pada kepala si anak kerbau. 

Setelah beberapa kali terkena tusukan, kerbau milik pasukan Majapahit akhirnya roboh dan terkapar di tanah. Melihat kejadian itu, penonton dari pihak Pagaruyung pun bersorak-sorak gembira.

"Manang Kabau! Manang Kabau! Manag Kabau" teriak rakyat Pagaruyung dengan gembira. 

Sementara para prajurit kerajaan Majapahit tertunduk lesu. Mereka benar-benar tidak mengira bahwa Kerajaan Pagaruyung menggunakan taktik cerdik untuk mengalahkan kerbau mereka yang besar dan kuat. Akhirnya, pasukan Majapahit menerima kekalahan mereka dalam pertandingan adu kerbau tersebut. Raja Pagaruyung mengizinkan mereka kembali ke Majapahit dengan damai. Sementara itu, berita kemenangan kerbau Kerajaan Pagaruyung menjadi buah bibir di seluruh negeri. 

“Manang kabau” adalah bahasa penduduk setempat yang berarti Menang kerbau. 

Akhirnya, daerah itu dikenal dengan sebutan Manang Kabau. Lambat laun sebutan manang kabau berubah menjadi Minangkabau. Sebagai upaya untuk mengenang peristiwa tersebut, penduduk negeri Pagaruyung merancang sebuah rumah yang atapnya menyerupai bentuk tanduk kerbau. Rumah tersebut dibangun di daerah perbatasan kerajaan, tempat dimana pasukan Majapahit dijamu oleh putri raja Pagaruyung, Datuk Tanteno Gerhano.

***

Daichi selesai membaca bukunya.

"Ok bagus ceritanya," kata Daichi.

Daichi menutup bukunya dan buku di taruh di meja saja, ya rapih pokoknya. Daichi keluar dari kamarnya ke ruang tengah untuk nonton Tv sih bersama dengan ayah dan ibu. Acara Tv yang di tonton, ya acara film keluarga bahagia sih.

ANGGUN NAN TONGGA

Hideyoshi selesai merawat tanamannya di potnya, ya di pekarangan samping rumah. Hideyoshi duduk santai di ruang tengah sambil menikmati minum teh dan makan keripik kentang. Buku di meja di ambil sama Hedeyoshi, ya di baca bukunya dengan baik.

Isi buku yang di baca Hideyoshi :

Berikut ini sebuah cerita rakyat dari Sumatera Barat, Anggun Nan Tongga. Anggun Nan Tongga adalah seorang pemuda tampan dari Kampung Dalam, Pariaman. Ia memiliki gelar Magek Jabang. Ibundanya, Ganto Sani, meninggal dunia tidak lama setelah melahirkan Anggun Nan Tongga sementara ayahandanya pergi bertarak ke Gunung Ledang. Sejak kecil ia diasuh oleh saudara perempuan ibundanya yang bernama Suto Suri. Menurut cerita rakyat Sumatera Barat, Anggun Nan Tongga kemudian tumbuh menjadi seorang pemuda tampan dan cerdas. 

Ia mahir bela diri silat, berkuda, dan pandai mengaji Quran serta dalam ilmu agamanya. Semenjak kecil, Anggun Nan Tongga telah dijodohkan dengan Gondan Gondoriah. Ia adalah anak dari saudara laki-laki ibundanya. 

Di suatu hari, Anggun Nan Tongga mendengar kabar bahwa di Sungai Garinggiang, Nangkodoh Baha membuka pertandingan untuk mencari suami bagi adiknya yang bernama Intan Korong. Anggun tertarik dengan pertandingan tersebut dan meminta izin pada Mande Suto Suri untuk mengikutinya. Tentu saja Mande Suto Suri menolak karena Anggun telah bertunangan dengan Gondan Gondoriah. 

Tapi karena Anggun memaksa, akhirnya Mande Suto Suri mengizinkan. Maka pergilah Anggun ke Sungai Garinggiang untuk mengikuti pertandingan. Dengan ketangkasan yang dimilikinya, mudah saja bagi Anggun Nan Tongga untuk memenangkan setiap pertandingan. Baik pertandingan bermain catur, menembak, atau menyabung ayam, Anggun dengan mudah memenangkannya. 

Merasa malu karena dikalahkan oleh Anggun Nan Tongga, Nangkodoh Baha lantas mengejek Anggun karena telah membiarkan ketiga mamaknya (mamak = saudara laki-laki ibu) ditawan oleh bajak laut di pulau Binuang Sati. Anggun Nan Tongga tersentak kaget setelah mengetahui bahwa ketiga mamaknya ditawan bajak laut.

Anggun segera bergegas pulang guna meminta izin pada Mande Suto Suri dan tunangannya Gondan Gondoriah untuk menyelamatkan ketiga mamaknya yaitu: Mangkudun Sati, Nangkodoh Rajo dan Katik Intan. Mande Suto Suri mengizinkan Anggun pergi ke pulau Binuang Sati untuk menyelamatkan mamak-mamaknya. 

Sedangkan Gondoriah, meminta Nan Tongga membawakan oleh-oleh berupa benda-benda dan hewan-hewan langka sebanyak 120 buah. Beberapa di antaranya adalah seekor burung nuri yang dapat berbicara, beruk yang pandai bermain kecapi, dan kain cindai yang tak basah oleh air. Segera Anggun Nan Tongga pergi menuju ke pulau Binuang Sati dengan ditemani pembantu setianya Bujang Salamat. 

Ia berlayar menggunakan kapal bernama Dandang Panjang dengan nahkoda bernama Cik Ameh. Setelah berlayar beberapa lama akhirnya tibalah mereka di pulau Binuang Sati. Mengetahui kedatangan Anggun Nan Tongga yang ingin menyelamatkan mamak-mamaknya, raja pulau Binuang Sati mengirimkan utusannya menemui Anggun untuk meminta Anggun segera meninggalkan pulau tersebut. 

Permintaan itu jelas ditolak mentah-mentah oleh Anggun. Maka terjadilah pertempuran sengit. Setelah sekian lama bertempur, Bujang Salamat berhasil membunuh Panglima Bajau. Maka takluklah penguasa pulau Binuang Sati. Nan Tongga segera mencari mamak-mamaknya. Bertemulah ia dengan salah satu mamaknya, Nagkodoh Rajo, yang dikurung di dalam kandang babi. 

Nangkodoh menceritakan bahwa kedua mamak Tongga lainnya berhasil meloloskan diri saat terjadi pertempuran di laut melawan anak buah Panglima Bajau. Nangkodoh Rajo juga mengatakan bahwa burung nuri yang pandai berbicara yang dicari oleh Nan Tongga, ada di kota Kuala Kota Tanau. Mendengar penjelasan Nangkodoh Rajo, Nan Tongga segera mengutus salah satu anak buahnya, Malin Cik Ameh pulang ke Pariaman, untuk menyampaikan pesan bahwa Nangkodoh Rajo sudah dibebaskan. 

Sementara Nan Tongga sendiri bersama Bujang Salamat, melanjutkan perjalanan menuju Kuala Kota Tanau. Setibanya di Pariaman, Malin Cik Ameh segera menuju rumah Mande Suto Suri untuk menampaikan pesan Nan Tongga. Namun, saat melihat kecantikan Gondan Gondoriah, tunangan Nan Tongga, ia berubah pikiran. Malin Cik Ameh malah berbohong dengan mengatakan bahwa Nan Tongga ditawan oleh Panglima Bajau dan bahwa Nan Tongga berpesan agar Malin Cik Ameh diangkat menjadi pemimpin di kampung Dalam, Pariaman. 

Maka jadilah Malin Cik Ameh diangkat menjadi pemimpin di kampung Dalam, Pariaman. Tidak lama kemudian, Malin Cik Ameh mengirim utusan untuk meminang Gondan Gondoriah. Tapi pinangan tersebut ditolak oleh Gondan dengan alasan masih berduka atas ditawannya Nan Tongga.

Sementara itu Anggun Nan Tongga telah tiba di Kuala Kota Tanau, Ia berhasil menemukan mamaknya yang lain. Pamannya tersebut telah menjadi raja di Kota Tanau. Disitu pula Nan tongga melihat seekor burung Nuri yang mampu berbicara. Burung nuri ajaib tersebut ternyata milik putri mamaknya yang bernama Putri Andami Sutan. 

Nan Tongga mencoba meminta burung nuri tersebut kepada putri Adami Sutan, dan putri Adami Sutan bersedia memberikannya dengan syarat Nan Tongga mau menikahinya. Nan Tongga pun akhirnya menikah dengan Putri Adami Sutan. Tidak disangka burung nuri ajaib yang sudah menjadi milik Nan Tongga terlepas dari sangkarnya dan terbang ke Pariaman. 

Si burung Nuri menemui Gondan Gondoriah dan menyampaikan bahwa Nan Tongga telah menikah dengan putri Andami Sutan. Hati Gondan Gondoriah hancur berkeping-keping mendengar kabar tersebut. Ia merasa telah dikhianati Nan Tongga. Sejak saat itu, Gondan Gondariah tidak mau lagi bertemu dengan Anggun Nan Tongga. Setelah menikah dengan putri Adami Sutan, Nan Tongga merasa gelisah. Ia merasa rindu dengan kampung halaman dan tunangannya Gondan Godoriah. Tidak dapat menahan rasa rindunya, Nan Tongga segera pulang ke kampung halamannya Pariaman, dan meninggalkan istrinya Adami Sutan yang tengah hamil.

Kabar kepulangan Nan Tongga di Pariaman tersebar dengan cepat. Gondan Gondoriah yang mendengar kabar tersebut segera melarikan diri ke Gunung Ledang. Ia sudah tidak sudi bertemu dengan Nan Tongga yang telah menyakiti hatinya. Nan Tongga segera mengejar Gondan Gondoriah dan membujuknya agar segera pulang ke Pariaman. Nan Tongga berjanji akan menikahi Gondan. 

Akhirnya Gondan hatinya luluh dan bersedia kembali ke Pariaman. Setibanya di Pariaman, Nan Tongga, Gondan Gondoriah dan Bujang Selamat menemui Tuanku Haji Mudo untuk meminta restu pernikahan mereka. Namun Tuanku Haji Mudi mengatakan bahwa mereka berdua tidak bisa menikah karena masih saudara sepersusuan. Sewaktu bayi, Nan tongga pernah menyusu kepada ibu Gondan Gondariah. 

Tuanku Haji Mudo mengatakan bahwa mereka berdua hanya bisa berjodoh di akhirat. Sementara itu di Pariaman, Mande Suto Suri dan orang tua Gondan Gondoriah merasa cemas karena anak mereka belum pulang juga. Akhirnya diutuslah orang untuk mencari keduanya. Setelah mencari kesana kemari tidak ketemu juga akhirnya sang utusan bertemu dengan Bujang Selamat. 

Bujang mengatakan bahwa Nan Tongga, Gondan Gondoriah dan Tuanku Haji Mudo telah naik ke langit kerena Nan Tongga dan Gondan tidak bisa berjodoh di bumi tapi hanya bisa berjodoh di akhirat. 

***

Hedeyoshi selesai membaca buku.

"Cerita bagus sih," kata Hedeyoshi.

Hedeyoshi menutup bukunya dan buku di taruh di meja. Ya Hedeyoshi tetap menikmati keadaan sambil minum teh dan makan keripik kentang yang enak sesuai dengan iklan di Tv.

DOMPET AJAIB

Toto pemuda miskin yang kerjaannya cuma penjual pempek dengan di jajain, ya keliling sana sini. Hasil dari berjualan pempek, ya lumayan sih...pas-pasan segala yang penting hidup Toto dengan usaha yang baik dan jauh dari hal minta-minta. Suatu hari Toto pulang berjualan pempek, ya menemukan dompet di bawah pohon rindang. Toto mencari tahu siapa pemiliknya, ya mau di pulangkan kepemiliknya. Ternyata itu dompet tidak ada nama dan juga uang di dalamnya.

"Apa aku buang saja dompet ini?!" kata Toto yang berpikir panjang.

Cukup lama di pikirkan, ya Toto tidak jadi membuang dompet kosong itu, ya di simpan dengan baik. Toto pun berjalan dengan baik menuju rumahnya. Sampai di rumah. Toto beres-beres diri sih. Setelah itu duduk dengan santai di ruang tengah, ya sambil mendengarkan musik dari radio butut sih....maklum orang miskin gitu.

"Dompet yang aku temui di jalan tadi. Tidak ada uangnya. Jangan-jangan uangnya telah di ambil pencopet dan dompetnya di buang di jalan," kata Toto.

Toto teringat sesuatu dan berkata "Astaga aku belum bayar kontrakan. Nasif hidup di kota. Semuanya bayar. Uang dari jualan pempek, ya belum terkumpul dengan baik. Masih kurang sih."

Toto bingung dengan keadaan dirinya. Toto teringat dengan temannya Teguh yang berjualan Somay sih.

"Apa aku minjem uang sama Teguh ya?!" kata Toto berpikir panjang.

Toto teringat hidup Teguh, ya tidak jauh beda dengan dirinya.

"Aku minjem Teguh. Ternyata bisa membebanin. Tidak jadi ah!" kata Toto.

Toto berpikir dengan baik, ya ingin meminjem uang gitu untuk nambahin bayar kontrakan gitu. Sampai teringat dengan Soleh tukang ojek pangkalan gitu.

"Apa aku pinjem sama Soleh ya?!" kata Toto berpikir dengan panjang.

Toto teringat dengan keadaah hidup Soleh yang penuh dengan pas-pasan sama dengan Toto.

"Kayanya aku bisa membebanin Soleh. Tidak jadi minjem uang ah!" kata Toto.

Toto tetap memikirkan keadaan dirinya yang ingin bayar kontrakan sih.

"Andai ada keajaiban gitu," kata Toto.

Toto pada akhirnya memutuskan untuk tidur di kamarnya, ya radio bututnya di matiin lah. Dompet yang di temukan di geletakan saja di meja.

Esok harinya. Toto bangun pagi-pagi sih seperti biasa. Menyiapkan jualan pempeknya dengan baik banget. Saat Toto teringat dengan dompet yang ia temukan di jalan, ya di geletakan di meja. Toto mengambil dompet tersebut di meja. Kaget bukan main Toto melihat uang di dalam dompet.

"Apa aku mimpi?" kata Toto.

Toto mulai mencubit tangannya dan merasakan sakit.

"Ternyata aku tidak mimpi. Beneran ada uang dari dompet yang aku temukan di jalan, Rp 100.000 sih. Padahal tidak ada ada uang di dompet ini!" kata Toto.

Toto bingung dengan keajaiban itu.

"Uang ini aku gunakan saja untuk menambah bayar kontrakan," kata Toto.

Toto segera membereskan kerjaannya dengan baik dan segera berjualan pempek keliling, ya sekalian mampir ke rumah Pak Heru untuk membayar kontrakan. Beberapa saat kemudian, ya memang Toto sudah di rumah Pak Heru yang memiliki kontrakan. Toto membayar kontrakannya ke Pak Heru, ya tepat waktu jadinya Pak Heru senanglah.

Setelah itu berjualan lagi dengan baik. Sampai sore hari. Ternyata jualan Toto masih ada sisa sekitar tiga buah pempek. Ada orang miskin yang lebih miskin dari Toto, ya di jalan sih duduk toko yang tutup. Toto menyedekahkan tiba buah pempek tersebut pada orang miskin. Karena iba dengan orang miskin itu, ya Toto memberikan uang untuk shodakoh, ya sekitar Rp 15.000 untuk membeli nasi bungkus sendiri. Orang miskin itu senang banget dan mendoakan Toto "Semoga rezeki anda nambah banyak ya!"

"Amin!" kata Toto.

Toto meninggalkan orang miskin itu, ya berjalan menuju rumahnya...pulanglah karena jualan hari ini lumayan hasilnya. Selang beberapa saat kemudian. Sampai di rumah. Toto membereskan urusan kerjaannya dan juga dirinya. Setelah itu. Toto duduk santai di ruang tengah sambil mendengarkan musik dari radio bututnya.

"Hari ini. Urusan ku semua selesai. Semua berkat keajaiban dari dompet ajaib yang aku temukan di jalan," kata Toto.

Toto menikmati keadaannya dengan baik banget, ya memang musik dari radio bagus banget sih...dari musik dangdut sampai musik pop dari lawas sampai yang terbaru. Toto terhibur dengan keadaanya. Sampai waktunya untuk tidur. Toto pun tidur di kamarnya dan radio di matikan dengan baik.

Esok harinya. Toto bangun pagi, ya untuk urusan kerjaan jualan pempeklah. Dompet ajaib pun di periksa Toto. Ternyata ada uangnya lagi tuh dompet.

"Bener-bener. Dompet ajaib ini dompet yang aku temukan. Ada uangnya...Rp 100.000. Kadang aku berharap sih lebih, ya aku bisa jadi kaya mendadak gitu. Kenyataannya Rp 100.000. Aku bersyukurlah," kata Toto.

Toto bersyukur dengan baik  dari keajaiban dompet tersebut. Toto berjualan pempek seperti biasa dengan baik. Uang Rp 100.000 dari dompet ajaib, ya di beliin nasi bungkus dan berikan pada orang yang miskin ketika Toto bertemu di jalan. Semenjak itu Toto terus melakukan kebaikan dengan membagikan rezekinya pada orang yang lebih miskin darinya...uang dari dompet ajaib.

LEGENDA SIAMANG PUTIH

Arabella selesai menggambar di buku gambar.

"Baca buku saja!" kata Arabella.

Arabella mengambil bukunya di rak buku dan segera duduk dengan baik, ya membaca buku ceritalah dengan baik.

Isi buku yang di baca Arabella :

Berikut ini sebuah cerita rakyat dari Sumatera Barat, Legenda Siamang Putih. Adalah Putri Julian, seorang putri cantik jelita yang kecantikannya tersiar hingga ke berbagai negeri. Ia adalah putri seorang juragan kapal bernama Nahkoda Baginda di Kampung Alai di pesisir utara Pantai Tiku, Sumatra Barat. Kakek putri Julian adalah Tuanku Raja Kecik yang memerintah di kerajaan Pagaruyung. Meski berparas cantik rupawan, namun hingga kini belum ada pemuda yang berani meminang Putri Julian.

Penyebabnya adalah status Putri Julian yang merupakan putri saudagar kaya dan masih keturunan bangsawan kerajaan Pagaruyung. Para pemuda di Kampung Alai dan kampung-kampung sekitarnya, biasanya hanyalah berprofesi sebagai nelayan sehingga tidak berani meminang Putri Julian. Kesendirian Putri Julian membuatnya bersedih hati. 

Menurut cerita rakyat Sumatra Barat, setiap hari ia hanya mengurung diri di kamar. Hal ini membuat Tuanku Raja Kecik menjadi cemas. Ia tidak mau cucu kesayangannya terlalu lama mengurung diri. Akhirnya Tuanku Raja Kecik mengadakan pertemuan keluarga untuk membahas kondisi Putri Julian. Hasil dari pertemuan tersebut, mereka bersepakat akan mengadakan pesta keramaian yang bisa dihadiri oleh orang banyak selama satu bulan penuh yang bertujuan mencarikan jodoh yang pantas untuk putri Julian.

Satu hari menjelang pesta keramaian dimulai, Putri Julian bermimpi bertemu dengan seorang pemuda tampan keturunan bangsawan, Sutan Rumandung namanya. Putri Julian jatuh hati kepada pemuda yang hadir di dalam mimpinya. Ia kemudian menceritakan mimpinya kepada kedua orang tuanya dan juga kakeknya, Tuanku Raja Kecik. Mendengar penuturan cucunya, segera saja Tuanku Raja Kecik memerintahkan kepada pengawal istana untuk mencari pemuda keturunan bangsawan bernama Sutan Rumandung pada saat pesta keramaian berlangsung. 

Namun, selama satu bulan penuh pesta keramaian berlangsung, pemuda bernama Sutan Rumandung tidak juga ditemukan. Tidak kehabisan akal demi kebahagiaan cucunya, Tuanku Raja Kecik meminta ahli nujum di istana untuk mendatangkan Sutan Rumandung ke Kampung Alai, dimanapun ia berada. Dengan kesaktian yang dimiliki oleh para ahli nujum, entah bagaimana caranya akhirnya Sutan Rumandung datang ke Kampung Alai. 

Menurut cerita rakyat Sumatera Barat, kapal yang ditumpangi Sutan Rumandung terkena badai yang mengakibatkan tiangnya patah dan akhirnya terpaksa berlabuh di dermaga Kampung Alai. Seorang prajurit kemudian memberitahukan kepada Tuanku Raja Kecik bahwa sebuah kapal yang dinahkodai pemuda bernama Sutan Rumandung berlabuh di dermaga. 

Tuanku Raja Kecik tentu saja gembira dan meminta para prajurit untuk membawa Sutan Rumandung ke istana. Beberapa prajurit kemudian membawa Sutan Rumandung ke istana. Tuanku Raja Kecik bersama keluarga istana dan tentu saja Putri Julian, menyambutnya dengan baik. Saat melihat pemuda tampan itu, jantung Putri Julian berdetak kencang karena pemuda di hadapannya itulah yang hadir di dalam mimpinya. 

Putri Julian kemudian memberitahu kedua orang tua dan kakeknya bahwa pemuda itulah yang bernama Sutan Rumandung. Ibu Putri Julian kemudian meminta pemuda tampan tersebut untuk memperkenalkan dirinya. Si pemuda kemudian menjelaskan bahwa ia bernama Sutan Rumandung yang terpaksa melabuhkan kapalnya di dermaga Kampung Alai karena terkena badai. 

Ia juga menjelaskan bahwa dirinya adalah seorang saudagar dari negeri seberang. Tidak menunggu lama, Tuanku Raja Kecik kemudian menawarkan kepada Sutan Rumandung untuk menikahi cucunya, Putri Julian. Sutan Rumandung tentu saja bersedia menikah dengan putri secantik Putri Julian hanya saja ia meminta izin untuk mencari harta lebih banyak lagi sebelum menikahi Putri Julian. 

Ia mengaku saat ini perniagaannya tengah merugi jadi ia merasa belum pantas menikahi Putri Julian. Tuanku Raja Kecik pun memaklumi hal tersebut. Sebelum pergi meninggalkan Kampung Alai untuk melanjutkan perniagaan, Sutan Rumandung dan Putri Julian pun bertunangan. Usai acara pertunangan, Sutan Rumandung berpamitan untuk kembali berniaga. 

Putri Julian merasa sangat sedih ditinggal oleh tunangannya. Sebelum pergi, Putri Julian meminta tunangannya untuk berjanji sumpah setia. Putri Julian berjanji akan setia menunggu Sutan Rumandung kembali. Jika ia melanggar janjinya, maka ia akan berubah wujud menjadi seekor siamang putih. Begitu pula dengan Sutan Rumandung, ia berjanji akan setia dengan Putri Julian. 

Jika ia melanggar sumpahnya, maka kapalnya akan kandas di lautan. Setelah berpamitan, Sutan Rumandung pun berlayar mengarungi samudara luas. Waktu terus berjalan, sudah setahun lebih menunggu, Puti Juilan belum juga mendapat kabar dari tunangannya, Sutan Rumandung. Hingga akhir tahun kedua, masih juga belum ada kabar. 

Memasuki tahun ketiga, sebuah kapal dagang yang besar dan megah berlabuh di dermaga Kampung Alai. Mendengar kedatangan kapal besar, Putri Julian bergegas menuju dermaga. Namun ia kecewa karena kapal tersebut bukan kapal Sutan Rumandung. Namun, kekecewaan Putri Julian langsung sirna saat mengetahui bahwa pemilik kapal tersebut adalah seorang pemuda tampan dan juga seorang saudagar kaya keturunan bangsawan. 

Pria ini tak kalah tampan jika dibandingkan dengan Sutan Rumandung. Ia langsung jatuh cinta kepada pemuda kaya yang baru dikenalnya tersebut dan melupakan cintanya kepada Sutan Rumandung. Ia mengatakan rasa cintanya kepada pemuda tersebut pada ibunya. Ibu putri Julian kemudian mengundang si  pemuda tampan ke istana. Setelah memperkenalkan diri, ibu Putri Julian menawarkan si pemuda tampan untuk menikahi Putri Julian. 

Si pemuda itu setuju. Akhirnya, diadakanlah pesta pernikahan yang sangat meriah. Saat proses Ijab Qabul, penghulu bertanya kepada putri Julian mengenai kesediaannya menikah dengan pria tampan tersebut. Saat hendak menjawab pertanyaan penghulu, tiba-tiba Putri Julian memekik seperti orang tersengat lebah sambil melompat berdiri. 

Suara putri Julian dan bentuk tubuhnya pun berubah. Badannya mengecil dan ditumbuhi bulu berwarna putih di sekujur tubuhnya. Putri Julian berubah wujud menjadi seekor siamang putih. Hewan kecil tersebut kemudian berlari ke atap kerajaan dan meraung sambil melihat ke arah lautan lepas. Tak pelak semua yang hadir menyaksikan peristiwa tersebut menjadi kaget dan lari berhamburan ke luar istana. Tuanku Raja Kecik akhirnya sadar bahwa Putri Julian telah melanggar sumpahnya karena telah menikah dengan laki-laki lain. 

Tapi nasi telah menjadi bubur. Keluarga istana akhirnya menerima kenyataan bahwa siamang putih tersebut adalah Putri Julian. Siamang Putih kini tinggal di atas sebuah pohon Ketaping. Setiap hari, ketika matahari akan terbenam, siamang putih malang tersebut akan naik ke atas bubungan istana sambil menangis dengan suara keras. 

Seperti suara tangisan seorang gadis. Si hewan kecil terus menatap lautan lepas menunggu kedatangan Sutan Rumandung, tunangannya. Namun, Sutan Rumandang tak kunjung tiba. Hingga akhirnya keluarga kerajaan menemukan Siamang putih tersebut mati di atas pohon Ketaping. Kedua orang tua Putri Julian terus mencari kabar keberadaan Sutan Rumandung sampai akhirnya terdengar kabar bahwa Sutan Rumandung telah mati karena kapal yang ditumpanginya karam di lautan ketika hendak menikahi wanita lain. Sutan Rumandung sendiri ternyata melanggar sumpahnya karena hendak menikahi wanita lain. 

***

Arabella selesai membaca bukunya.

"Cerita yang bagus sih," kata Arabella.

Arabella menutup bukunya dan menaruh di rak buku.

"Makan ah," kata Arabella.

Arabella keluar dari kamarnya ke ruang makan. Ternyata setelah Arabella membuka tudung saji tidak ada makanan.

"Aku masak dulu ini mah," kata Arabella.

Arabella menaruh tudung saji di meja dan ke dapur untuk memasak. Arabella memasak mie instan dan juga telur di dapur. Singkat waktu, ya masakan jadi dan di santap di ruang makan.

"Mie ini enak sesuai dengan iklan yang di iklan kan di Tv," kata Arabella.

Arabella terus menikmati mienya dengan baik banget.

SUTAN PENGADUAN

Anna selesai membuat sulaman dan sulaman di taruh di kamar. Anna keluar dari kamarnya dengan membaca buku cerita. Di ruang tengah, ya Anna duduk santai sambil membaca bukunya dengan baik.

Isi buku yang di baca Anna :

Berikut ini cerita rakyat dari Sumatera Barat, Sutan Pangaduan. Menurut legenda, Ada seorang raja yang berkuasa di Kampung Dalam, Pariaman. Sang Raja memiliki tiga orang anak dari ibu yang berbeda yaitu Sutan Lembak Tuah, Sutan Pangaduan dan Puti Sari Makah. Ibu Sutan Lembak Tuah berasal dari kalangan biasa, ibu Sutan Pangaduan bernama Puti Andam Dewi merupakan keturunan bangsawan, sedangkan ibu Puti Sari Makah adalah seorang keturunan Arab. Jadi secara adat, Sutan Pangaduan adalah putra Mahkota yang sah karena ibunya, Puti Andam Dewi, masih keturunan bangsawan.

Menurut cerita rakyat Sumatera Barat, Sang Raja memutuskan untuk bersemayam ke Gunung Ledang di saat anak-anaknya masih kecil. Baca juga Sutan Pangaduan dalam Bahasa Inggris. Sepeninggal ayahandanya, ibunda Sutan Pangaduan, yaitu Puti Andam Dewi, berusaha dipersunting oleh Rajo Unggeh Layang, seorang raja yang berkuasa di negeri Taluak Singalai Tabang Papan. 

Puti Andam Dewi menolak pinangan Rajo Unggeh Layang. Akibatnya, Rajo Unggeh Layang marah dan menculik Puti Andam Dewi dan membawanya ke sebuah bukit. Sementara itu Sutan Lembak Tuah sebagai anak paling tua, diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya, walaupun saat itu usia Sutan Lembak Tuah masih anak-anak. 

Sifat Sutan Lembak Tuah sendiri cenderung manja dan kekanak-kanakan. Kelak saat berkuasa nanti ia akan bertindak semena-mena terhadap rakyatnya. Meski secara adat Sutan Pangaduan adalah putra mahkota yang sah, namun ibunda Sutan Lembak Tuah sangat berambisi agar puteranya menjadi raja. Ia mencari segala cara agar tujuannya tercapai. 

Sutan Pangaduan yang masih kecil kemudian dibawa dan diasuh oleh nenek dan kakak sepupunya. Kakak sepupunya itu (dari pihak ibu) adalah seorang pendekar di Kuala Pantai Cermin. Beranjak dewasa di bawah pengasuhan nenek dan kakak sepupunya, Sutan Pangaduan tumbuh menjadi anak tangkas lagi bijaksana. Ia unggul dalam hal ilmu kebatinan, kesaktian dan kebijaksanaan. 

Saat berusia 10 tahun Sutan Pangaduan didatangi ayahandanya yang bersemayam di Gunung Ledang secara batin. Ayahnya memberi tugas kepada Sutan Pangaduan untuk membebaskan ibunya dari tawanan Rajo Unggeh Layang. Dalam menjalankan tugas ini, ayahnya meminta agar ia bekerjasama dengan kakaknya Sutan Lembak Tuah yang tinggal di istana. Maka pergilah Sutan Pangaduan dari Kuala Pantai Cermin ke istana di Kampung Dalam, Pariaman untuk menemui kakaknya Sutan Lembak Tuah. 

Nenek dan kakak sepupunya membekali Sutan Pangaduan dengan senjata keramat. Di perjalanan, pakaian bangsawan yang dikenakan Sutan Pangaduan menarik hati seorang penipu. Saat Sutan Pangaduan tengah memetik setangkai kembang, si penipu mendekatinya dan membual bahwa bunga tersebut adalah Kembang Bunga Larangan yang terlarang untuk dipetik. Sebagai hukumannya, Sutan harus menukarkan pakaian bangsawannya dengan pakaian compang-camping milik si penipu. 

Dengan lugunya Sutan Pangaduan menuruti begitu saja permintaan si penipu. Sutan Pangaduan melanjutkan perjalanan ke Kampung Dalam dengan pakaian compang-camping. Akhirnya sampai juga Sutan Pangaduan di istana Kampung Dalam, Pariaman. Sutan Lembak Tuah sangat terkejut melihat seorang anak compang-camping dengan wajah sangat mirip dengan dirinya, datang ke istana. 

Karena telah lama tidak bertemu sedari kecil, Sutan Lembak Tuah lupa dengan wajah Sutan Pangaduan, saudaranya sendiri. Tetapi ibu Sutan Lembak Tuah sadar bahwa anak kecil di hadapannya adalah Sutan Pangaduan. Merasa Khawatir tahta raja anaknya terancam, ia kemudian menyuruh Sutan Lembak Tuah untuk mengusir Sutan Pangaduan. 

Akhirnya terjadilah perkelahian antara keduanya. Namun dengan mudah Sutan Pangaduan mengalahkan Sutan Lembak Tuah. Pada saat itulah, Sutan Pangaduan mengucapkan kata kunci yang diajarkan ayahnya saat mendatanginya secara batin. Mendengar kata kunci tersebut, sadarlah Sutan Lembak Tuah bahwa anak di hadapannya adalah saudaranya sendiri. Karena ayahandanya mendatangi Sutan Lembak Tuah secara batin bahwa Sutan Pangaduan akan mendatanginya dengan mengucapkan kata kunci.

Akhirnya Sutan Lembak Tuah meminta izin kepada ibunya untuk menemani Sutan Pangaduan dalam rangka membebaskan Puti Andam Dewi dari tawanan Rajo Unggeh Layang. Dengan berat hati akhirnya ibunya mengizinkan putranya pergi bersama Sutan Pangaduan untuk memerangi Rajo Unggeh Layang karena itu adalah perintah ayahandanya di Gunung Ledang. Tapi ternyata ibunda Sutan Lembak Tuah diam-diam memiliki rencana jahat ingin meracuni Sutan Pangaduan agar jabatan raja anaknya tidak terganggu. 

Tapi rencana tersebut terbongkar yang membuatnya mendapatkan hukuman kurungan di istana. Meski merasa sedih dengan kondisi ibundanya, tapi Sutan Lembah Tuah tetap pergi menemani Sutan Pangaduan untuk memerangi Rajo Unggeh Layang. Setibanya di bukit tempat Puti Andam Dewi ditawan, kedua pangeran terlibat perkelahian sengit dengan ribuan penjaga bukit itu. Karena jumlah penjaga Rajo Unggeh Layang terlampau banyak, akhirnya kedua kakak beradik ini berhasil diringkus oleh musuh.

Ayahanda Sutan Pangaduan mengetahui bahwa kedua putranya dikalahkan oleh Rajo Unggeh Layang. Akhirnya ia mendatangai putrinya yaitu Puti Sari Makah secara batin dan memberitahunya agar membantu kedua saudaranya. Puti Sari Makah segera meminta bantuan kepada kakak sepupu Sutan Pangaduan dan Sutan Lembak Tuah dari ayahandanya kakak sepupu sultan dari Puti Andam Dewi. 

Pergilah mereka bertiga ke bukit tempat Puti Andam Dewi ditawan. Ketiganya adalah pendekar wanita yang sangat sakti. Putri Sari Makah memiliki kemampuan untuk mengendalikan air sedangkan kedua sepupu Sutan Pangaduan masing-masing memiliki kemampuan untuk mengendalikan angin dan suara. Dengan perpaduan keahlian masing-masing, mereka berhasil menciptakan badai yang menaikkan air laut sampai ke atas bukit sehingga menyapu para pengawal Rajo Unggeh. 

Akhirnya mereka bertiga membebaskan Puti Andam Dewi dan kedua saudaranya Sutan Pangaduan dan Sutan Lembak Tuah dengan mudah. Adalah seorang gadis kecil menghipnotis Sutan Pangaduan. Si gadis kecil meminta Sutan agar membawa dirinya serta dengan alasan takut hanyut terbawa badai. Kedua kakak Sutan melarangnya untuk membawa gadis kecil tersebut karena mereka mengetahui bahwa gadis kecil tersebut adalah adik Rajo Unggeh Layang. 

Namun Sutan Pangaduan tidak mendengarkan nasehat kedua kakaknya dengan tetap membawa serta si gadis kecil. Karena telah berhasil menyelamatkan Puti Andam Dewi, akhirnya mereka berpisah. Sutan Pangaduan, kakak sepupunya dan ibunya, kembali ke Kampung Dalam. Sutan Lembak Tuah kembali ke kerajaan Kampung Dalam, Pariaman. Sementara Puti Sari Makah kembali ke Makkah.

Singkat cerita, Sutan Pangaduan telah beranjak dewasa dan menikah dengan putri raja negeri tetangga. Sutan kemudian diangkat menjadi raja di negeri tersebut. Tanpa disadarinya, gadis kecil yang ia selamatkan, ternyata selama ini telah meracuninya sedikit demi sedikit sehingga kesaktiannya perlahan berkurang. 

Atas tipu muslihat si gadis kecil itu pula, Puti Andam Dewi kembali diculik oleh Rajo Unggeh Layang. Dengan tingkat kesaktian yang telah berkurang dan kondisi istrinya yang tengah hamil, Sutan Pangaduan terpaksa meninggalkan istrinya dan kerajaan demi menyelamatkan ibunya. Istri Sutan merelakan kepergian suaminya demi menyelamatkan ibu mertuanya. Maka pergilah Sutan Pangaduan dengan kakaknya Sutan Lembak Tuah menuju negeri Taluak Singalai Tabang Papan. 

Namun karena kesaktian Sutan Pangaduan telah berkurang, maka kedua kakak beradik tersebut dapat dengan mudah dilumpuhkan musuh. Keduanya akhirnya ditawan dengan dirantai oleh musuh. Dengan sisa-sisa kesaktian yang dimiliki, pada suatu malam bulan purnama yang terang, Sutan Pangaduan menghentakkan kakinya untuk memutus rantai yang mengikatnya. 

Walau rantai pengikat tidak berhasil terputus, namun suara hentakan kaki tersebut menggelegar bagaikan petir dan terdengar sampai kejauhan. Goncangan tersebut adalah pertanda bahwa anak Sutan Pangaduan telah lahir ke dunia. Kelak anak Sutan Pangaduan akan menuntut balas untuk membebaskan ayah dan neneknya.

***

Anna selesai membaca bukunya.

"Cerita bagus bener," kata Anna.

Anna menutup bukunya dan menaruh bukunya di meja.

"Makan ah!" kata Anna.

Anna beranjak dari duduknya di ruang tengah ke ruang makan untuk makan. Di ruang makan, ya Anna makan dengan penuh kesantaian banget.

IKAN SAKTI SUNGAI JANIAH

Amy selesai mengerjakan PR, ya di lanjutkan baca buku cerita dengan baik.

Isi buku yang di baca Amy :

Cerita rakyat dari Sumatera Barat, Ikan Sakti Sungai Janiah. Kolam Ikan Sakti Sungai Janiah (Sungai Jernih) adalah sebuah obyek wisata yang terletak di Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Sekitar 13 kilometer dari Bukittinggi arah ke Payakumbuh. 

Di dalam kolam tersebut banyak sekali ikan yang berukuran besar. Bahkan konon ada yang berukuran sebesar kerbau. Darimana asal ikan ini? 

Berikut ini salah satu versi dari legenda asal mula ikan sakti Sungai Janiah.

***

Alkisah, menurut cerita rakyat Sumatera Barat, pada zaman dahulu kala hiduplah seorang janda beserta kedua anaknya, seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Baca juga The Janiah River Magic Fish. Di suatu hari yang cerah, sang ibu hendak membawa kedua anaknya ke sebuah pesta. 

“Hari ini kita akan pergi ke pesta nak! Gantilah pakaian kalian dengan pakaian indah.” 

“Baik Bu!” jawab kedua anaknya. 

Tentu saja kedua anaknya sangat gembira. Mereka segera mengganti pakaian mereka dengan pakaian indah. Tiba di tempat pesta, kedua anaknya bersuka cita karena mereka melihat banyak tamu yang datang dan juga menemukan makanan-manakan lezat. 

Beberapa meter dari tempat mereka, ada sebuah panggung pertunjukan musik tradisional yang dipenuhi para penonton. Anak-anak meminta izin kepada ibunya untuk menyaksikan pertunjukan musik tersebut. 

“Ibu, bolehkah kami menonton pertunjukan musik disana?” tanya anaknya.

“Ya bolehlah, asalkan kalian tidak pergi terlalu jauh. Banyak orang penuh sesak, nanti ibu susah mencari kalian.” ibunya membolehkan tetapi berpesan agar anaknya tidak pergi jauh-jauh.

Kedua anaknya segera berlari ke arah panggung pertunjukan musik diadakan. Awalnya mereka bergembira menikmati musik di tengah keramaian. Lambat laun mereka mulai bosan. Akhirnya keduanya pergi berjalan-jalan di sekitar panggung pertunjukan. Mereka lupa akan pesan ibunya agar tidak pergi jauh-jauh.

Saat berjalan-jalan, mereka melihat sebuah telaga yang berair jernih. Saat itu matahari sangat panas yang membuat mereka tergoda untuk mandi di telaga tersebut. Kemudian mereka menanggalkan pakaian mereka dan melompat ke dalam telaga. Keduanya merasa sangat senang bermain-main air di tengah cuaca panas. Mereka benar-benar lupa akan pesan ibunya.

Sementara itu, pesta hampir berakhir. Sang Ibu mendatangi panggung pertunjukan musik untuk mencari kedua anaknya, tetapi ia tidak menemukan mereka. Hari hampir malam, sang Ibu terus berjalan sambil bertanya kepada orang-orang mengenai keberadaan kedua anaknya, tetapi tetap tidak bisa menemukan mereka. Akhirnya ia putus asa dan memutuskan untuk pulang ke rumah.

Setiba di rumah, sang ibu terus menangisi anak-anaknya. Hingga akhirnya ia tertidur karena kelelahan. Di dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu dengan seorang wanita tua. Wanita tua tersebut mengatakan bahwa kedua anaknya berada di sebuah kolam berair jernih di dekat lokasi pesta. 

“Kedua anakmu ada di dalam sebuah kolam di dekat lokasi pesta. Jika Engkau ingin bertemu mereka, lemparkanlah beras ke dalam kolam maka kedua anakmu akan muncul.” kata si wanita tua di dalam mimpi.

Keesokan harinya, si Ibu terbangun. 

Teringat mimpinya semalam, ia segera bergegas pergi ke kolam di dekat lokasi pesta dengan membawa segenggam beras. Setelah mencari kesana kemari akhirnya ia berhasil menemukan kolam berair jernih tersebut. Tanpa menunggu lama, segera ia lemparkan beras yang digenggamnya ke dalam kolam seraya memanggil nama-nama anaknya.

Tidak beberapa lama, dua ekor ikan berukuran besar dan berwarna indah muncul ke permukaan kolam. Sang Ibu menangis melihat kemunculan kedua ikan besar tersebut. Ia bertanya-tanya apakah kedua anaknya telah berubah menjadi dua ekor ikan besar ini? 

Setelah memperhatikan dengan seksama, akhirnya yakinlah ia bahwa kedua ekor ikan besar tersebut adalah anak-anaknya. Namun nasi telah menjadi bubur.

“Apa yang telah terjadi dengan kalian Nak? Kenapa kalian berubah menjadi ikan? Ibu sangat sayang dengan kalian Nak? Kenapa tidak mematuhi pesan Ibu agar jangan pergi jauh-jauh.” Sang Ibu menangis.

Mendengar tangisan si Ibu, penduduk desa pun berdatangan. Setelah mendengar penjelasan si Ibu, penduduk desa pun menghiburnya. Tapi tetap saja si Ibu merasa sangat sedih karena kehilangan kedua anaknya. Sekarang desa di mana kolam tersebut berada disebut Desa Sungai Janiah (atau Desa Sungai Jernih). 

Sementara kolam jernih tersebut sering didatangi banyak orang karena dianggap sebagai tempat suci. Meskipun hanya sebuah legenda, namun legenda Ikan sakti Sungai Janiah memberi pesan arti pentingnya mematuhi nasihat orang tua.

***

Amy selesai membaca bukunya.

"Bagus ceritanya," kata Amy.

Amy menutup bukunya dan buku di taruh di meja saja, di buat rapih gitu. 

"Istirahatlah!" kata Amy.

Amy pun istirahat di tempat tidurnya, ya pada akhirnya ketiduranlah.

LA MOELU SI ANAK YATIM

Amber selesai membantu ibu, ya beres-beres rumah gitu. Amber duduk santai di ruang makan sambil membaca bukunya dengan baik.

Isi buku yang di baca Amber :

La Moelu merupakan cerita rakyat daerah Sulawesi Tenggara. Dahulu kala, di daerah Sulawesi Tenggara hidup seorang anak yatim bernama La Moelu. Ibunya meninggal saat ia masih bayi. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia memancing ikan di sungai dekat rumahnya sementara ayahnya sudah tua jadi tidak mampu untuk bekerja lagi. Suatu hari, seperti biasanya, La Moelu pergi memancing ke sungai. 

Berharap mendapat banyak ikan, iapun membawa banyak umpan. Setelah menunggu selama berjam-jam, tidak ada satupun ikan memakan umpannya. Saat sudah hampir putus asa, tiba-tiba pancingnya bergerak-gerak. Ia sangat senang kemudian langsung menarik pancingnya dengan hati-hati. Ketika ia mengangkat pancingnya, ia sedikit kecewa karena hanya mendapat ikan kecil. 

Namun ia merasa heran karena bentuk ikan kecil tersebut aneh. Ia bergegas pulang untuk menunjukkan ikan aneh itu pada ayahnya.

“Ayah, barusan aku mendapat ikan kecil tapi bentuknya aneh. Coba Ayah lihat mungkin Ayah mengetahui ikan apa ini.” ia bertanya pada ayahnya.

“Ikan apa ya?” Aku belum pernah melihat ikan seperti ini sebelumnya.” jawab ayahnya kebingungan.

 “Sebaiknya kau pelihara saja ikan itu.” Ayahnya menyarankan. 

La Moelu menuruti perintah ayahnya & kemudian menyimpan si ikan kecil ke dalam segelas air. Keesokan paginya, La Moelu kaget karena si ikan sudah berukuran sebesar gelas. Baca juga La Moelu the Orphan. Ia kemudian memindahkan ikan tersebut ke dalam guci. 

Selang sehari kemudian, kembali terjadi keanehan, si ikan kembali bertambah besar menjadi sebesar guci. Hal tersebut terus terjadi hingga sudah tidak ada lagi wadah mampu menampung si ikan. Ayahnya kemudian menyarankan agar anaknya mengembalikan si ikan ke laut.

La Moelu segera pergi ke pantai untuk melepas ikan tersebut. Sebelum melepas ikan ke laut, Ia memberi nama ikannya dengan nama Jinnade. Ia berpesan kepada si ikan agar datang ke tepi laut jika ia memanggilnya. Jinnade menggoyang-goyangkan ekornya sebagai tanda setuju. 

Kemudian La Moelu melepaskan si ikan ke laut. Sejak saat itu, ia sering berkunjung ke laut, kemudian memanggil Jinnade untuk memberinya makan. Setiap dipanggil namanya, Jinnade muncul menemui La Moelu. Hingga pada suatu hari, ada tiga orang tetangga La Moelu mengetahui kebiasaannya. 

Muncullah niat buruk dari ketiganya. Mereka hendak menangkap Jinnade & memakannya. Suatu pagi, ketiga orang tersebut pergi ke laut. Mereka kemudian memanggil-manggil Jinnade. Mendengar namanya dipanggil, Jinnade segera muncul ke permukaan laut. Namun Jinnade kaget karena yang memanggil ternyata bukan La Moelu. 

Ketiga orang tersebut melempar Jinnade dengan tombak hingga tewas. Kemudian mereka mengambilnya untuk dimasak. Siang harinya, seperti biasa La Moelu pergi ke laut & memanggil-manggil Jinnade, namun Jinnade tidak muncul ke permukaan. 

Ia merasa heran. Ia akhirnya pulang ke rumah & menceritakan hal itu pada ayahnya.

“Tenanglah, mungkin Jinnade sudah menemukan teman-temannya di laut sana.” ayahnya berusaha menenangkannya.

Sore harinya, La Moelu berjalan-jalan ke perkampungan bertemu teman-temannya. Ia mendapati teman-temannya tengah memasak ikan besar. Ia merasa curiga, kemudian bertanya pada teman-temannya, dari mana mereka mendapatkan ikan itu. Awalnya teman-temannya itu mengarang cerita bahwa ikan tersebut diambil di sungai, namun setelah didesak akhirnya mereka mengakui bahwa itu adalah Jinnade.

La Moelu merasa marah & sedih dengan kelakuan teman-temannya namun tidak bisa berbuat apa-apa. Ia kemudian mengambil tulang-belulang Jinnade untuk dikuburkan di halaman rumahnya. Ayahnya berusaha menabahkan hati anaknya.

Keesokan paginya, saat ia hendak pergi memancing, ia kaget mendapati sebuah pohon tumbuh di atas kuburan Jinnade. Anehnya lagi, pohon itu berbatang emas, berdaun perak, berbunga intan dan berbuah berlian. 

Semakin hari tanaman tersebut semakin besar. La Moelu & ayahnya mulai menjual ranting, buah, daun dan bunga pohon itu sehingga mereka menjadi kaya raya. Meskipun sudah menjadi orang kaya raya, namun mereka tetap bersikap rendah hati. Mereka senang menolong tetangga-tetangganya.

***

Amber selesai membaca bukunya.

"Cerita, ya bagus sih," kata Amber.

Amber menutup bukunya dan menaruh buku di meja dengan baik. 

"Nonton Tv ah!" kata Amber.

Amber beranjak dari duduknya di ruang makan ke ruang tengah untuk nonton Tv bersama adiknya Meta. Acara yang di tonton, ya film kartunlah.

GUNUNG MEKONGGA

Amalia selesai bermain dengan dengan teman-teman, ya pulang ke rumahlah. Di rumah, ya Amalia duduk santai di ruang tamu sambil membaca buku cerita dengan baik.

Isi buku yang di baca Amalia :

Menurut sebuah legenda, konon Gunung Mekongga di Sulawesi Tenggara diberi nama demikian karena merupakan tempat jatuhnya burung garuda raksasa atau Kongga. Burung Kongga mati setelah menyerang negeri Sorume. 

Alkisah, seekor burung garuda raksasa tiba-tiba datang ke negeri Sorume (sekarang bernama Kolaka, Sulawesi Tenggara). Si Burung membuat kacau seisi negeri. Setiap hari garuda raksasa tersebut mencuri hewan ternak untuk dimangsa. Para penduduk merasa kuatir, jika hal ini dibiarkan lambat-laun hewan ternak mereka akan habis bahkan mungkin garuda raksasa tersebut suatu saat akan memangsa manusia.

Larumbalangi adalah seorang pandai sakti mandraguna. Ia tinggal di negeri Solumba (sekarang Belandete). Larumbalangi memiliki sebilah keris dan selembar sarung pusaka yang dapat digunakan untuk terbang. Penduduk Sorume mengirim utusan ke negeri Solumba, meminta kesediaan Larumbalangi membantu mengusir burung garuda raksasa pengacau negeri mereka.

Tidak lama kemudian para utusan negeri Sorume tiba di negeri Solumba menemui Larumbalangi. Para utusan menceritakan peristiwa yang menimpa negeri mereka pada Larumbalangi. Mereka meminta kesediaannya untuk membantu. Larumbalangi kemudian memberikan saran pada para utusan, agar mereka mengumpulkan bambu tua. 

Kemudian ujungnya dibuat runcing dan diolesi racun.

“Untuk mengatasi garuda raksasa, kalian harus menggunakan strategi yang tepat. Kumpulkanlah oleh kalian bambu tua kemudian buat ujungnya menjadi runcing. Olesi juga ujungnya dengan racun. Carilah seorang pemberani di negeri kalian untuk melawan si garuda raksasa. Pagari ia dengan bambu runcing. Jadi apabila burung Kongga menyerang, ia akan tertusuk oleh bambu beracun.” kata Larumbalangi.

Para utusan mengucapkan terima kasih atas saran Larumbalangi. Mereka segera pulang ke negeri Sorume untuk melaksanakan strategi bambu runcing. Sesampainya di Sorume, para utusan menyampaikan strategi Larumbalangi pada para tetua. Malam harinya, para tetua adat segera mengadakan sayembara mencari laki-laki pemberani untuk dijadikan umpan melawan garuda raksasa. 

Apabila ada rakyat jelata mau menjadi umpan, maka Ia akan diangkat menjadi bangsawan. Dan jika Ia seorang bangsawan, maka Ia akan diangkat menjadi pemimpin negeri.

Keesokan harinya, ratusan pendekar baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat jelata telah berkumpul untuk mengikuti sayembara tersebut. Setiap orang menunjukkan kemampuannya di hadapan sesepuh negeri Sorume. 

Akhirnya setelah melewati persaingan ketat, terpilih seorang pemenang bernama Tasahea. Tasahea merupakan rakyat biasa dari negeri Loeya. Para sesepuh kemudian memerintahkan penduduk untuk membuat membuat bambu runcing beracun kemudian dipasang di Padang Bende. Tasahea kemudian dimasukkan ke dalam lingkaran yang dikelilingi oleh bambu beracun. 

Masyarakat segera meninggalkan Tasahea berdiri sendirian di dalam bambu beracun untuk memancing burung garuda raksasa.

Sudah berjam-jam Tasahea berdiri sendirian di dalam bambu runcing beracun, namun burung garuda raksasa belum juga kelihatan. Pada siang harinya, tiba-tiba saja cuaca berubah dari cerah menjadi mendung lagi sangat mencekam. Pada saat itulah, Tasahea melihat burung garuda raksasa terbang mendekatinya. 

Burung raksasa Kongga berusaha menyerang Tasahea. Tapi sial, belum sempat menyerang, sayap garuda raksasa tertusuk oleh bambu runcin beracun. Burung garuda raksasa berteriak kesakitan. Tasahea tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, Ia mengambil sebilah bambu runcing beracun kemudian menancapkannya ke bagian dada garuda raksasa. Burung garuda meronta-ronta kesakitan sampai akhirnya Ia berhasil terlepas dari bambu runcing. 

Ia segera terbang tinggi namun tidak lama kemudian Ia jatuh ke sebuah gunung. Tidak lama kemudian Garuda akhirnya mati karena efek racun bambu runcing. Penduduk negeri Sorume bersorak-sorak mengelu-elukan Tasahea sebagai pahlawan. Namun kegembiraan rakyat tidak berlangsung lama. 

Bangkai burung garuda raksasa ternyata menyebarkan wabah penyakit. Banyak penduduk meninggal setelah muntah-muntah karena wabah penyakit. Begitu pula tanaman penduduk banyak mati diserang ulat. Mengetahui hal ini para tetua adat kembali mengirim utusan untuk menemui Larumbalangi.

Sesampainya di negeri Solumba, para utusan menyampaikan permasalahan wabah yang berasal dari bangkai burung garuda Kongga kepada Larumbalangi. Mendengar hal ini, Larumbalangi segera berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar menurunkan hujan deras agar bangkai garuda raksasa beserta ulat-ulat terbawa banjir. Tuhan mengabulkan doa Larumbalangi. 

Negeri Sorume dilanda hujan sangat deras selama tujuh hari tujuh malam. Akibatnya Negeri Sorume mengalami banjir hebat. Banjir hebat tersebut membawa bangkai garuda raksasa beserta ulat-ulat hanyut terbawa air. Setelah hujan reda & banjir surut, wabah penyakit beserta ulat yang melanda negeri Sorume akhirnya hilang. 

Rakyat negeri Sorume bergembira, akhirnya kedamaian bisa hadir di negeri mereka. Untuk menghargai jasa Tasahea & Larumbalangi, para tetua ada sepakat mengangkat Tasahea menjadi bangsawan. Sedangkan Larumbalangi diangkat sebagai pemimpin negeri Sorume. Gunung tempat jatuhnya burung garuda raksasa tersebut diberi nama Gunung Mekongga.

***

Amalia selesai baca bukunya.

"Cerita yang bagus," kata Amalia.

Amalia menutup bukunya dan buku di taruh di meja.

"Nonton Tv aja!" kata Amalia.

Amalia beranjak dari duduknya di ruang tamu ke ruang tengah untuk nonton Tv bersama ayah dan ibu. Acara yang sedang di tonton, ya film yang bertema keluarga bahagia gitu.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK