CAMPUR ADUK

Friday, February 25, 2022

SIFAT DAN TINGKAH LAKUNYA

Malam yang tenang di lingkungan rumah Budi. Budi duduk di depan rumahnya, ya sambil baca koran dan juga menikmati minum botolan dan juga makan singkong rebus. Eko ke rumah Budi, ya menggunakan motorlah. Singkat waktu, ya Eko sampai di rumah Budi dan memarkirkan motornya di depan rumah Budi dengan baik. Eko duduk dengan baik bersama Budi. Ya Budi menghentikan baca korannya dan koran di taruh di mejalah. Eko mengambil singkong rebus di piring, ya berkata "Tumben singkong rebus. Biasanya gorengan?"

Eko, ya makan singkong rebus itu.

"Ibu beli singkong di pasar. Lalu di buat makanan, ya makanannya singkong rebus saja," kata Budi.

"Oooo Ibu Budi beli singkong dan di buat makanan singkong rebus saja. Kenapa tidak di goreng saja singkongnya. Atau jangan-jangan ada kaitannya dengan minyak goreng yang ini dan itu, ya berita gitu?" kata Eko.

"Tidak ada kaitan dengan berita yang ini dan itu tentang minyak goreng. Yang masak bukan aku, ya Ibu yang masak," kata Budi.

"Iya deh yang masak Ibu, ya keputusan Ibu mau masak apa," kata Eko.

Eko mengambil minuman botolan, ya di buka dengan baik minuman botolan itu dan segera di minum dengan baik.

"Eko. Aku ingin ngobrolin sesuatu," kata Budi.

Eko menaruh minuman botol di meja.

"Sesuatu apa?" kata Eko.

"Tentang cewek," kata Budi.

"Cewek toh. Apa yang mau di obrolin?" kata Eko.

"Cewek kalau di kasih makan seperti orang miskin. Mau apa enggak ya?" kata Budi.

"Relatif lah Budi?" kata Eko.

"Kok relatif?" kata Budi.

"Cewek yang terlahir dari keadaan miskin dan bisa menerima keadaannya. Cewek itu berusaha dengan baik demi hidupnya berubah menjadi kaya. Lalu cewek itu mendapatkan suami yang keadaannya memang miskin. Suaminya mampunya memberikan makan dan kehidupannya seperti orang miskin. Ya otomatis maulah cewek menjalankan kehidupan dengan suaminya kala suka dan duka, ya contohnya orang tua kita. Kalau cewek yang terlahir dari kalangan orang kaya, ya tidak bisa Budi," kata Eko.

"Jangan-jangan Eko punya pengalaman tentang cewek yang terlahir dari orang kaya?" kata Budi.

"Ya ada sih. Saat aku belum bersama Purnama. Aku mencoba berteman dengan cewek, ya anak orang kaya. Sifat dan tingkahnya, ya aku kecewa banget. Setelah itu, ya aku biasa saja teman dengan cewek itu," kata Eko.

"Sifat dan tingkahnya yang membuat Eko kecewa. Aku juga sih kecewa juga sih. Kalau menemukan cewek yang tidak bisa menerima keadaan dari cowoknya," kata Budi.

"Sebenarnya waktu bisa mengubah segalanya, ya berusaha dengan baik. Pada akhirnya aku menjadi orang yang mampu. Walau hanya kerja jadi buruh di perusahaan. Aku membawa Purnama makan di pinggir jalan, ya kaya orang miskin, ya ternyata Purnama mau gitu karena memang Purnama dari kalangan orang tidak mampu juga sih, ya jadinya tidak neko neko sih. Aku merasa senang dengan sifat dan tingkah Purnama, ya jadinya Aku membawa Purnama makan di rumah makan, ya gaya orang kaya gitu dengan membawa mobil, ya itu pun mobilnya minjem. Purnama menerima aku apa adanya. Keadaan aku miskin, ya sampai aku mampu pun...iya mampu dengan baik. Cewek seperti Purnama lah yang aku inginkan dengan baik," kata Eko.

"Iya sih. Cewek yang baik itu bisa menerima keadaan kita. Dengan berusaha dengan baik, ya bisa mengubah keadaan sih. Purnama cewek yang baik, ya muslimah yang baik, ya paham agama dengan baik. Bisa menyenangkan cowok yang mencintai Purnama," kata Budi.

"Emmmm," kata Eko.

"Cewek di lingkungan masyarakat, ya bermacam-macam sifat dan tingkah lakunya. Dasarnya dari didikan orang tua, pendidikan sekolah sampai pergaulan. Ada yang baik dan ada yang buruk. Sampai-sampai....terkait kriminalitas ini dan itu, ya cewek yang buruk," kata Budi.

"Nama juga kehidupan ini. Antara baik dan buruk," kata Eko.

" Kalau begitu sih. Main catur saja Budi!" kata Eko.

"Ok...main catur!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur lah. Abdul dateng ke rumah Budi, ya telah memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Abdul duduk bersama dengan Eko dan Budi.

"Ada Abdul. Jadi main kartu remi aja Budi!" kata Eko.

"Ok," kata Budi.

Budi menaruh papan catur ke bawah mejalah dan mengambil kartu remi di bawah meja dan segera di kocok dengan baik kartu remi.

"Tidak ada gorengan. Adanya singkong rebus," kata Abdul sambil mengambil singkong rebus di piring, ya singkong rembus di makan Abdul dengan baik.

"Tidak ada gorengan. Singkong rebus yang ada," kata Budi.

Budi membagikan kartu remi dengan baik.

"Ibu Budi yang masak singkong rebus. Kalau di pikir dengan baik. Makan singkong rebus kaya acara Tv, ya film jadul gitu," kata Eko.

"Ibu Budi yang masak singkong rebus toh. Pantes singkong rebusnya enak," kata Abdul.

Ketiganya main kartu remi sih.

Abdul mengambil minuman botol di meja, ya di buka dengan baik, ya di minum dengan baik.

"Kadang lebih baik mendapatkan cewek muslimah. Sifat dan tingkahnya, ya bisa menyenangkan hati gitu," kata Budi.

Abdul menaruh minuman botol di meja.

"Aku setuju dengan omongan Budi," kata Abdul.

"Aku juga setuju omongan Budi. Karena aku sudah merasakan, ya bersama dengan cewek muslimah. Purnama menyenangkan hati," kata Eko.

Ketiganya main kartu remi dengan baik, ya sambil menikmati makan singkong rebus dan juga minuman botol.

KEBIASAAN

Abdul duduk di depan rumahnya, ya sedang membaca koran dan juga menikmati minuman botolan dan juga makan keripik singkong. Budi ke rumah Abdul, ya menggunakan motornya. Eko, ya ke rumah Abdul dengan menggunakan motornya. Singkat waktu, ya Budi sampai di rumah Abdul. Budi memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Abdul. Budi pun duduk bersama Abdul. Ya Abdul pun berhenti baca koran dan koran di taruh di mejalah. Budi melihat tidak ada gorengan di meja, ya cuma ada keripik singkong gitu. Budi pun berkata "Abdul...tidak ada gorengan ya?"

"Ada cuma keripik singkong!" kata Abdul sambil mengambil keripik dari plastiknya, ya keripik singkong di makan sama Abdul.

"Makan keripik mah tidak kenyang," kata Budi.

"Kalau mau kenyang sih makan nasi. Budi ingin makan?" kata Abdul.

"Mau sih," kata Budi.

"Kalau begitu ikut aku ke dalam!" kata Abdul.

"Ok...aku ikut Abdul ke dalam rumah," kata Budi.

Budi dan Abdul, ya beranjak dari duduknya dan bergerak ke dalam rumah, ya langsung ke ruang makan. Budi pun duduk dengan baik, ya dekat meja makan. Abdul pun membuka tudung saji.

"Silakan makan Budi. Cuma ada lauk ikan asin, sambal, dan rebusan daun singkong. Nasi sih banyak sih. Ya tinggal ada ini. Karena habis di makan aku dan keluarga. Mau beli makan ini dan itu, ya malam Budi," kata Abdul.

"Ini saja aku sudah bersyukur banget. Teringat masa kecil, ya makan apa adanya yang penting perut kenyang. Maklum keadaan masih miskin," kata Budi.

"Sama aja dengan aku....Budi. Aku pun menerima keadaan, ya keluarga miskin. Tetap keluarga berusaha dengan sebaik mungkin di jalan baik," kata Abdul.

"Kalau begitu aku makan, ya Abdul!" kata Budi.

"Iya. Aku tinggal, ya Budi!' kata Abdul.

"Emmmm," kata Budi.

Abdul pun meninggalkan Budi yang sedang asik makan. Abdul pun duduk di depan rumah. Eko pun sampai di rumah Abdul, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumahnya Abdul. Eko pun duduk dengan baik bersama Abdul.

"Ngomong-ngomong Abdul. Budi mana? Motornya ada, ya orangnya enggak ada?" kata Eko.

"Budi sedang makan di dalam," kata Abdul.

"Emmmm kebiasaan. Dari kecil sampe dewasa kerjaannya Budi. Laper aja tuh perut Budi," kata Eko.

"Maklum saja kebiasaan Budi," kata Abdul.

"Iya sih. Maklum kebiasaan Budi," kata Eko.

"Main kartu remi!" kata Abdul.

"Ok sih main kartu remi. Ngomong-ngomong...urusan kisah cinta Abdul dengan Putri gimana?" kata Eko.

"Ya....urusan kisah cinta aku dengan Putri. Ya jalan begitu-begitu saja. Aku di Bandar Lampung, ya Putri di Jakarta. Tidak ada ikatan lagi, ya sekedar teman," kata Abdul sambil mengambil kartu remi di bawah meja dan segera di kocok dengan baik kartu remi

"Teman," kata Eko.

"Emmm," kata Abdul.

Abdul membagikan kartu remi dengan baik. Abdul dan Eko main kartu remi dengan baik pula. Selang beberapa saat. Budi, ya selesai makan.

"Kenyang," kata Budi. 

Budi membereskan semuanya dengan baik, ya setelah itu ke depan rumah. Budi pun duduk bersama dengan Eko dan Abdul. Ya Eko dan Abdul, ya masih asik main kartu remi gitu.

"Makannya enak Budi?" kata Eko.

"Makannya enak banget," kata Budi.

"Emangnya Abdul masak apa?" kata Eko.

"Aku tidak masak. Makan yang ada saja. Cuma ikan asin, sambal dan rebusan daun singkong saja," kata Abdul.

"Oooo makan yang biasa di makan di rumah Budi juga seperti yang ada di rumah Abdul," kata Eko.

"Ya di rumah aku kan cuma ada itu. Ya aku juga bersyukur. Di rumah Eko juga sama aja sih," kata Budi.

"Di rumah aku. Ya beda lah. Tempe goreng, sambal, dan lalapan terong," kata Eko.

"Bedanya tempe goreng dan juga lalapan terong toh," kata Budi.

"Yang di bahas makan yang biasa. Kali-kali makan enak banget gitu. Ayam bakar," kata Abdul.

"Ayam bakar memang enak di rumah makan, ya aku pernah nyobain sih," kata Budi.

"Aku juga pernah ngobain makan ayam bakar di rumah makan, ya masakan memang sip, ya ayam bakarnya benar-benar enak," kata Eko.

"Kalau di bahas bener-bener. Makin jadi laper tahu," kata Abdul.

"Ya begitu lah," kata Eko.

"Emmmm," kata Budi.

Permain kartu remi yang menang Abdul. Eko, ya mulai mengocok kartu remi. 

"Budi ikutan main kartu remi apa tidak?" kata Eko.

"Ikutan lah!" kata Budi.

Eko membagikan kartu remi dengan baik. 

"Aku mau cerita," kata Budi.

"Cerita tentang apa?" kata Abdul.

"Ceritanya mungkin seperti biasanya," kata Eko.

"Cerita tentang sebuah tokoh cewek yang cantik," kata Budi.

"Kalau urusan cerita tokoh cewek yang cantik, ya lain kali aja!" kata Abdul.

"Kebiasaan Budi. Tidak jauh-jauh dari urusan cewek ini dan itu, ya jadi bahan cerita, ya bahan obrolan. Aku setuju dengan Abdul. Lain kali ceritanya Budi!" kata Eko.

"Ok lain kali aku ceritanya!" kata Abdul

Ketiganya, ya main kartu remi dengan baik lah.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK