Malam itu aku berjalan seorang diri di suatu tempat yang letaknya sangat jauh dari kelompok manusia. Tempat yang asing dan gelap. Aku berjalan dengan langkah pelan-pelan, bulu kudukku berdiri, keringat panas dingin keluar dari tubuhku, jantung berdetak kencang lebih kencang dari sebelumnya. Pikiranku yang tak karuan semua bercampur menjadi satu. Terdengar suara lambaian pohon yang tertiup oleh marahnya sang angin pada malam itu. Perasaan yang bercampur aduk menjadi satu antara takut dan sedih. Takutnya karena aku berjalan sendiri tanpa ada seorang teman yang menemani dan sedih karena malam itu aku merasakan suatu keanehan- keanehan tersendiri. Aku mencoba merasa tegar dan berani. Langkah kakiku semakin ku percepat karena hari sudah larut malam dan semakin gelap. Sesekali aku menutup mata karena aku tak tahan melihatnya, entah itu cuma perasaanku sendiri atau kenyataan. Karena aku juga sering mendengar dari cerita-cerita tetangga, orang tua dan teman-teman. Konon dulu rumah tua itu adalah rumah bekas peninggalan Belanda yang dibuat untuk menyiksa orang-orang peribumi yang tidak patuh kepada aturan yang telah dibuat oleh Belanda. Penyiksaan yang telah dilakukan Belanda terhadap orang peribumi mulai dari memukul, merantai, menembak mati bahkan sampai memotong tangan orang peribumi yang melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh Belanda.
Suara-suara aneh terdengar dari rumah tua itu, rasa takut bercampur penasaran datang menghampiriku. Tiba-tiba lagkah kaki ku terhenti, kaki ku terasa sangat kaku. Aku bingung, kenapa aku sampai terjebak di tempat seperti ini. Aku hanya duduk sendiri di samping rumah tua itu, tak ada yang harus aku mintai pertolongan. Aku hanya bisa berdo’a kepada Tuhan yang maha Kuasa semoga aku selalu dilindungi. Aku melihat dari kejauhan ada seseorang yang mendatangiku. Aku merasa senang, aku hanya bisa berharap bahwa pertolongan akan datang. Aku hanya melongo saja dan tatapan ku kosong. Ternyata seseorang itu adalah kakek tua yang seluruh badanya bersimpah darah. Kakek tua tersebut merintih kesakitan dan meminta tolong kepadaku. Nak berhati-hatilah dalam melangkah, pesan dari kakek tua itu. Kemudian kakek tua itu menghilang begitu saja. Tak ada yang bisa aku lakukan, hanya dengan berharap pertolongan akan datang. Telingaku seakan terusik oleh suara-suara yang aneh. “Akankah aku bisa keluar dari tempat ini? Tuhan tolonglah aku?...
Suara itu semakin mengganggu ku, aku hanya bisa menangis ketakutan. Aku melihat ada seorang yang tinggi besar menyiksa seseorang. Orang itu kesakitan dan meminta tolong. Entah itu apa aku juga tak tau pasti. Aku merasa bingung antara kenyataan dan tidak. Apakah itu cuma halusinasi ku saja. Tiba-tiba kaki yang semulanya kaku kini bisa dibuat untuk gerak. Namun aku tidak bisa mengontrol kemana kaki ini akan terus melangkah. Seakan kaki ini mempunyai mata yang bisa mengetahui arah. Kaki ku membawa aku masuk ke dalam rumah tua itu. Aku sudah berusaha untuk mengontrol kaki, tapi entah kenapa ada sesuatu yang masuk kedalam tubuhku dan mengajakku untuk melihat sesuatu. Tubuhku terasa ada yang menggerakkan sendiri, sedangkan pikiranku normal dan masih mampu digunakan untuk berfikir secara rasional. Ternyata rumah tua itu menyimpan sejuta misteri yang belum terpecahkan. Di dalam rumah tua itu ada beberapa kamar yang nampaknya umur rumah tua ini sudah begitu lama. Langkah kakiku mengantarku ke ruang belakang yang tepatnya di ruang bawah tanah. Lorong bawah tanah yang begitu gelap dan menakutkan. Bahkan disana terdengar ada suara-suara yang aneh yang pernah aku dengar tadi. Semakin mendekat kakiku melangkah, semakin terdengar jelas suara itu. suara orang kesakitan meninta-minta tolong, suara cambukan. Suara kereta dorong yang didorong oleh seseorang kemudian ada cambukan yang keras sekali. Apakah itu yang dilakukan oleh bangsa Belanda pada masa penjajahan dahulu terhadap bangsa Indonesia. Mereka memaksa bangsa Indonesia untuk bekerja dengan mendorong kereta dorong untuk memasukkan barang-barang ke tempat penyimpanan. Pada masa penjajahan Belanda memang ditetapkan kerja Rodi. Pada masa itu memang bangsa Indonesia sangat menderita. Orang Indonesia dipakai oleh Belanda untuk bekerja keras membantu mereka. Namun kera keras yang telah dilakukan oleh orang Indonesia tidak dihargai sama sekali. Mereka hanya menganggap orang Indonesia sebagai hewan yang mampu disuruh-suruh dengan sesuka hati mereka. Apabila orang Indonesia tidak mau mengikuti apa yang telah diperintahkan kepada mereka. Mereka akan membunuh dengan begitu saja seperti membunuh semut kecil dan tak memberikan kesempatan hidup lagi. Apabila pekerjaan yang telah dilakukan oleh orang indonesia tidak sesuai dengan isi hati mereka. Mereka juga tidak segan-segan akan membunuhnya dengan kejam.
Kemudian kakiku terus berjalan, entah sampai kapan kakiku ini akan melangkah. Tiba-tiba kakiku terhenti di sebuah kamar tidur. Di dalam kamar tidur itu terdengar tangisan seorang wanita minta tolong. Tangisan seorang wanita itu semakin keras dan terdengar suara pukulan yang keras kepada wanita itu. kemudian suara tangisan itu tiba-tiba menghilang dan tak terdengar lagi. Suara tersebut mungkin menggambarkan wanita Indonesia yang dijadikan Belanda sebagai selir mereka. Mereka memaksa wanita Indonesia untuk memuaskan mereka. Jika apa yang mereka inginkan tidak dituruti maka mereka memaksa dengan keras agar mau memenuhi keinginanya dan bahkan mereka tidak segan-segan menyiksa serta membunuhnya apabila apa yang mereka inginkan tidak dituruti. Wanita pada masa penjajahan Belanda tersebut hanyalah dijadikan sebagai pemuas mereka saja. Mereka bahkan menganggap wanita itu tidak ada harganya.
Aku melihat dari kejauhan ada seorang perempuan cantik berbaju putih medatangiku, aku takut sekali. Perempuan itu mendekatiku dan berbicara beberapa patah kata, nak, cepat keluar dari tempat ini. Aku ingin berbicara sesuatu ,namun mulutku seakan tak bisa digerakkan. Kemudian perempuan itu berjalan menjauh dariku. “Aku bingung harus berbuat apa?. Dalam hatiku bertanya-tanya “ siapakah sesosok perempuan yang berbaju putih tadi?” apakah dia manusia atau bukan?...
Dari beberapa kejadian yang aku lihat tadi aku bisa mengambil kesimpulan bahwa sebenarnya apa yang aku lihat tadi adalah kenyataan yag telah dialami bangsa Indonesia pada zaman penjajahan Belanda dahulu. Semua siksaan-siksaan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Betapa sulitnya kehidupan pada zaman penjajahan Belanda. Belanda menganggap bangsa indonesia sebagai sampah yang tidak ada harganya. Mereka menyiksa orang-orang peribumi dengan siksaan yang sudah tidak seperti manusiawi lagi. Bahkan mereka menganggap orang-orang Indonesia seperti hewan yang mampu disuruh-suruh sesuai dengan keinginan mereka. Antara percaya dan tidak bercampur menjadi satu.
“Apakah ini? Apakah ini?”. . .
“Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, kapan aku bisa terbebas dari semua ini?”
Aku hanya bisa berdo’a kepada Tuhan agar aku selalu dilindunginya. Pikiranku seakan kacau dan tak tau apa yang harus aku perbuat lagi. Tubuhku tak bisa aku kendalikan lagi. Ingin rasanya aku teriak sekencang-kencangnya dan menangis. Padahal awalnya aku hanya lewat saja untuk pulang kerumah, tak taunya aku malah terjebak disini. Apakah ini semua karena aku pulang terlalu larut malam?. . .
Mungkin kedua orang tuaku khawatir sekali kenapa aku tidak pulang-pulang kerumah. Sudah lama sekali aku terjebak disini, namun tak menemukan jalan keluarnya juga. Kemudian kakiku mulai bisa aku kendalikan lagi. Apakah aku sudah terbebas dari mereka. cepat-cepatlah aku segera lari keluar dari rumah tua ini. Ketika aku sampai di halaman rumah ini ternyata matahari sudah mengeluarkan sinarnya keluar. Itu berarti hari sudah pagi. Aku merasa sangat senang sekali karena aku bisa keluar dari rumah tua itu.
Semalam begitu sangat melelahkan sekali. Baru sekali dalam seumur hidupku yang pernah aku alami. Aku berjalan menjauh dari rumah tua itu dan melangkah menuju rumahku. Sesampainya di rumah aku disambut oleh orang tuaku dengan perasaan yang sangat khawatir dengan keadaanku. Nak, apa yang terjadi denganmu?” apakah kamu baik-baik saja? Kemarin ibu menelfon kamu, tapi Hpmu tidak aktif? Semua teman-temanmu sekolah sudah ibu hubungi namun mereka tidak mengetahui semua?Ibu bertanya kepadaku. Aku hanya tersenyum kepada ibu dan aku menjelaskan semua apa yang aku alami tadi malam. Ibu memberi nasehat untuk berhati-hati jika lewat rumah tua itu dan jangan sampai aku sampai larut malam. Karena sudah banyak kejadian jika lewat rumah tua sana jika terlalu larut malam, tidak bisa kembali kerumah lagi. Dan tidak sedikit dari mereka yang menghilang tanpa bekas. Ibu menceritakan semuanya kepadaku, bahwa rumah tua itu dahulunya adalah bangunan Belanda yang digunakan untuk menyiksa orang-orang Indonesia yang telah melanggar aturan yang telah ditetapkan Belanda dan siksaan-siksaan yang diberikan kepada Indonesia begitu kejam dan tidak manusiawi. Ibu menyuruhku untuk selalu berhati-hati kemanapun aku berada.Mungkin Tuhan masih melindungiku, aku merasa bahwa aku adalah orang yang sangat beruntung sekali.
Karya: Afifa
No comments:
Post a Comment