Malam itu terasa sangat dingin menusuk hati, membalut jiwa-jiwa yang sedang perih hatinya. Meskipun musim dingin telah berakhir di Vancouver, namun malam ini terasa sangat dingin dari hari-hari biasanya. Terutama bagi Andrea, hatinya sedang terluka, membeku, dan membatu. Kejadian lima hari yang lalu membuatnya sangat terpukul dan memecahkan hatinya berkeping-keping. Ia tak menduga kalau kekasihnya, Alex, bisa berbuat hal yang sama sekali diluar dugaannya. Andrea tak tahu apa yang harus ia lakukan kepada kekasihnya itu, yang ia rasakan saat ini adalah hati yang terluka. Andrea tidak tahu apakah memang Alex sudah mengkhianati cintanya yang selama ini ia berikan?
Empat hari yang lalu, ketika Andrea baru saja tiba di Vancouver setelah kepergiannya ke Paris, ia langsung mendapatkan kabar yang membuat hatinya jatuh berkeping-keping. Sahabat Andrea, Katy, tiba-tiba saja menelepon dan mengajaknya bertemu. Sore itu cuaca di Vancouver cukup bersahabat, hangat dan terang. Di salah satu cafe mahasiswa UBC, Andrea dan Katy bertemu.
“Hi, darling how are you?” sapa Katy.
“I’m fine, Katy! How about you? I miss you so much.”
“I’m great, And! I miss you too, darling!”
“Hey, here, I bring some souvenirs for you, just these things I could buy!”
“Wow, thank you so much darling, this one is really cute!” kata Katy sambil mengambil sebuah syal berwarna ungu.
“Yea, anytime darling! Well, what’s the matter?”
“Huff, it’s hard to say! But I have to tell you!”
“About what?!” Andrea penasaran.
“This is about your boyfriend, Andrea!”
“Alex?! What happen with him? I’ve just phoned him a few minutes ago!”
“Hmm, well, maybe he won’t tell you! Listen to me darling! Last night, my friends and I got party in a pub. I saw Alex there, but he was with a lady. I guess I ever saw that woman here, maybe she was graduated student from Emily Carr too.” Katy menghela napas.
“Then?” Andrea semakin penasaran.
“Hufff… I hate to tell this! Well, when I went on the second floor, I was about to find a quiet place, because I couldn’t stay with the party, it made me dizzy, so I found a terrace on the second floor. Then I saw a really unbelievable situation!!. Alex did something with that girl, something that will make you hate! And I ran off to the first floor, I tried not to believe that! But I believe he was Alex I saw before.”
“Are you sure, he was really Alex?!” kata Andrea meragukan.
“Yes, I am! He was wearing the same clothes, the same hat, I saw him before! I’m sorry Andrea, I doubt him!”
Andrea terdiam dengan pandangan kosong.
“Andrea?!! Are you okay?!”
“Yes, yes…” lamunan Andrea buyar.
“I’m sorry I have to tell this to you! I just want to save you from a guy kind like that! You deserve to have a better man than him!”
“I will talk with him first, just to make it sure!”
“Yes, you should! I wish I was wrong!”
“Well, I have to go! I need to meet him!”
“Umm, should I go with you?!”
“No, no, you don’t have to! Thank you, Katy, bye!”
“Good luck darling!”
Andrea langsung pergi menuju dorm Alex di Vancouver bagian timur, berjauhan dengan apartemen miliknya. Sepanjang perjalanan, hatinya berdegup kencang, berharap apa yang diceritakan Katy tadi tidak pernah terjadi pada Alex. Andrea meyakinkan hatinya, Alex adalah pria yang setia yang dikenalinya sejak mereka masih kanak-kanak. Meskipun Alex dan Andrea sudah berteman sejak kanak-kanak, tetapi mereka baru berpacaran delapan bulan yang lalu. Jaraklah yang menjauhkan mereka. Namun setelah Andrea kembali dari New York ke Indonesia, Alex berusaha mengaitkan cinta yang selama ini dipendamnya pada Andrea. Saat ini, keduanya melanjutkan studinya di Vancouver meskipun keduanya berada di universitas yang berbeda.
Hati Andrea tidak karuan ketika ia telah tiba di dorm Alex. Ia menekan bel kamar Alex. Kemudian sebuah suara menyapanya.
“who’s there?!” Andrea menjawabnya.
Seketika pintu kamar itu terbuka diikuti sebuah senyuman dan wajah yang bercahaya menyambut kedatangan Andrea.
“Hai, honey! Baru aja aku mau ke apartemen kamu! Pasti udah kangen berat ya?!” kata Alex sambil memeluk kekasihnya itu. Andrea hanya tersenyum dingin sambil membalas pelukan Alex. Ia tahu ia merindukan Alex, tapi kabar tadi telah membuatnya ragu.
“Honey, mau minum apa?! Jus, milkshake, cappuccino? Nanti aku buatin!”
“Ehm, gak usah, aku baru minum tadi!” kata Andrea.
“Ahh, honey!!! Aku kangen banget sama kamu!” kata Alex manja sambil memeluk Andrea lagi.
“Me too!” jawab Andrea dingin.
“Kamu kenapa, hun? Kamu sakit? Kok wajahnya gak ceria gitu sih?” Tanya Alex melihat ekspresi Andrea yang dingin dan tidak seperti biasanya ketika bertemu.
“There is a question I wanna ask you!” wajah Andrea mulai serius.
“Well, what is that?” kata Alex polos.
Andrea menarik napasnya. “Apa kamu selingkuh?” katanya tegas.
Alex terperanjat mendengar pertanyaan Andrea. Alex benar-benar salah tingkah dan ia tidak tahu harus berbuat apa untuk menjawab pertanyaan Andrea. Hatinya menjadi tak karuan dan serba salah, karena ia harus menjawab pertanyaan itu dengan satu kata, “yes”, meskipun ia tak bermaksud untuk melakukan itu.
“I’ll explain that, hun! Please listen to me first!” kata Alex, berusaha menenangkan Andrea.
Mata Andrea mulai berkaca-kaca, “So, it means ‘yes’! You don’t have to explain anything, Alex! I’ve known everything what you did!”
Andrea berdiri dari kasur dan pergi keluar dari kamar Alex, tetapi Alex menahannya.
“Please, dengerin penjelasan aku dulu!”
“Oke, fine! I will listen to you!!!” kata Andrea. Air matanya mulai menetes di pipinya.
Alex tidak tahu apa yang harus ia katakan pada Andrea, ia tahu ini akan menghancurkan hati kekasihnya itu. Alex menarik nafas berkali-kali.
“Hurry! I have no much time, Alex!!!” sentak Andrea.
“Huff. Yes, I did it last night, with my friend, Lee Sharon! But we were drunk, it just happened like that like we never wanted! Please I’m sorry to you, Andrea! Aku gak bermaksud untuk main di belakang kamu, And!”
Andrea tidak dapat menahan air matanya. Kemudian ia langsung pergi meninggalkan Alex sendirian yang sedang menyesal.
“Honey, please forgive me!!! I only love you!!” kata Alex sambil mengejar Andrea. Alex menarik tangan Andrea seketika itu.
“Let me go! It’s clear!” Andrea menarik tangannya kembali, kemudian berlari ke luar dari dorm. Alex hanya bisa terdiam melihat kekasihnya berlari jauh meninggalkannya. Ia merasa sangat menyesal. Ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.
Andrea berlari menuju taman, kemudian menangis seorang diri di sana. Ia sangat tidak percaya pada apa yang telah dikatakan Alex. Hatinya sangat hancur berkeping-keping. Pria yang sangat dicintainya itu mengkhianatinya.
Dua hari setelah kejadian itu, di siang hari sepulangnya kuliah, Andrea mendapati tamu di apartemen. Seorang wanita cantik berumur 25an datang ke apartemennya.
“I’m sorry, who are you looking for?” Tanya Andrea pada wanita yang tidak dikenalinya.
“Are you Andrea?!”
“Yes, I am!”
“I need to talk to you, please, let me come in to your room!”
“Okay! Come in!”
Andrea cukup was-was dengan kedatangan tamu yang tidak dikenalinya ini. Kemudian wanita itu membuka kaca mata hitam dan topinya. Ia tersenyum padanya.
“Do I know you?” Tanya Andrea.
“No, you never did! And we’ve just met here, right now.”
“Who are you?”
“I’m Lee Sharon, Alex’s friend!”
Andrea terkejut setengah mati. Wanita yang berselingkuh dengan Alex ada di hadapannya. Ia sebenarnya ingin sekali membentaknya, menamparnya, dan mengusirnya ke luar, tetapi hatinya menyuruhnya untuk tetap diam.
“What?! You!”
“Yes, I’m the girl who kissed Alex on that night!”
“But why were you both doing like that?! I hate you!”
“Okay, this actually was my mistake. I asked Alex to accompany me that night, then I took him to the pub. At first, I was the one who was drunk, Alex tried to prevent me to drink again, but he was failed. Then I asked him to take a drink, I forced him, then he was drunk too. But I was so uncontrolled that night. I took him to the second floor, then we did it! I know I was wrong, but I just want to ask you! Please, don’t ever let him! He’s really in love with you, Andrea! Although I realize I have been in love with him since I was a teenage, but I couldn’t have him, and never!
“I don’t believe you!!!”
“It’s up to you! I have told the truth to you! I only have one request for you, don’t ever let him! Okay, I’m finished here, I’ll go to NY, I don’t want to be a parasite here! I’m sorry, Andrea! I really regret it! Good bye.” Lee ke luar dari kamar apartemen Andrea sendiri.
Andrea masih terpaku mendengar pengakuan Lee. Tetap saja, luka itu masih terasa menyakitkan bahkan semakin menyakitkan. Andrea menangis sejadi-jadinya. Ia tahu ia masih sangat mencintai Alex, tapi ia bingung apa yang harus ia lakukan. Sudah dua hari ini ia tidak berbicara dengan Alex, meskipun selalu ada telepon, sms, e-mail, dan chat darinya, tetapi semuanya tidak dihiraukan oleh Andrea.
Malam ini, Andrea baru saja selesai latihan untuk penampilan dramanya bulan depan. Terasa dingin, sepi dan kelam. Lima hari sudah, Andrea sama sekali tidak melakukan komunikasi dengan Alex, meskipun status hubungan masih tetap bertahan. Hanya saja, Andrea butuh waktu untuk memaafkan Alex. Andrea tiba di apartemennya, saat itu ia terkejut karena lampu ruangannya sudah menyala. Tapi ia menduga ada seorang petugas apartemen yang menyalakan lampu ruangannya. Ia menyimpan tasnya di atas meja, kemudian ia merebahkan tubuhnya di atas sofa, sambil menarik napas panjang. Kemudian tiba-tiba saja muncul sesosok pria dari ruang makan. Andrea terperanjat dari tidurnya.
“Alex?! What are you doing here?!!” Tanya Andrea terkejut.
“Aku ingin bicara sama kamu! I want you to forgive me for a stupid mistake I had done! Please forgive me, Andrea! I love you!!!” kata Alex, di tangannya ada setangkai mawar merah digenggamnya. Penampilan Alex begitu rapi dan menyenangkan. Andrea melihat sosok Alex dengan tatapan rindu. Akan tetapi ketika ia mengingat apa yang telah terjadi, seketika rasa rindu itu buyar.
“Bagaimana kamu bisa masuk ke apartemen aku?!”
“Aku pinjam kunci kamar kamu sama petugas, aku bilang ada barang penting yang tertinggal di kamar kamu, dan untungnya aku bisa dapet kunci kamar kamu.”
Andrea hanya terdiam, mendengar penjelasan konyol Alex.
Alex mendekati Andrea, kemudian menggenggam tangannya. “Andrea, would you forgive me? I promise I’ll never do the same mistake! I only love you, my honey!”
Andrea hanya bisa meneteskan air matanya tanpa bisa berkata apa-apa. Kali ini, ia hanya merasakan sentuhan hangat. Jiwanya terasa melayang menembus batas waktu, terbang bersama angan-angan, membawa hasrat terdalam cintanya. Ia bisa merasakan cinta dari pria yang dicintainya selama ini, meskipun air mata terus bercucuran dari matanya. Namun, hati yang terluka itu masih begitu terasa perih.
“Alex, please stop it! Let me go!” napas Andrea terengah-engah. “Please, let me alone!” kata Andrea, tubuhnya menjauh dari Alex.
“I know I was wrong! But I can’t go through like this without you all day long, please forgive me, Andrea!” kata Alex memelas.
“I already forgive you, Alex! But please, leave me alone!”
“But Andre!”
“Just give me a time, Alex, please!”
Alex merasa kecewa, tetapi ia menyadarinya. “Okay, I’ll leave you alone! I love you, Andrea!” kata Alex sambil meletakkan bunga mawar itu di atas meja, kemudian pergi.
Andrea terus menangis semalaman, hingga ia tertidur.
Tujuh hari telah berlalu, seperti angin yang bertiup kencang. Selama itu pula, Alex berada dalam kehampaan cinta. Semua pesan, telepon, e-mail, dan chat yang ditujukan kepada kekasihnya masih juga belum diberi respon. Namun, ia menyadari mungkin Andrea memang masih merasakan sakit atas luka yang dibuatnya kepada Andrea. Sampai suatu malam, ketika Alex membuka akun facebooknya, ia melihat akun Andrea sedang menyala chatnya. Kemudian ia mengetik kata-kata untuk Andrea dengan penuh harapan akan dibalasnya segera. Namun, dugaannya salah, sudah satu jam berlalu, balasan dari Andrea tidak tampak pula. Karena lelah menunggu, Alex tertidur di depan laptopnya malam itu.
Pagi itu Alex terbangun, masih dengan posisi tubuhnya yang terbaring di depan laptop. Kemudian, ia melihat layar laptopnya yang masih menyala, matanya terkejut senang ketika melihat ada balasan dari Andrea.
“Meet me in the park at 8 pm tomorrow night. If you’re late over 30 minutes, we’ll finish this relationship.”
Bukan main senangnya Alex pagi itu. Ia tersenyum gembira. Meskipun ia tidak suka kalimat akhir, tetapi ia yakin ia tidak akan terlambat. Alex memulai hari itu dengan gembira, ia berangkat kuliah dengan semangat sambil memikirkan apa yang harus persiapkan ketika bertemu dengan Andrea nanti malam. Alex tersenyum sendiri selama perjalanannya ke kampus, ia sudah mempersiapkan rencana untuk nanti malam. Malam ini akan menjadi malam paling hebat selama hidupnya, pikirnya.
Pukul 6.30 sore, Alex baru menyelesaikan kuliahnya. Kemudian tiba-tiba saja seorang lelaki memanggil namanya dari belakang.
“Hey, Alexander! Come here!” kata seorang lelaki tua berkumis tebal.
“Yes, Sir! What’s wrong?”
“Have you finish your final project for this month?”
“Umm, I haven’t yet, just a little more, Sir!”
“Okay, now finish it! I’ll wait for your final project till 8.30 pm today, you can do that, right?!”
“B.. but, Sir, I have 3 days more to finish it! I can’t do it now!”
“Sssshh!! You can make it done now! I’ll be in London since tomorrow morning till a week, so I’ll be waiting for you here until 8 pm or your final project won’t be accepted! Understand?!!”
“Yes, Sir!” kata Alex terpaksa. Oh gosh!!! What should I do?
Alex langsung bergegas ke ruangan kelasnya di mana karya untuk tugas akhirnya disimpan. Ia mengeluarkan semua barang-barang yang dibutuhkan untuk membuat karyanya. Namun Alex panik dan tidak dapat berpikir. Ia disibukkan dengan 2 pilihan, Andrea dan tugas akhirnya. Tentu saja ia harus menyelesaikan masalah keduanya. Ia mencoba membuat dirinya tenang. Baiklah, aku akan segera menyelesaikan tugas akhirku, kemudian langsung menemui Andrea di taman. Tuhan, tolong aku!
Alex mulai mengerjakan tugas akhirnya dengan teliti dan seksama. Meskipun ide yang dituangkannya belum utuh terbentuk, tetapi ia harus segera menyelesaikan tugas ini agar ia tidak terlambat menemui Andrea. Detik demi detik, menit demi menit terus berlalu, satu jam telah terlewati, tetapi karya Alex belum juga selesai. Keringatnya terus ke luar dari dahinya. Beberapa kali ia berhenti sejenak untuk mengistirahatkan tangannya. Kemudian ia melihat jam tangannya, sudah jam 8, Andrea pasti sudah berada di taman, maafkan aku honey, tapi aku janji aku gak akan telat lebih dari 30 menit. Alex terus berkonsentrasi pada karyanya yang sebentar lagi menuju tahap akhir.
Sementara itu, seorang gadis dengan setelan dress berwarna pink ditambah cardigan dengan warna yang sama, sedang menanti pria dengan harap-harap cemas. Andrea terus melihat ke arah jam tangannya. Ia duduk sendiri di tengah taman yang sepi, beberapa orang hanya melewati taman itu kemudian hilang lalu datang lagi yang lain, dan begitu seterusnya. Tidak ada yang duduk di sekitar taman itu selain dirinya.
Sudah pukul 8.25 pm, Andrea menghela nafas. Pandangannya melihat ke sekeliling taman, berharap ada seseorang yang segera menemuinya. Apakah ia akan datang? Ataukah memang aku harus mengakhiri hubungan ini dengannya? Pikiran Andrea diliputi berbagai macam dugaan yang tak tentu. Hatinya semakin gugup, detak jantungnya semakin kencang, napasnya terus menderu.
“Excuse me, are you okay?!”
Andrea terkejut kemudian membalikan tubuhnya.
“Ya, I’m fine here!”
“Are you waiting for someone?”
“Yes, Sir!”
Seorang petugas keamanan menyapa Andrea, memastikan wanita muda itu baik-baik saja. Andrea menyangka kalau itu adalah Alex.
“Well, be careful!”
“Thank you, Sir!”
Andrea memastikan kembali sekeliling taman, tetapi tidak terlihat sosok Alex di sana. Waktu sudah menunjukan 8.29 pm. Andrea hanya bersikap pasrah terhadap keputusan yang telah dibuatnya. Dengan terpaksa, hubungannya dengan Alex harus diakhiri dalam waktu satu menit lagi. Now, it’s already 8.30 pm. Andrea tersenyum dengan perasaan pahit dalam hatinya, kemudian ia berjalan menuju apartemennya. It’s done!
Dingin menyelimuti tubuh Andrea. Ia berjalan, wajahnya tertunduk, dan hatinya terasa terluka. Kemudian, tiba-tiba sesosok pria berlari dari arah kanan dan berhenti tepat di depan Andrea dengan napas terengah-engah. “Am I late?” Ia terkejut.
Andrea melihat jam tangannya “It’s 8.31 just now!” kata Andrea sambil melihat jamnya, tepat ketika jarum bergeser semenit.
“Damn!! Do I still have a chance?!” Tanya Alex masih dengan suara yang terengah-engah.
“I dunno!”
“Hey!! Listen, I have something to tell you!” Alex berdiri di hadapan Andrea, kemudian ia mengambil sesuatu dari saku jaketnya.
Sebuah kotak kecil berwarna hitam. Kemudian Alex berlutut di depan Andrea. Ia membuka kotak kecil itu, sebuah benda kecil bersinar memantulkan cahaya lampu sekitar. Andrea terkejut, Alex menarik nafas panjang. Alex berhitung dalam hatinya.
“Andrea Vellicia, would you be my wife? Would you want to live with me forever and after? Andrea, would you marry me?!”
Mata Andrea berkaca-kaca, lidahnya tidak bisa mengatakan apa-apa saat itu. Hatinya berdegup sangat kencang. Ia menangis bahagia meskipun belum mengucapkan satu dua patah kata. Alex berdiri di hadapannya kemudian mengusap air mata Andrea yang terus berjatuhan menetes di pipinya.
“I love you, Andrea! And now, I want you to be part of my life! I know I’m late, but would you give me a chance only for this time?”
Andrea terus menangis tanpa mengucapkan apa-apa. Kemudian Alex bertanya sekali lagi, “Would you marry me?”
“I can’t, Alex! I can’t live without you, Alex!”
“So, it means ‘yes’?!” Tanya Alex memastikan jawaban Andrea.
Andrea mengangguk mantap. Alex mendekap Andrea ke dalam tubuhnya. Keduanya menangis bahagia. “Thank you, Andrea!” Kemudian tiba-tiba saja, handphone Andrea berdering dengan lagu yang sangat indah. Andrea tidak mengangkat panggilannya, ia membiarkan nada deringnya menghiasi momen indah malam itu.
I have died everyday waiting for you,
Darling don’t be afraid I have loved you
For a thousand years
I’ll love you for a thousand more
Alex mencium kening Andrea, ia seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
“Thank you for giving me a chance” kata Alex excited.
“You can keep your chance for another time!”
“You’re not late, honey! You arrived exactly at 8.30pm” kata Andrea sambil tersenyum.
“Oh, God! Thank you!” Alex kembali menarik Andrea ke dalam pelukannya.
“Let me put this ring on your finger!” kata Alex.
Andrea tersenyum bahagia, ketika Alex memasangkan sebuah cincin emas putih cantik di jari manisnya.
Malam terasa sangat indah, ditemani jutaan bintang di langit, menghiasi malam-malam dengan cahaya dan cinta. Kedua pasangan itu pun berjalan di bawah langit berhiaskan permata menemani hati-hati yang sedang berkilauan di gelapnya malam.
Empat hari yang lalu, ketika Andrea baru saja tiba di Vancouver setelah kepergiannya ke Paris, ia langsung mendapatkan kabar yang membuat hatinya jatuh berkeping-keping. Sahabat Andrea, Katy, tiba-tiba saja menelepon dan mengajaknya bertemu. Sore itu cuaca di Vancouver cukup bersahabat, hangat dan terang. Di salah satu cafe mahasiswa UBC, Andrea dan Katy bertemu.
“Hi, darling how are you?” sapa Katy.
“I’m fine, Katy! How about you? I miss you so much.”
“I’m great, And! I miss you too, darling!”
“Hey, here, I bring some souvenirs for you, just these things I could buy!”
“Wow, thank you so much darling, this one is really cute!” kata Katy sambil mengambil sebuah syal berwarna ungu.
“Yea, anytime darling! Well, what’s the matter?”
“Huff, it’s hard to say! But I have to tell you!”
“About what?!” Andrea penasaran.
“This is about your boyfriend, Andrea!”
“Alex?! What happen with him? I’ve just phoned him a few minutes ago!”
“Hmm, well, maybe he won’t tell you! Listen to me darling! Last night, my friends and I got party in a pub. I saw Alex there, but he was with a lady. I guess I ever saw that woman here, maybe she was graduated student from Emily Carr too.” Katy menghela napas.
“Then?” Andrea semakin penasaran.
“Hufff… I hate to tell this! Well, when I went on the second floor, I was about to find a quiet place, because I couldn’t stay with the party, it made me dizzy, so I found a terrace on the second floor. Then I saw a really unbelievable situation!!. Alex did something with that girl, something that will make you hate! And I ran off to the first floor, I tried not to believe that! But I believe he was Alex I saw before.”
“Are you sure, he was really Alex?!” kata Andrea meragukan.
“Yes, I am! He was wearing the same clothes, the same hat, I saw him before! I’m sorry Andrea, I doubt him!”
Andrea terdiam dengan pandangan kosong.
“Andrea?!! Are you okay?!”
“Yes, yes…” lamunan Andrea buyar.
“I’m sorry I have to tell this to you! I just want to save you from a guy kind like that! You deserve to have a better man than him!”
“I will talk with him first, just to make it sure!”
“Yes, you should! I wish I was wrong!”
“Well, I have to go! I need to meet him!”
“Umm, should I go with you?!”
“No, no, you don’t have to! Thank you, Katy, bye!”
“Good luck darling!”
Andrea langsung pergi menuju dorm Alex di Vancouver bagian timur, berjauhan dengan apartemen miliknya. Sepanjang perjalanan, hatinya berdegup kencang, berharap apa yang diceritakan Katy tadi tidak pernah terjadi pada Alex. Andrea meyakinkan hatinya, Alex adalah pria yang setia yang dikenalinya sejak mereka masih kanak-kanak. Meskipun Alex dan Andrea sudah berteman sejak kanak-kanak, tetapi mereka baru berpacaran delapan bulan yang lalu. Jaraklah yang menjauhkan mereka. Namun setelah Andrea kembali dari New York ke Indonesia, Alex berusaha mengaitkan cinta yang selama ini dipendamnya pada Andrea. Saat ini, keduanya melanjutkan studinya di Vancouver meskipun keduanya berada di universitas yang berbeda.
Hati Andrea tidak karuan ketika ia telah tiba di dorm Alex. Ia menekan bel kamar Alex. Kemudian sebuah suara menyapanya.
“who’s there?!” Andrea menjawabnya.
Seketika pintu kamar itu terbuka diikuti sebuah senyuman dan wajah yang bercahaya menyambut kedatangan Andrea.
“Hai, honey! Baru aja aku mau ke apartemen kamu! Pasti udah kangen berat ya?!” kata Alex sambil memeluk kekasihnya itu. Andrea hanya tersenyum dingin sambil membalas pelukan Alex. Ia tahu ia merindukan Alex, tapi kabar tadi telah membuatnya ragu.
“Honey, mau minum apa?! Jus, milkshake, cappuccino? Nanti aku buatin!”
“Ehm, gak usah, aku baru minum tadi!” kata Andrea.
“Ahh, honey!!! Aku kangen banget sama kamu!” kata Alex manja sambil memeluk Andrea lagi.
“Me too!” jawab Andrea dingin.
“Kamu kenapa, hun? Kamu sakit? Kok wajahnya gak ceria gitu sih?” Tanya Alex melihat ekspresi Andrea yang dingin dan tidak seperti biasanya ketika bertemu.
“There is a question I wanna ask you!” wajah Andrea mulai serius.
“Well, what is that?” kata Alex polos.
Andrea menarik napasnya. “Apa kamu selingkuh?” katanya tegas.
Alex terperanjat mendengar pertanyaan Andrea. Alex benar-benar salah tingkah dan ia tidak tahu harus berbuat apa untuk menjawab pertanyaan Andrea. Hatinya menjadi tak karuan dan serba salah, karena ia harus menjawab pertanyaan itu dengan satu kata, “yes”, meskipun ia tak bermaksud untuk melakukan itu.
“I’ll explain that, hun! Please listen to me first!” kata Alex, berusaha menenangkan Andrea.
Mata Andrea mulai berkaca-kaca, “So, it means ‘yes’! You don’t have to explain anything, Alex! I’ve known everything what you did!”
Andrea berdiri dari kasur dan pergi keluar dari kamar Alex, tetapi Alex menahannya.
“Please, dengerin penjelasan aku dulu!”
“Oke, fine! I will listen to you!!!” kata Andrea. Air matanya mulai menetes di pipinya.
Alex tidak tahu apa yang harus ia katakan pada Andrea, ia tahu ini akan menghancurkan hati kekasihnya itu. Alex menarik nafas berkali-kali.
“Hurry! I have no much time, Alex!!!” sentak Andrea.
“Huff. Yes, I did it last night, with my friend, Lee Sharon! But we were drunk, it just happened like that like we never wanted! Please I’m sorry to you, Andrea! Aku gak bermaksud untuk main di belakang kamu, And!”
Andrea tidak dapat menahan air matanya. Kemudian ia langsung pergi meninggalkan Alex sendirian yang sedang menyesal.
“Honey, please forgive me!!! I only love you!!” kata Alex sambil mengejar Andrea. Alex menarik tangan Andrea seketika itu.
“Let me go! It’s clear!” Andrea menarik tangannya kembali, kemudian berlari ke luar dari dorm. Alex hanya bisa terdiam melihat kekasihnya berlari jauh meninggalkannya. Ia merasa sangat menyesal. Ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.
Andrea berlari menuju taman, kemudian menangis seorang diri di sana. Ia sangat tidak percaya pada apa yang telah dikatakan Alex. Hatinya sangat hancur berkeping-keping. Pria yang sangat dicintainya itu mengkhianatinya.
Dua hari setelah kejadian itu, di siang hari sepulangnya kuliah, Andrea mendapati tamu di apartemen. Seorang wanita cantik berumur 25an datang ke apartemennya.
“I’m sorry, who are you looking for?” Tanya Andrea pada wanita yang tidak dikenalinya.
“Are you Andrea?!”
“Yes, I am!”
“I need to talk to you, please, let me come in to your room!”
“Okay! Come in!”
Andrea cukup was-was dengan kedatangan tamu yang tidak dikenalinya ini. Kemudian wanita itu membuka kaca mata hitam dan topinya. Ia tersenyum padanya.
“Do I know you?” Tanya Andrea.
“No, you never did! And we’ve just met here, right now.”
“Who are you?”
“I’m Lee Sharon, Alex’s friend!”
Andrea terkejut setengah mati. Wanita yang berselingkuh dengan Alex ada di hadapannya. Ia sebenarnya ingin sekali membentaknya, menamparnya, dan mengusirnya ke luar, tetapi hatinya menyuruhnya untuk tetap diam.
“What?! You!”
“Yes, I’m the girl who kissed Alex on that night!”
“But why were you both doing like that?! I hate you!”
“Okay, this actually was my mistake. I asked Alex to accompany me that night, then I took him to the pub. At first, I was the one who was drunk, Alex tried to prevent me to drink again, but he was failed. Then I asked him to take a drink, I forced him, then he was drunk too. But I was so uncontrolled that night. I took him to the second floor, then we did it! I know I was wrong, but I just want to ask you! Please, don’t ever let him! He’s really in love with you, Andrea! Although I realize I have been in love with him since I was a teenage, but I couldn’t have him, and never!
“I don’t believe you!!!”
“It’s up to you! I have told the truth to you! I only have one request for you, don’t ever let him! Okay, I’m finished here, I’ll go to NY, I don’t want to be a parasite here! I’m sorry, Andrea! I really regret it! Good bye.” Lee ke luar dari kamar apartemen Andrea sendiri.
Andrea masih terpaku mendengar pengakuan Lee. Tetap saja, luka itu masih terasa menyakitkan bahkan semakin menyakitkan. Andrea menangis sejadi-jadinya. Ia tahu ia masih sangat mencintai Alex, tapi ia bingung apa yang harus ia lakukan. Sudah dua hari ini ia tidak berbicara dengan Alex, meskipun selalu ada telepon, sms, e-mail, dan chat darinya, tetapi semuanya tidak dihiraukan oleh Andrea.
Malam ini, Andrea baru saja selesai latihan untuk penampilan dramanya bulan depan. Terasa dingin, sepi dan kelam. Lima hari sudah, Andrea sama sekali tidak melakukan komunikasi dengan Alex, meskipun status hubungan masih tetap bertahan. Hanya saja, Andrea butuh waktu untuk memaafkan Alex. Andrea tiba di apartemennya, saat itu ia terkejut karena lampu ruangannya sudah menyala. Tapi ia menduga ada seorang petugas apartemen yang menyalakan lampu ruangannya. Ia menyimpan tasnya di atas meja, kemudian ia merebahkan tubuhnya di atas sofa, sambil menarik napas panjang. Kemudian tiba-tiba saja muncul sesosok pria dari ruang makan. Andrea terperanjat dari tidurnya.
“Alex?! What are you doing here?!!” Tanya Andrea terkejut.
“Aku ingin bicara sama kamu! I want you to forgive me for a stupid mistake I had done! Please forgive me, Andrea! I love you!!!” kata Alex, di tangannya ada setangkai mawar merah digenggamnya. Penampilan Alex begitu rapi dan menyenangkan. Andrea melihat sosok Alex dengan tatapan rindu. Akan tetapi ketika ia mengingat apa yang telah terjadi, seketika rasa rindu itu buyar.
“Bagaimana kamu bisa masuk ke apartemen aku?!”
“Aku pinjam kunci kamar kamu sama petugas, aku bilang ada barang penting yang tertinggal di kamar kamu, dan untungnya aku bisa dapet kunci kamar kamu.”
Andrea hanya terdiam, mendengar penjelasan konyol Alex.
Alex mendekati Andrea, kemudian menggenggam tangannya. “Andrea, would you forgive me? I promise I’ll never do the same mistake! I only love you, my honey!”
Andrea hanya bisa meneteskan air matanya tanpa bisa berkata apa-apa. Kali ini, ia hanya merasakan sentuhan hangat. Jiwanya terasa melayang menembus batas waktu, terbang bersama angan-angan, membawa hasrat terdalam cintanya. Ia bisa merasakan cinta dari pria yang dicintainya selama ini, meskipun air mata terus bercucuran dari matanya. Namun, hati yang terluka itu masih begitu terasa perih.
“Alex, please stop it! Let me go!” napas Andrea terengah-engah. “Please, let me alone!” kata Andrea, tubuhnya menjauh dari Alex.
“I know I was wrong! But I can’t go through like this without you all day long, please forgive me, Andrea!” kata Alex memelas.
“I already forgive you, Alex! But please, leave me alone!”
“But Andre!”
“Just give me a time, Alex, please!”
Alex merasa kecewa, tetapi ia menyadarinya. “Okay, I’ll leave you alone! I love you, Andrea!” kata Alex sambil meletakkan bunga mawar itu di atas meja, kemudian pergi.
Andrea terus menangis semalaman, hingga ia tertidur.
Tujuh hari telah berlalu, seperti angin yang bertiup kencang. Selama itu pula, Alex berada dalam kehampaan cinta. Semua pesan, telepon, e-mail, dan chat yang ditujukan kepada kekasihnya masih juga belum diberi respon. Namun, ia menyadari mungkin Andrea memang masih merasakan sakit atas luka yang dibuatnya kepada Andrea. Sampai suatu malam, ketika Alex membuka akun facebooknya, ia melihat akun Andrea sedang menyala chatnya. Kemudian ia mengetik kata-kata untuk Andrea dengan penuh harapan akan dibalasnya segera. Namun, dugaannya salah, sudah satu jam berlalu, balasan dari Andrea tidak tampak pula. Karena lelah menunggu, Alex tertidur di depan laptopnya malam itu.
Pagi itu Alex terbangun, masih dengan posisi tubuhnya yang terbaring di depan laptop. Kemudian, ia melihat layar laptopnya yang masih menyala, matanya terkejut senang ketika melihat ada balasan dari Andrea.
“Meet me in the park at 8 pm tomorrow night. If you’re late over 30 minutes, we’ll finish this relationship.”
Bukan main senangnya Alex pagi itu. Ia tersenyum gembira. Meskipun ia tidak suka kalimat akhir, tetapi ia yakin ia tidak akan terlambat. Alex memulai hari itu dengan gembira, ia berangkat kuliah dengan semangat sambil memikirkan apa yang harus persiapkan ketika bertemu dengan Andrea nanti malam. Alex tersenyum sendiri selama perjalanannya ke kampus, ia sudah mempersiapkan rencana untuk nanti malam. Malam ini akan menjadi malam paling hebat selama hidupnya, pikirnya.
Pukul 6.30 sore, Alex baru menyelesaikan kuliahnya. Kemudian tiba-tiba saja seorang lelaki memanggil namanya dari belakang.
“Hey, Alexander! Come here!” kata seorang lelaki tua berkumis tebal.
“Yes, Sir! What’s wrong?”
“Have you finish your final project for this month?”
“Umm, I haven’t yet, just a little more, Sir!”
“Okay, now finish it! I’ll wait for your final project till 8.30 pm today, you can do that, right?!”
“B.. but, Sir, I have 3 days more to finish it! I can’t do it now!”
“Sssshh!! You can make it done now! I’ll be in London since tomorrow morning till a week, so I’ll be waiting for you here until 8 pm or your final project won’t be accepted! Understand?!!”
“Yes, Sir!” kata Alex terpaksa. Oh gosh!!! What should I do?
Alex langsung bergegas ke ruangan kelasnya di mana karya untuk tugas akhirnya disimpan. Ia mengeluarkan semua barang-barang yang dibutuhkan untuk membuat karyanya. Namun Alex panik dan tidak dapat berpikir. Ia disibukkan dengan 2 pilihan, Andrea dan tugas akhirnya. Tentu saja ia harus menyelesaikan masalah keduanya. Ia mencoba membuat dirinya tenang. Baiklah, aku akan segera menyelesaikan tugas akhirku, kemudian langsung menemui Andrea di taman. Tuhan, tolong aku!
Alex mulai mengerjakan tugas akhirnya dengan teliti dan seksama. Meskipun ide yang dituangkannya belum utuh terbentuk, tetapi ia harus segera menyelesaikan tugas ini agar ia tidak terlambat menemui Andrea. Detik demi detik, menit demi menit terus berlalu, satu jam telah terlewati, tetapi karya Alex belum juga selesai. Keringatnya terus ke luar dari dahinya. Beberapa kali ia berhenti sejenak untuk mengistirahatkan tangannya. Kemudian ia melihat jam tangannya, sudah jam 8, Andrea pasti sudah berada di taman, maafkan aku honey, tapi aku janji aku gak akan telat lebih dari 30 menit. Alex terus berkonsentrasi pada karyanya yang sebentar lagi menuju tahap akhir.
Sementara itu, seorang gadis dengan setelan dress berwarna pink ditambah cardigan dengan warna yang sama, sedang menanti pria dengan harap-harap cemas. Andrea terus melihat ke arah jam tangannya. Ia duduk sendiri di tengah taman yang sepi, beberapa orang hanya melewati taman itu kemudian hilang lalu datang lagi yang lain, dan begitu seterusnya. Tidak ada yang duduk di sekitar taman itu selain dirinya.
Sudah pukul 8.25 pm, Andrea menghela nafas. Pandangannya melihat ke sekeliling taman, berharap ada seseorang yang segera menemuinya. Apakah ia akan datang? Ataukah memang aku harus mengakhiri hubungan ini dengannya? Pikiran Andrea diliputi berbagai macam dugaan yang tak tentu. Hatinya semakin gugup, detak jantungnya semakin kencang, napasnya terus menderu.
“Excuse me, are you okay?!”
Andrea terkejut kemudian membalikan tubuhnya.
“Ya, I’m fine here!”
“Are you waiting for someone?”
“Yes, Sir!”
Seorang petugas keamanan menyapa Andrea, memastikan wanita muda itu baik-baik saja. Andrea menyangka kalau itu adalah Alex.
“Well, be careful!”
“Thank you, Sir!”
Andrea memastikan kembali sekeliling taman, tetapi tidak terlihat sosok Alex di sana. Waktu sudah menunjukan 8.29 pm. Andrea hanya bersikap pasrah terhadap keputusan yang telah dibuatnya. Dengan terpaksa, hubungannya dengan Alex harus diakhiri dalam waktu satu menit lagi. Now, it’s already 8.30 pm. Andrea tersenyum dengan perasaan pahit dalam hatinya, kemudian ia berjalan menuju apartemennya. It’s done!
Dingin menyelimuti tubuh Andrea. Ia berjalan, wajahnya tertunduk, dan hatinya terasa terluka. Kemudian, tiba-tiba sesosok pria berlari dari arah kanan dan berhenti tepat di depan Andrea dengan napas terengah-engah. “Am I late?” Ia terkejut.
Andrea melihat jam tangannya “It’s 8.31 just now!” kata Andrea sambil melihat jamnya, tepat ketika jarum bergeser semenit.
“Damn!! Do I still have a chance?!” Tanya Alex masih dengan suara yang terengah-engah.
“I dunno!”
“Hey!! Listen, I have something to tell you!” Alex berdiri di hadapan Andrea, kemudian ia mengambil sesuatu dari saku jaketnya.
Sebuah kotak kecil berwarna hitam. Kemudian Alex berlutut di depan Andrea. Ia membuka kotak kecil itu, sebuah benda kecil bersinar memantulkan cahaya lampu sekitar. Andrea terkejut, Alex menarik nafas panjang. Alex berhitung dalam hatinya.
“Andrea Vellicia, would you be my wife? Would you want to live with me forever and after? Andrea, would you marry me?!”
Mata Andrea berkaca-kaca, lidahnya tidak bisa mengatakan apa-apa saat itu. Hatinya berdegup sangat kencang. Ia menangis bahagia meskipun belum mengucapkan satu dua patah kata. Alex berdiri di hadapannya kemudian mengusap air mata Andrea yang terus berjatuhan menetes di pipinya.
“I love you, Andrea! And now, I want you to be part of my life! I know I’m late, but would you give me a chance only for this time?”
Andrea terus menangis tanpa mengucapkan apa-apa. Kemudian Alex bertanya sekali lagi, “Would you marry me?”
“I can’t, Alex! I can’t live without you, Alex!”
“So, it means ‘yes’?!” Tanya Alex memastikan jawaban Andrea.
Andrea mengangguk mantap. Alex mendekap Andrea ke dalam tubuhnya. Keduanya menangis bahagia. “Thank you, Andrea!” Kemudian tiba-tiba saja, handphone Andrea berdering dengan lagu yang sangat indah. Andrea tidak mengangkat panggilannya, ia membiarkan nada deringnya menghiasi momen indah malam itu.
I have died everyday waiting for you,
Darling don’t be afraid I have loved you
For a thousand years
I’ll love you for a thousand more
Alex mencium kening Andrea, ia seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
“Thank you for giving me a chance” kata Alex excited.
“You can keep your chance for another time!”
“You’re not late, honey! You arrived exactly at 8.30pm” kata Andrea sambil tersenyum.
“Oh, God! Thank you!” Alex kembali menarik Andrea ke dalam pelukannya.
“Let me put this ring on your finger!” kata Alex.
Andrea tersenyum bahagia, ketika Alex memasangkan sebuah cincin emas putih cantik di jari manisnya.
Malam terasa sangat indah, ditemani jutaan bintang di langit, menghiasi malam-malam dengan cahaya dan cinta. Kedua pasangan itu pun berjalan di bawah langit berhiaskan permata menemani hati-hati yang sedang berkilauan di gelapnya malam.
No comments:
Post a Comment