"Buku Dono," kata Indro.
Indro mengambil buku tersebut dan membukanya.
"Kisah Peter Si Bangsawan. Asal cerita dari Norwegia," kata Indro.
Indro membaca buku tersebut dengan baik.
Isi cerita yang di baca Indro :
Dahulu kala ada sebuah keluarga petani yang hidup di tepi hutan. Mereka memiliki tiga orang anak laki-laki. Tidak ada yang tahu pasti nama anak-anak keluarga itu, tetapi beberapa orang memanggil anak bungsu dengan panggilan Peter. Keluarga petani itu sangat miskin. Pada saat petani dan istrinya meninggal dunia, mereka hanya mewariskan tiga buah benda kepada anak-anaknya, yaitu panci, penggorengan, dan seekor kucing. Anak tertua mendapat kesempatan pertama untuk memilih harta warisan.
"Panci itu sepertinya sangat berguna. Ia bisa digunakan untuk membuat bubur. Aku akan meminjamkannya dan ketika ia kembali, pasti banyak sisa-sisa bubur di dalamnya. Aku akan mengumpulkan sisa-sisa bubur itu," katanya kepada diri sendiri.
Ia pun memilih panci. Anak kedua memilih penggorengan. Ia berpikir jika wajan tersebut disewakan kepada para tetangga, ia bisa mendapat adonan kue sebagai ongkos sewanya. Maka ia pun mendapat penggorengan sebagai harta warisan dari orang tuanya. Anak bungsu, Peter, tidak mempunyai pilihan lain selain seekor kucing.
"Apakah ada orang yang mau meminjam kucing? Kalaupun ada pastilah sewanya tidak banyak, mungkin hanya sesendok susu. Tapi, aku tidak tega membiarkan kucing ini hidup sendiri. Ia bisa mati kelaparan dan kedinginan. Jadi aku akan memeliharanya," kata Peter kepada saudara-saudaranya.
Anak-anak petani itu kemudian berpisah. Mereka menempuh jalan hidupnya masing-masing. Peter sedang berjalan keluar rumah ketika ia dikejutkan oleh lompatan kucingnya. Kucing itu duduk di hadapan Peter dan berkata, "Terima kasih sudah mau memelihara aku, Peter. Aku berjanji akan membuatmu bahagia."
"…"
"Sekarang dengarkan aku, Peter. Tunggulah aku di sini. Aku akan pergi ke hutan untuk menangkap seekor rusa. Hadiahkan rusa itu kepada Raja dan jika ia bertanya dari mana asalnya, jawablah bahwa itu hadiah dari Peter si bangsawan," lanjutnya.
Peter terbengong-bengong mendengarkan kucing ajaib itu bicara. Sebelum ia sempat bertanya, kucing itu sudah melesat pergi, meninggalkan Peter sendirian. Tidak lama kemudian, kucing ajaib itu datang kembali dengan menunggangi seekor rusa.
"Aku tidak menyangka jika kau adalah pemburu yang hebat, Kucing Ajaib! Bagaimana kau bisa mendapatkan rusa ini hidup-hidup?" tanya Peter, takjub.
"Itu soal mudah, Peter. Aku menunggu di dahan pohon dan meloncat ke tengah-tengah tanduknya. Aku mengancam akan menyakiti matanya kalau ia tidak menuruti semua perkataanku," kata kucing menceritakan pengalamannya.
Keesokan harinya Peter pergi ke Istana. Ia menyerahkan rusa itu kepada koki istana dan berkata "Hadiah kecil bagi Raja".
Koki itu segera melapor kepada raja dan Peter diundang untuk menemui Raja.
"Terima kasih atas pemberian hadiah yang sangat bagus ini," kata Raja, "kalau boleh aku tahu, siapakah yang telah mengutusmu kemari?"
"Peter si bangsawan, Yang Mulia," jawab Peter.
"Peter si bangsawan? Aku belum pernah mendengarnya. Di manakah istananya?" tanya Raja.
"Maaf, Yang Mulia, Peter si bangsawan melarang saya untuk menceritakan letak istananya," tolak Peter.
"Aku tidak akan memaksamu bercerita, tetapi istirahatlah sejenak di istana ini. Nikmatilah keramahan kami," tawar Sang Raja, "ketika kau pulang, tolong sampaikan terima kasihku kepada Peter si bangsawan atas hadiah yang indah ini."
Beberapa hari kemudian, Kucing Ajaib membawa seekor rusa merah ke rumahnya. Ia kemudian menyuruh Peter untuk menghadiahkannya kepada Raja. Peter membawa rusa itu ke Istana dan menyerahkannya ke koki istana sambil berkata, "Hadiah kecil bagi Raja".
Raja terkejut saat Koki memberitahukan kedatangan Peter dan rusa merahnya. Ia langsung berjalan ke dapur dan melihat sendiri rusa merah itu.
"Anak muda, apakah kau tahu berapa harga rusa merah ini?" tanya Raja kepada Peter.
"Saya tidak tahu, Yang Mulia," jawab Peter.
"Harganya pasti mahal sekali. Rusa ini adalah binatang langka di sini," kata raja, sambil berdecak kagum, "siapa yang mengirim hadiah ini, Anak Muda?"
"Peter si bangsawan, Yang Mulia," kata Peter.
"Peter si bangsawan?" tanya Sang Raja kaget, "aku sangat penasaran dengan bangsawan ini. Bisakah kau tunjukkan aku di mana istananya berada?"
"Maafkan saya, Yang Mulia," Peter menolak halus, "Peter si bangsawan melarang saya untuk menceritakan letak istananya."
"Baiklah, mungkin dia orang yang pemalu," kata Raja, maklum.
Raja kemudian memberikan makanan, minuman, dan beberapa puluh keping emas kepada Peter. Semua itu sebagai ucapan terima kasih Raja atas hadiah yang diberikan oleh Peter si bangsawan. Beberapa hari kemudian, kucing ajaib itu kembali ke rumah Peter dengan membawa seekor Elk, sejenis rusa dengan badan besar dan tanduk lebar yang indah. Peter membawa Elk ke Istana. Seperti sebelumnya, ia menyerahkannya kepada koki istana seraya berkata, "Hadiah kecil bagi Raja".
Koki kerajaan bergegas memberitahu Raja perihal kedatangan Peter dan hadiah kecilnya. Raja berjalan tergopoh-gopoh ke dapur Istana dan diam mematung saat melihat Elk di hadapannya.
"Apakah yang kulihat itu adalah sebuah Elk?" tanya Raja tidak percaya.
"Benar, Yang Mulia. Itu adalah seekor Elk," jawab Peter dengan sopan.
Raja menatap Elk itu dengan kagum. Ia lalu bertanya, "Bagaimana caramu mendapatkannya? Elk adalah binatang yang hampir punah di benua ini. Beberapa orang malah menganggapnya sebagai mitos!"
"Saya tidak tahu, Yang Mulia. Majikan saya, Peter si bangsawan yang menyuruh saya untuk menghadiahkan Elk ini kepada Yang Mulia," Peter menjawab seperti biasanya.
"Jadi, ini adalah hadiah dari Peter si bangsawan?" tanya Raja kaget.
"Benar, Yang Mulia."
"Apa kau bisa menceritakan di mana ia tinggal?" tanya Raja ingin tahu.
"Saya tidak bisa memberitahukannya kepada Yang Mulia," Peter kembali menolak.
"Baiklah, kalau ia tidak ingin diketahui. Aku mengundang majikanmu, Peter si bangsawan, datang ke istanaku. Jika ia tidak datang memenuhi undanganku, aku akan menyatakan perang dengannya," kata Raja tegas.
Setelah kembali dari Istana, Peter menceritakan perintah Sang Raja kepada Kucing Ajaib.
"Raja mengundang Peter si bangsawan untuk datang ke istananya. Jika kita tidak memenuhi undangannya, Raja akan menyatakan perang dengan kita," Peter berkata panik, "penyamaran kita akan terbongkar."
"Jangan khawatir, Peter. Aku akan kembali ke sini tiga hari lagi. Aku jamin Peter si bangsawan akan datang untuk memenuhi undangan Raja," Kucing Ajaib berkata yakin, sambil mengedipkan mata kepada Peter.
Tiga hari kemudian Kucing Ajaib datang membawa sebuah kereta kuda lengkap dengan kusirnya. Selain itu, ia juga membawa pakaian-pakaian keemasan yang sangat indah.
"Peter, pakai pakaian ini dan pergilah ke Istana dengan menaiki kereta kuda yang kubawa," perintah Kucing Ajaib, "sesampainya kau di sana, jika Raja menceritakan tentang isi Istana, katakanlah jika kau punya yang lebih baik dari miliknya."
Setelah semuanya siap, Peter berangkat ke Istana Raja. Di sana, ia disambut dengan baik oleh Raja dan diajak berkeliling Istana.
"Peter, apakah kau memerhatikan pintu gerbang istanaku? Itu adalah pintu gerbang terbaik di benua ini," Raja mulai bercerita.
"Gerbang saya lebih baik, Yang Mulia," kata Peter.
Raja tersenyum mendengar jawaban Peter. Ia lalu mengajak Peter ke ruangannya.
"Peter, lantai ruangan ini terbuat dari marmer utuh. Benar-benar sangat indah bukan?" tanya Raja.
"Lantai saya lebih baik, Yang Mulia," jawab Peter.
Raja mulai kesal dengan jawaban Peter. Namun ia masih mengajak Peter berkeliling. Ia kemudian menunjukkan singgasananya kepada Peter.
"Peter, singgasana ini terbuat dari emas dan bertahtakan batu-batu mulia. Sandarannya terbuat dari kulit anak sapi," Raja menjelaskan dengan penuh semangat. Peter kembali berkata, "Singgasana saya lebih baik, Yang Mulia."
Kekesalan Raja pun memuncak. Ia lalu berkata, "Peter, kamu sombong sekali! Aku ingin tahu di mana istanamu berada dan membandingkan isinya dengan istanaku. Jika kau membohongiku, hidupmu tidak akan lama!" Saat Peter kembali pulang, ia kembali menceritakan semua hal yang terjadi di Istana kepada Kucing Ajaib. Ia benar-benar bingung harus melakukan apa.
"Kucingku, bagaimana aku bisa mempunyai istana yang lebih baik dari milik Raja? Aku hanya mempunyai gubuk reyot ini saja," tanya Peter dengan wajah sedih.
"Peter, aku punya sebuah rencana. Pertama, serahkan semua koin emas hadiah dari Raja. Kedua, datanglah ke Istana dan ajaklah Raja ke istanamu, eh, bakal istanamu. Aku akan berjalan mendahuluimu," kata Kucing Ajaib.
Peter kemudian pergi ke Istana Raja dan mengajaknya pergi ke istananya. Ketika mereka memulai perjalanan, Kucing Ajaib sudah berjalan mendahului rombongan Peter. Saat Kucing Ajaib sampai di sebuah peternakan, ia melihat domba-domba berbulu indah yang sangat banyak. Kucing Ajaib bertanya kepada seorang lelaki tua di sana, "Siapa penggembala domba-domba ini?"
"Aku," jawabnya.
"Pak Tua, aku ingin meminta sedikit bantuanmu. Jika nanti rombongan Raja lewat di daerah ini dan bertanya siapa pemilik domba-domba ini, katakan padanya bahwa ini semua milik Peter si bangsawan," kata Kucing Ajaib, "ini ada beberapa keping emas sebagai upahmu."
Tak lama kemudian, rombongan Raja dan Peter melewati peternakan domba itu. Raja kemudian bertanya kepada penggembala domba-domba itu, "Banyak sekali domba-domba di peternakan ini. Bulu-bulunya juga sangat bagus. Siapa pemilik domba-domba ini?"
"Peter si bangsawan," jawab penggembala itu.
Saat Peter dan Raja berada di peternakan domba, Kucing Ajaib sudah sampai di sebuah peternakan sapi. Ia kemudian menemui pengurus peternakan dan berkata, "Sebentar lagi rombongan Raja akan melewati peternakan ini. Jika ia bertanya milik siapa sapi-sapi ini, maka jawablah milik Peter si bangsawan. Ini ada beberapa keping emas sebagai upahmu."
Tak lama berselang, rombongan Raja dan Peter melewati peternakan sapi itu. Raja kemudian bertanya kepada pengurus peternakan, "Banyak sekali sapi di peternakan ini. Mereka juga sangat gemuk. Siapa pemilik sapi-sapi ini?"
"Peter si bangsawan," jawab pengurus peternakan.
Kini Kucing Ajaib tiba di sebuah istal kuda yang sangat besar. Ia mencari pengurus istal itu dan berkata, "Aku akan memberimu beberapa keping emas jika kau mau membantuku. Aku hanya ingin kau bilang kepada Raja bahwa kuda-kuda ini milik Peter si bangsawan."
Ketika rombongan Raja dan Peter tiba di istal kuda yang sangat besar itu. Raja turun dari kereta dan mengagumi kuda-kuda yang ada di sana. Raja sungguh kagum dengan kuda-kuda itu, ia pun bertanya kepada pengurus istal, "Kuda-kuda ini sangat besar dan gagah. Siapa pemiliknya?"
"Peter si bangsawan," jawab pengurus istal.
Setelah berkeliling, rombongan Raja dan Peter akhirnya sampai di sebuah kastil dengan tiga buah gerbang. Gerbang yang pertama terbuat dari timah, gerbang yang kedua terbuat dari perak, dan gerbang yang terakhir terbuat dari emas. Kastil itu juga memiliki lantai dan dinding yang terbuat dari pualam. Ketika matahari menyinarinya, kastil itu akan tampak sangat indah. Kucing Ajaib berbisik kepada Peter untuk mengatakan kepada Raja bahwa kastil tersebut adalah istananya. Ia juga menyuruh Peter untuk mengajak Raja berkeliling. Raja sungguh takjub melihat istana Peter. Ia mengagumi semua meja dan kursi yang terbuat dari emas dan bertahtakan batu mulia. Singgasana Peter juga jauh lebih indah dari pada singgasananya.
"Peter, kau memiliki barang-barang yang lebih baik dibanding milikku. Belum lagi peternakan domba, sapi, dan kuda milikmu. Kau sangat kaya sekali," puji Raja.
Peter tersenyum mendengar pujian Raja. Ia kemudian mengajak Raja makan malam dan menginap di kastilnya. Saat tengah malam, terdengar ketukan keras di pintu kastil. Rupanya, Troll pemilik kastil telah datang.
"Siapa yang mengunci pintu kastilku!" teriaknya dengan suara serak.
Kucing Ajaib keluar dari kastil dan berkata, "Troll, duduklah, aku akan menceritakan sebuah cerita yang mengasyikkan."
Troll menuruti perintah Kucing Ajaib. Ia duduk dan mendengar kucing ajaib itu bercerita. Troll begitu senang dengan cerita Kucing Ajaib hingga tidak menyadari jika matahari akan segera terbit. Ketika matahari benar-benar terbit, tubuh Troll mulai terbakar. Ia berusaha masuk ke dalam kastilnya, tetapi usahanya sia-sia. Pintu kastil tetap tertutup dan Troll itu habis terbakar. Siang itu Kucing Ajaib menemui Peter.
"Peter, sekarang hidupmu telah bahagia dan berkecukupan. Tugasku sudah selesai. Kini, saatnya aku meninggalkanmu selamanya. Tetapi sebelum aku meninggalkanmu, aku punya satu permintaan."
"Apa permintaanmu, sahabatku?" tanya Peter.
"Penggal kepalaku," jawab Kucing Ajaib.
Peter terkejut dan spontan menggeleng cepat, "Apa kau sudah gila? Aku tidak dapat melakukan hal itu."
"Peter, lakukan permintaanku atau aku akan mencakar mukamu hingga cacat," ancam Kucing Ajaib.
Meski tidak tega, Peter memenggal kepala kucing ajaib itu. Tiba-tiba muncul asap putih yang cukup tebal. Seorang gadis yang amat cantik tampak berdiri anggun ketika asap putih itu mulai menghilang.
"Siapa kamu?" tanya Peter keheranan.
"Aku adalah jelmaan dari Kucing Ajaib. Dahulu Troll, penghuni kastil ini, mengutukku menjadi seekor kucing. Orang tuamu yang mengetahui hal itu lalu memeliharaku. Aku bisa kembali ke wujud asliku karena sihir Troll hilang setelah dia mati," cerita gadis itu.
Peter terpana melihat kecantikan gadis itu. Mereka kemudian mengurus kastil bersama-sama. Tak lama kemudian, Peter menikahi gadis itu dan mereka hidup bahagia selamanya.
***
Indro selesai baca bukunya.
"Cerita yang bagus. Pinter yang membuatnya," kata Indro.
Indro menutup buku dan buku di taruh di meja.
"Main game ah!" kata Indro.
Indro main game di Hp-nya dengan baik banget. Kasino di ruang tengah, ya asik nonton Tv dengan acara olahraga....Olimpiade Tokyo 2020.
"Bagus acara olahraga," kata Kasino.
Kasino terus nonton acara Tv tentang olahraga. Sedangkan Dono di kamarnya sedang sibuk mengetik di leptopnya.
No comments:
Post a Comment