CAMPUR ADUK

Tuesday, January 8, 2019

INGGU

Adri adalah seorang anak yang sangat lincah dan aktif. Dia memiliki kulit yang putih bersih, alis yang begitu indah, bulu mata yang lentik dan hidung yang mancung. Dia sangat sempurna sebagai manusia.

Pagi ini dia tidak seperti biasanya, badannya mulai panas tetapi sifatnya masih biasa saja, tidak ada yang berubah saat aku menggendongnya.

“Ibu, mengapa badan Adri jadi panas begini.” Dengan nada sedikit cemas.

“Iya nanti diberi obat” Kata ibu dengan biasa saja.”

Aku pun langsung berangkat untuk pergi bekerja seperi biasanya. Sesampainya di tempat kerja, tidak beberapa lama kemudian aku pun merasa tidak enak hati dan merasa ada yang mengganjal.

“Ada apakah gerangan, sehingga hatiku merasa tidak nyaman seperti ini.”

Aku mulai uring-uringan dan merasa tidak fokus dalam bekerja. Tidak terasa pukul 14.30 wita, telepon selulerku berbunyi dan ternyata pesan dari keluargaku bahwa Adri masuk UGD.

Mendengar kabar tersebut, aku pun mulai gelisah, tetapi aku harus bersabar dahulu karena jam kerja baru bisa pulang pukul 17.00 wita.

“Ternyata firasat yang kurasakan selama ini memang benar, akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.”

Waktunya pulang pun tiba, aku langsung cepat-cepat beres-beres dan langsung bergegas ke parkiran mengambil motor dan langsung pulang. Selama dalam perjalanan aku selalu berdoa, agar diberikan yang terbaik untuk keadaan Adri.

Sesampainya dirumah aku ingin langsung bertanya kepada ibu mengenai keadaan Adri, ternyata ibu belum pulang dari Rumah Sakit.

Aku berpikiran nanti akan menjenguk ke Rumah Sakit setelah aku bersih-bersih. Aku pun langsung mandi dan mencuci pakaian, setelah beberapa lama aku selesai ibu pun datang pukul 18.00 wita, Adri sudah bisa di bawa pulang kerumah, padahal saat itu lagi hujan. Tetapi untung ada teman ayahnya yang baik untuk menolong dan dia menjemput ke puskesmas dengan menggunakan mobil. Aku langsung bertanya kepada ibu apa yang sebenarnya terjadi tadi siang, dan ibu mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi tadi siang.

“Awalnya keadaannya baik-baik saja, Adri sedang berbaring di tempat tidur, bercanda-canda dan tertawa-tawa dengan pamannya, ternyata tidak berapa lama kemudian dia timbul diam dan tidak ada suara sedikitpun, setelah di lihat dia sudah tidak bergerak, matanya terus melihat ke atas dan wajahnya mulai membiru. Tanpa pikir panjang lagi, Adri langsung di bawa ke Puskesmas terdekat. Disana dia di layani oleh perawat di puskesmas tersebut dan di beri oksigen, selama 30 menit kemudian, akhirnya dia sadar dan pulih kembali.”

“Wah, ganteng sekali.” Kata semua perawat disana

“Oh, jadi begitu ya bu ceritanya.”

“Iya sayang.”

Sehabis maghrib banyak keluarga dan tetangga semua datang untuk menjenguk dan melihat keadaan Adri saat ini.

“Iya ini sudah ketiga kalinya Adri mengalami seperti ini.” Kata ibu kepada semua yang datang.

Ada salah satu tetangga yang memberi tahu obat untuk Adri ini.

“Adri ini harus diberi inggu.”

“Apa itu dan dimana itu bisa di dapat?”

Kami sekeluarga saja bingung seperti apa itu bentuknya, namanya saja baru pertama kali mendengar di telinga.

“Di pasar tradisional, tempat orang berjual kosmetik mungkin ada.”

“Bagaimana cara menggunakannya?”

“Hanya di taruh di ubun-ubun saja”

“Oh, iya nanti besok di belikan.”

Pagi-pagi sekali jam baru menunjukkan pukul 06.30 wita, tetangga tersebut datang dengan sangat tergesa-gesa dan wajahnya seperti orang mabuk, kelelahan, serasa mau menangis dan wajah tersebut menakutkan dan lain dari biasanya.

“Assalamualaikum.” Dengan suara yang sedikit agak berat dan sangat tergesa-gesa.

“Waalaikumsalam.”

“Belikan dia inggu, inggu, jangan lupa, jangan tidak dibelikan. Huhuhu aku capek sekali di datangi oleh orang itu, dia itu badannya berwarna biru orangnya besar, ingat ya jangan tidak dibelikan, dia ini suka dengan anak ini jadi di ikutinya dan diganggunya terus anak ini, makanya belikan dia inggu agar dia tidak mengganggu dan mendekati lagi.”

Saat kulihat, matanya semakin tajam menatap kearahku dan aku pun langsung merinding dan merasa takut. Setelah itu cepat-cepat aku masuk ke dalam kamar.

Ku dengarkan dari kamar, ternyata dia langsung berpamitan kepada ibu.

“Aku pulang dulu.” Kata tetangga tersebut dengan nada lelah dan sangat tergesa-gesa.

“Tunggu-tunggu minum dulu ini.”

Kakak pun menyediakan air minum di gelas yang besar dan tetangga tersebut langsung minum dan langsung habis diminumnya. Setelah itu baru dia berpamitan pulang.

Sesampainya di depan rumah tetangga tersebut, dia ditanya oleh keluarganya.

“Ada urusan apa kamu, pagi-pagi sekali kerumah ibu Adri?”

“Aku lupa, memangnya aku  tadi ngapain kesana pagi-pagi?” Dia malah bertanya balik apa yang terjadi dengannya dan dengan muka sedikit bingung.

Ternyata setelah di lihat dari gerak-gerik tetangga tersebut, dia dimasuki oleh alam sebelah makanya dia seperti amnesia tidak ingat apa-apa lagi seperti itu.

Setelah kejadian pagi itu, siang-siang pukul 10.00 wita, orang tua Adri pergi kepasar untuk membelikan inggu, ternyata inggu itu kecil saja barangnya tetapi baunya luar biasa menyengat dan harganya juga mahal.

Tetangga tersebut lagi duduk-duduk di depan rumah dengan ibu, sesampainya orang tua Adri, tetangga tersebut langsung saja berpamitan pulang katanya kepalanya agak pusing.

Inggu itu pun langsung di taruhkan ke ubun-ubun Adri dan alhamdulillah panasnya mulai turun dan tidak kembali lagi penyakitnya.

Keesokan harinya, ada keluarga yang datang dan melihat.

“Apa yang ada di kepala Adri itu.”

“Itu inggu.”

“Wah, inggu ini hebat bisa jadi makanan ikan, jangankan ikan buaya saja bisa langsung mendekat.”

“Ah yang benar kamu ini?”

“iya beneran itu.”

Aku yang mendengar itu, langsung penasaran sebenarnya dari mana asalnya tanaman itu jadi harganya lumayan mahal dan baunya juga sangat menyengat sekali seperti itu, kemudian aku memulai memanfaatkan teknologi menjelajahi internet untuk mencari informasi mengenai tanaman itu.

Setelah ku cari dengan sangat teliti ternyata dapat, sebenarnya inggu itu adalah obat yang sangat langka, tumbuhnya hanya di dataran tinggi dan khasiatnya banyak sekali, bisa untuk demam, influenza, batuk, radang kulit bernanah, memar akibat terbentur, gigitan ular, radang paru, kolik, menghilangkan nyeri, hepatitis, haid tidak teratur, tidak datang haid, bisul, radang vena, pelebaran pembuluh darah bali, cacingan, sakit gigi, sakit kepala,ketombe, kolera pada anak, keracunan obat, dan racun lain yang mematikan.

“Wah, wah hebat sekali ternyata tanaman ini sangat banyak khasiatnya.”

Aku pun menceritakan kepada ibu sebenarnya inggu itu seperti apa, dan ibu sangat terkejut dan mengapa baru mengetahui ada tanaman seperti itu.

2 hari kemudian.

Beberapa hari lagi kan ibu ulang tahun, bagaimana kalau kita mengerjai ibu saja ka kataku. Hehe

“Ide bagus juga itu, tapi bagaimana?”

“Bagaimana kalau kita suruh Adri pura-pura punya penyakit seperti dulu lagi.”

“Wah jahil sekali kamu de.”

“Tidak apa lah ka, tapi nanti sebagian kita siapkan kejutan yang sangat berharga dan sangat berkesan ka.”

“Oh, iya bisa juga itu, atur saja kamu ya de.”

“Oke kakak, ikuti saja jalan cerita yang aku susun nanti ya ka, insya allah semuanya akan berhasil.”

“Dasar kamu ini adik yang sangat sangat jahil sekali.”

“Biar saja yang penting happy kakak.”

“Ya sudah apa kata kamu saja.”

Keesokan harinya rencana mulai di jalankan, semuanya berlaku dengan sewajarnya seperti biasa tidak ada yang berubah, agar rencana ini sukses.

Aku pun mulai beraksi dan berbicara dengan ibu.
    
“Ibu mulai besok sampai seminggu kedepan kan aku sudah bisa mulai cuti.”

“Iya, terus?”

“Boleh tidak kalau aku pergi liburan saja selama itu.”

“Mau kemana kamu, dengan siapa.”

“kemana saja lah bu, sendiri saja bu kan aku sudah besar juga dan bisa saja jaga diri.”

“Yang benar kamu ya, jangan memalukan diri kamu sendiri, apalagi keluarga.”

“Siap bos tenang saja.”

Aku pun langsung bersiap-siap untuk berangkat liburan. Ibu pun datang menghampiriku di kamar.

“Banyak sekali kamu membawa baju seperti mau pindah saja.”

“Tidak lah bu, kan biasa cewe bu ribet banyak keperluan.” Hehe

“Iya, emang kamu itu selalu suka ribet, mengapa tidak simpel-simpel saja.”

“Kan ini gaya aku bu.”

“Ya sudah apa kata kamu saja.”

Pagi-pagi sekali aku sudah berpamitan dengan orang rumah untuk pergi, dan setelah siang hari Adri mulai beraksi, dia mulai uring-uringan di kamar, bermanja-manja ria dengan ibunya. Tidak berapa lama kemudian ibu dan ayah Adri timbul hilang pergi entah kemana dan tidak berpamitan dengan nenek Adri.

Merasa di tinggal sendiri di kamar Adri pun menangis sekencang-kencangnya, neneknya pun terkejut dan secepat mungkin dia lari dari dapur menuju kamar Adri. Kamu mengapa menangis Adri, dan di pegang neneknya tubuh Adri tidak panas juga jadi dia tidak terlalu khawatir.

“Nenek tinggal ke dapur lagi ya Adri.”

“Iya, Nek.”

Baru sebentar keluar dari pintu, setelah mau menutup pintu tiba-tiba saja Adri kejang-kejang lagi dan neneknya pun mulai panik, bagaimana ini. Tanpa pikir panjang lagi, namanya juga jiwa seorang nenek siapa yang tidak takut melihat cucunya kejang-kejang lagi. Dia pun langsung memanggil taksi untuk membawa cucunya ke Rumah Sakit lagi, di tengah perjalanan Adri sadar kembali dan dia  malah merasa lapar dan mengajak neneknya untuk pergi ke kafe yang sudah mereka rencanakan.

“Yang benar kamu sudah tidak apa-apa lagi ini.”

“Iya, beneran nenekku sayang.”

“Ya sudah kita pergi ke kafe.”

Sesampainya di kafe tersebut mereka memesan makanan dan Adri meminta ijin sebentar untuk pergi ke toilet. Nenek pun di tinggal sendirian di tempat itu, tiba-tiba saja lampu di kafe tersebut mati, nenek pun merasa takut. Tidak berapa lama kemudian ada yang berdiri  di depan podium dan menyanyikan sesuatu.

Kubuka album biru

Penuh debu dan usang

Ku pandangi semua gambar diri

Kecil bersih belum ternoda

Pikirkupun melayang

Dahulu penuh kasih

Teringat semua cerita orang

Tentang riwayatku

Kata mereka diriku slalu dimanja

Kata mereka diriku slalu ditimang

Nada-nada yang indah

Slalu terurai darinya

Tangisan nakal dari bibirku

Takkan jadi deritanya

Tangan halus dan suci

Tlah mengangkat diri ini

Jiwa raga dan seluruh hidup

Rela dia berikan

Oh bunda ada dan tiada dirimu

Kan slalu ada di dalam hatiku
       
Beriringan dengan aku menyanyikan lagu tersebut, Adri, ibu dan ayahnya datang mendekati ibu membawakan kue ulang tahun, dan ibu pun tidak bisa membendung lagi tangis bahagianya dan anak-anak beserta cucu semuanya memeluk ibu.


Karya: Dewi Herliani

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK