"Emmm rasa pecel ini enak," kata Budi.
Budi terus makan pecel tersebut sampai habis sih, ya jadinya kenyang gitu. Kertas pembungkus pecel, ya di buang sama Budi ke tempat sampah lah. Budi pun mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah.
"Yang buat pecel. Orang cantik. Nama bagus lagi....Yeni, ya kaya nama penyanyi gitu," kata Budi.
Budi pun menaruh gelas berisi kopi di meja. Budi mengambil gitar yang di taruh di kursi. Budi segera memainkan gitarnya dan bernyanyi.
Lirik lagu yang dinyanyikan Budi dengan judul 'Jika Cinta Dia' :
"Terlampau sering kau buang air mataku
Tak pernah kau tahu dalamnya rasa cintaku
Tak banyak inginku, jangan kau ulangi
Menyakiti aku sesuka kelakuanmu
Ku bukan manusia yang tidak berfikir
Berulang kali kau lakukan itu padaku
Jika cinta dia, jujurlah padaku
Tinggalkan aku di sini tanpa senyumanmu
Jika cinta dia, kucoba mengerti
Teramat sering kau membuat patah hatiku (patah hatiku)
Kau datang padanya, tak pernah ku tahu
Kau tinggalkan aku di saat kubutuhkanmu
Cinta tak begini, selama ku tahu
Tetapi ku lemah kar'na cintaku padamu
Jika cinta dia, jujurlah padaku
Tinggalkan aku di sini tanpa senyumanmu
Jika cinta dia, kucoba mengerti
Mungkin kau bukan cinta sejati di hidupku
Jika cinta dia, jujurlah padaku
Tinggalkan aku di sini tanpa senyumanmu
Jika cinta dia, kucoba mengerti
Mungkin kau bukan cinta sejati di hidupku
Jika cinta dia, kucoba mengerti
oh-oh-ho-oh
(Tinggalkan aku di sini tanpa senyumanmu) ho-uh-uh
Jika cinta dia, kucoba mengerti
Mungkin kau bukan cinta sejati di hidupku"
***
Budi selesai menyanyikan lagu dan main gitarnya, ya gitar di taruh di kursi yang kosong. Budi mengambil gelas berisi kopi, ya di minum dengan baik kopi lah. Eko sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi lah. Eko duduk bersama Budi. Ya Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. Eko melihat gitar di kursi yang kosong, ya Eko berkata "Budi...abis main gitas dan juga bernyanyi ya?"
"Iya," kata Budi.
"Lagu apa di nyanyikan?" kata Eko.
"Jika cinta dia," kata Budi.
"Jika cinta dia.....toh. Jangan-jangan Budi lagi....suka pada cewek cantik gitu, ya maka itu menyanyikan lagu jika cinta dia?" kata Eko, ya niatnya becanda gitu.
"Ah...Eko. Kan cuma sekedar menyanyi saja. Jangan terlalu di kaitkan dengan urusan suka sama cewek," kata Budi.
"Ooooo sekedar saja toh," kata Eko.
Eko melihat makanan di piring, ya bau makanan itu seperti bau bumbu kacang gitu. Eko pun berkata "Budi jangan-jangan makanan yang di piring itu pecel?"
"Kok tahu. Dua bungkus makanan di piring itu pecel?" kata Budi.
"Bau...bumbu kacangnya itu," kata Eko.
"Ooooo karena bumbu kacang toh, ya memang sih tercium baunya sih bumbu kacang," kata Budi.
"Makanan pecel itu beli apa buat?" kata Eko.
"Beli lah," kata Budi.
"Ooooo beli. Penjualnya ibu-ibu apa gadis?" kata Eko.
"Nanyanya sampe segitunya. Mau tahu banget siapa penjual pecelnya? Ya gadis sih. Namanya Yeni," kata Budi.
"Oooooo gadis toh penjual pecelnya," kata Eko.
Eko pun mengambil satu bungkus pecel di piring, ya di makan dengan baik pecel lah.
"Gimana rasa pecelnya Eko?" kata Budi.
"Enak banget...pecelnya. Pinter yang buat pecelnya," kata Eko.
"Syukurlah...pecelnya enak," kata Budi.
"Budi....ada ketertarikan dengan penjual pecelnya. Ya Yeni itu?" kata Eko.
Eko masih asik makan pecel.
"Gimana ya?" Budi berpikir panjang banget.
Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah.
"Jujur saja lah ...Budi!" kata Eko.
"Ya....ada sih ketertarikan dengan Yeni, karena Yeni cantik dan juga baik perilakunya. Nama juga aku cowok, ya biasa terkesan dengan cewek yang cantik, baik, ya pekerja keras. Urusan kerja, ya tidak milih-milih sih. Yang penting mau usaha dengan baik. Jualan pecel saja termasuk jenis usaha yang baik," kata Budi.
Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.
"Budi tertarik dengan Yeni toh. Hal yang wajar. Nama juga Budi....jomlo," kata Eko.
Eko terus menikmati makan pecelnya.
"Memang aku jomlo," kata Budi.
Abdul pun sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Abdul pun duduk bersama Budi dan Eko. Ya memang Abdul melihat Eko yang lagi asik makan pecel dan juga di meja di piring ada satu bungkus makan gitu.
"Makan pecel Eko," kata Abdul.
"Budi yang beli pecel," kata Eko.
Eko masih terus makan pecelnya.
"Aku ada rezeki lebih, ya beli pecel gitu," kata Budi.
"Jadi satu bungkus di piring. Untuk aku?" kata Abdul.
"Iya," kata Budi.
Abdul mengambil satu bungkus makanan pecel di piring, ya segera di makan pecelnya dengan baik sama Abdul. Eko selesai makan pecelnya, ya kenyang jadiny. Bungkus pecel, ya Eko buang ke tempat sampah. Eko pun minum aqua gelas lah.
"Pecelnya enak," kata Abdul.
Abdul terus makan pecel tersebut.
"Memang pecelnya enak. Yang buat....cewek cantik bernama Yeni," kata Eko.
"Yang buat cewek cantik. Pantes ulekan bumbu kacangnya mantep banget," kata Abdul.
"Nama juga usaha jualan pecel, ya Yeni," kata Budi.
"Di mana ada kemauan, ya pasti ada jalan. Usaha pecel pun, ya kalau di tekunin dengan baik....pasti menghasilkan keuntungan dari usaha yang di jalankan dengan baik," kata Abdul.
Abdul masih terus makan pecel.
"Ya...Abdul ngomong begitu kan. Karena Abdul....usaha juga kerjaannya," kata Budi.
"Emmmm," kata Abdul.
"Hidup di keadaan sekarang, ya harus pinter-pinter dalam memutuskan jalan hidup. Mau usaha, ya harus di jalankan dengan baik agar berhasil dari usahanya," kata Eko.
"Omongan Eko bener lah," kata Budi.
"Ya...Eko benerlah," kata Abdul.
Abdul terus makan pecel, ya sampai habis tuh pecel di makan Abdul, ya jadinya kenyang deh. Abdul membuang bungkus ke tempat sampah. Abdul pun minum aqua gelas.
"Kalau begitu kita main kartu remi saja!" kata Eko.
"Ok main kartu remi!" kata Budi.
"Main kartu remi!" kata Abdul.
Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya di kocok dengan baik kartu remi lah. Budi membagikan kartu remi dengan baik. Ketiganya main kartu remi dengan baik, ya dengan permainan kartu remi seperti biasanya cangkulan.
No comments:
Post a Comment