CAMPUR ADUK

Tuesday, October 5, 2021

JANJI

Budi duduk santai di depan rumah sedang main gitar dan menyanyi, ya menikmati minum kopi dan juga gorengan. Eko dengan menggunakan motornya ke rumah Budi. 

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi dengan judul 'Janji' :

Rasa sesal datang lagi
Bila kau ungkit salahku yang dulu
Semua yang kini kulakukan
Masih datangkan rasa ragu di hatimu
Cinta yang kini kurasakan
Selalu ingin kuberikan semua kepadamu
Apa yang harus kubuat lagi
'Tuk beri arti tulusnya cintaku kepadamu
Lupakan sudah masa lalu
Tak akan ada lagi di hati
Hanya janji yang kuberikan
Kuingin s'lalu bersama dirimu
Percayalah...
Cinta yang kini kurasakan
Selalu ingin kuberikan semua kepadamu
Apa yang harus kubuat lagi
'Tuk beri arti tulusnya cintaku kepadamu
Cinta yang kini kurasakan
Selalu ingin kuberikan semua kepadamu
Apa yang harus kubuat lagi
'Tuk beri arti tulusnya cintaku kepadamu
Cinta yang kini kurasakan
Selalu ingin kuberikan semua kepadamu
Apa yang harus kubuat lagi
'Tuk beri arti tulusnya cintaku kepadamu

***

Eko sampai rumah Budi, ya motor di parkir dengan baik di halaman depan rumah Budi. Ya Budi selesai menyanyikan lagu dan main gitarnya. Eko duduk dengan baik.

"Budi tadi nyanyiin lagu apa?!" kata Eko.

"Lagunya Bragi yang judulnya 'Janji'...." kata Budi.

"Oooooo Bragi yang judul lagunya 'Janji'...." kata Eko.

"Kalau berjanji harus di tepatikan....Eko?!" kata Budi.

"Kalau sudah janji memang harus di tepati," kata Eko.

"Kalau urusan cinta, ya jika cowok bersalah pada ceweknya dan berjanji tidak mau berbuat salah lagi. Kenyataan di dapatkan di lingkungan, ya cowok tidak bisa menepati janjinya. Tetap saja selingkuh. Walau cowok itu telah menangis di hadapan ceweknya untuk tidak lagi mengulang kesalahannya," kata Budi.

"Kan banyak orang yang tidak memahami ilmu agama. Jadi jalan kehidupannya, ya menjadi golongan munafik," kata Eko.

"Banyak cowok yang masih urusan cinta pada cewek, ya jadi golongan munafik," kata Budi.

"Kalau ceweknya sadar, ya di tinggalin lah cowoknya," kata Eko.

"Air mata cowok yang berjanji tidak akan mengulangi kesalahan, ya ternyata air mata buaya, ya air mata kebohongannya cowok," kata Budi.

"Banyak nasehat orang tua. Jangan jatuh cinta di masa menjalankan pendidikan, ya akan mempengaruhi pendidikan. Pisikologisnya masih labil," kata Eko.

"Tetap saja nama anak puber, ya di jalanin jatuh cinta, ya pacaran gitu. Mempengaruhi segala pendidikan. Kelabilan terjadi. Lebih banyak sakit jiwanya dari pada normalnya," kata Budi.

"Sampai di duduk di Universitas saja, ya masih tidak bisa mengontrol dari pisikologisnya, ya labil dalam urusan cinta," kata Eko.

"Nama juga cowok. Bilangnya berjanji untuk setia, ya kenyataannya tetap saja selingkuh. Cewek banyak yang terlalu percaya dengan janji manisnya cowok," kata Budi.

"Ketika cowoknya tidak suka lagi dengan ceweknya, ya dengan bicara lantang.....putus. Ceweknya langsung sedih karena di putusin sama cowoknya. Patah hatilah," kata Eko.

"Banyak cerita seperti itu. Cewek di putusin sama cowok. Ceweknya menangis karena sakit hatinya di putusin sama cowoknya," kata Budi.

"Cowok itu banyak berengseknya sih dari pada normalnya," kata Eko.

"Sedangkan kita gimana Eko?!" kata Budi.

"Aku dan Budi, ya berusaha menjadi cowok yang baik. Dalam berteman baik, ya saling mengingatkan. Kalau urusan cinta, ya aku berusaha sebaik mungkin, ya berjanji setia pada Purnama. Jika aku salah, ya aku akan berusaha memperbaiki diriku dengan baik, ya janji sih bisa di bilang. Memperbaiki dirinya dengan cara ibadah saja dengan baik," kata Eko.

"Eko, ya memang ada urusan cinta dengan Purnama. Kalau ada masalah, ya Eko langsung sadar memperbaiki diri dengan baik. Sedang aku, ya belum punya pacar. Ya aku belajar dari Eko saja, ya gimana menjalankan hubungan dengan baik. Ketika aku sudah punya pacar, ya tinggal penyesuaian saja," kata Budi.

"Aku pinjem gitarnya Budi!" kata Eko.

Budi membarikan gitarnya pada Eko sambil berkata "Nieee!"

Eko mengambil gitar di tangan Budi, ya segera Eko memainkan gitarnya dengan baik dan bernyanyilah. Budi pun ke dalam rumah, ya langsung ke dapur untuk membuat kopi lah. 

Lirik lagu yang dinyanyikan Eko dengan judul 'Ulurkan Tanganmu' :

Hari demi hari ku jalan tanpamu
Mimpi demi mimpi hadirkan dirimu
Aku sendiri
Simpan diriku dalam hatimu
Dan bawa aku ke mana kau pergi
Ku bersamamu
Ulurkanlah tanganmu kepadaku
'Kan kubawa kau terbang tinggi
Waktu t'lah berlalu mengiring anganku
Malam pun datang hadirkan bayangmu
Aku sendiri (ha, ha, ha-ah)
Bila suatu saat engkau rindu
Pejamkan mata, bukalah hatimu
Ku bersamamu
Ulurkanlah tanganmu kepadaku
'Kan kubawa kau terbang tinggi
Ulurkanlah tanganmu kepadaku
'Kan kubawa kau terbang tinggi
Berdua kita jelang mimpi indah
Sampai tiba saat kau kembali

***

Budi selesai membuat kopi, ya kopi di bawa ke depan rumah. Di depan rumah, ya Budi menaruh gelas berisi kopi di meja dan Budi dengan baik. Eko masih bernyanyi dan main gitar, ya Budi ikutan bernyanyi lah. Sampai selesailah. Eko dan Budi berhenti bernyanyi, ya berhenti main gitar. Gitar di taruh Eko di samping kursi.

"Sebenarnya hubungan aku dengan Purnama, ya inginnya pegang tangan sih. Walau pun sebenarnya aku pernah meminta pada Purnama untuk mengulurkan tangannya, ya agar aku pegang erat dan kita berdua, ya terbawa suasana senang seperti mimpi yang indah gitu," kata Eko.

"Kenyataan Eko?!" kata Budi.

"Tidak pernah. Purnama terlalu paham agama. Katanya setelah menikah, ya bolehlah pegang tangan, yang lainnya di berikan semuanya untuk aku," kata Eko.

"Jadi hubungan kisah cinta Eko dan Purnama, ya tidak boleh melanggar dari aturan toh," kata Budi.

"Ya begitulah," kata Eko.

"Sama aja. Pernikahan Eko dan Purnama, ya di gantung. Sampai waktunya Eko dan Purnama resmi jadi suami istri," kata Budi.

"Memang sih urusan pernikahannya di gantung. Karena akunya harus mengumpulkan biaya sebaik mungkin, maklum dari keadaan orang miskin, ya berusaha untuk jadi mampu. Ya maklum cuma lulusan SMA," kata Eko.

"Aku sebagai teman, ya mengertilah keadaan Eko," kata Budi.

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik. Budi mengambil beberapa lembaran kertas di meja, ya foto sih di ambil dari koran gitu.

"Eko!" kata Budi.

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Apa Budi?!" kata Eko.

"Dari foto ini mana cewek yang cantik," kata Budi.

Budi menunjukkan foto cewek cantik yang di ambil dari koran, ya lembaran koranlah. Foto itu ada lima cewek, yang ke enam sih, ya Eko pun berkata "Cantik."

Budi pun terkejut banget dengan omongan Eko karena foto yang ke enam di bilang cantik.

"Eko...foto yang ke enam di bilang cantik juga?!" kata Budi.

"Memang sih fotonya foto cowok, ya harusnya aku bilang ganteng, ya tapi kan tuh cowok gayanya kaya cewek," kata Eko.

"Iya sih gayanya cowok di foto ini kaya cewek," kata Budi.

"Foto itu yang Budi ambil dari koran, ya foto artis semua!" kata Eko.

"Memang sih artis semuanya. Aku tertarik dengan salah satu artis," kata Budi, ya menunjukkan foto artis itu sama Eko.

"Artis ini. Memang cantik sih. Tapi umurnya di atas aku dan Budi," kata Eko.

"Aku suka dengan kedewasaan dari kecantikan ini artis," kata Budi.

"Lumrah saja sih menyukai cewek yang lebih tua dari Budi," kata Eko.

"Ini cewek kata di berita di Tv, ya sedang dekat dengan cowok sih, ya bisa di bilang pacaran," kata Budi.

"Budi beneran suka apa sekedar?!" kata Eko.

"Sekedar saja sih,"kata Budi.

"Oooo. Sekedar saja," kata Eko.

"Via Vallen itu cantik!" kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

Budi menaruh foto, ya lembaran koran di mejalah.

"Main catur saja!" kata Budi.

"Ok main catur!" kata Eko.

Budi mengambil papan catur di meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Bidak catur pun di susun dengan rapih papan catur sama Budi dan Eko. Keduanya main catur dengan baik banget.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK