Deni
pagi-pagi ke kantor untuk menghadap komandan. Ternyata Deni telat dateng dan
teman kerja Deni si Boni geleng-geleng kepala. Deni pun meminta maaf sama Boni
karena ketelatan dirinya ke kantor. Boni memaafkan Deni dan langsung menghadap
komandan Albret di ruangannya.
“Pagi
…Pak,” kata Deni.
“Siang,”
saut Albret.
Deni
dan Boni duduk di kursi masing-masing dan komandan Albret memberikan file
tentang penjahat yang harus di tangkap Deni dan Boni karena masuk daftar hitam
kepolisian. Deni membaca dengan seksam file yang di berikan komandan Albret
begitu juga Boni.
“Pak…..masalahnya
orang ini ada kaitannya dengan elit politik. Bagaimana ini Pak….kayanya terlalu
berat…kasus ini.”
“Bener….apa..omongan
Deni? Karena terlalu riskan…ini Pak…bagi kepolisian mengungkap kasus
mereka..ini. Malah bisa berbalik. Apalagi banyak mata-mata yang tersebar di
pemerintahan untuk mengamankan kondisi elit politik ini.”
“Maka..itu..lah
saya butuh kalian. Polisi yang sering menyamar di lapisan masyarakat. Kalian
dianggap polisi bukan dianggap masyarakat ia. Lebih sering di sebut penjahat
karena ulah kalian ini banyak masalah. Polisi…banyak pelanggaran di mana-mana.
Untuk kalian dapet kasus ini..untuk membersihkan nama kalian di kepolisian.
Kalau berhasil naik..pangkat. Kebiasaan bikin ulah. Naik pangkat susahkan. Yang
baru masuk aja seperti Handoko yang junior kalian…eeee karena prestasinya
banyak menyelesaikan kasus jadi senior kalian. Kasus ini harus bisa kalian
selesaikan…sampe bukti-buktinya terkumpul dengan baik baru…target di tangkep.”
“Siap..komandan,”
kata Deni dan Boni bersamaan langsung berdiri langsung hormat.
Setelah
itu Deni dan Boni keluar dari kantor komandan Albret dengan membawa file
tersangka yang harus di tangkap mereka berdua. Komandan Albret santai di dalam
kantor telah memberi tugas Deni dan Boni dengan minum kopi hitam yang enak
banget.
Deni
dan Boni terus ngobrol di ruangan kepolisian sampe di luar untuk menyelesaikan
kasus. Mau gak mau mereka jalan bareng dan naik mobilnya Deni. Sampai di sebuah
kafe di pinggiran kota Jakarta berdasarkan informasi Deni yang tersebar lewat
jaringannya di masyarakat untuk mengetahui target yang di incar adalah Dargo.
Deni dan Boni mengawasi dari mobil.
Maunya
Deni langsung masuk ke kafe menyergap menangkap Dargo, tapi Boni menyuruh
menunggu di mobil agar tahu pergerakan selanjutnya Dargo mau ke mana. Dengan
sabar menunggu di mobil Deni dan Boni mengawasi targetnya.
Keluar
juga Dargo dari kafe dan masuk mobil pribadinya. Bergeraklah Dargo dengan mobil
pribadinya. Deni dan Boni mengikuti dari belakang. Sampai di sebuah gedung
pemerintahan Dargo memarkirkan mobilnya. Deni dan Boni pun juga. Dargo masuk ke
dalam gedung pemerintah untuk menemui seseorang.
“Ah..benerkan..target
ada kaitannya dengan elit politik..gimana Boni?”
“Ya..gimana
lagi…harus segera kita selidiki.”
Deni
dan Boni mau masuk ke dalam gedung pemerintahan dengan menyamar sebagai
wartawan untuk mencari berita di pemerintahan tentang isu ini dan itu. Tapi
Deni melihat gerak-gerik mencurigakan dari seseorang yang masuk kantor
pemerintahan.
“Kaya….dari
KPK…Boni.”
“Mana..Deni.”
“Itu
orangnya yang pake baju dines tersebut…yang baru masuk, tapi nyamar. Gaya beda
banget dengan anggota pemerintahan yang bekerja di gedung pemerintahan ini,”
kata Deni tangannya menunjuk.
“Iya…,”
saut Boni.
“Sekarang..misi
di bagi dua. Kamu ke arah sana saya ke arah sini. Jangan sampe ketahuan.”
“Ok
beres.”
Deni
mau masuk ke dalam kantor pemerintahan di halangan petugas penjaga. Untung
wartawan yang lain yang ingin meliput berita tentang komentarnya Pak Wiranto
tentang keamanan di Indonesia. Deni berhasil masuk bersama wartawan yang lain
untuk wawancarai Pak Wiranto.
Sedangkan
Boni berhasil masuk dengan cara nyelinepnya lebih baik lagi saat kerumunan dan
masuk ke dalam gedung. Sambil ikutan wawancara Pak Wiranto….Deni mencari
kesempatan untuk bisa masuk ke ruangan lainnya. Kesempatan ada saat Pak Wiranto…bla..bla
alias bicara di depan kamera langsung deh Deni masuk ke ruangan di mana Dargo
terlihat di situ.
Ternyata
urusan Dargo dan elit politik di dalam ruangan terlalu singkat dan padat. Deni
belum dapet hasil apa-apapun? Di tambah lagi anggota KPK ikutan juga lagi
mengincar elit politik tersebut jadi targetnya.
Dargo
keluar dari kantor setelah pembicaraan selesai dengan elit politik. Tahu- tahu
anggota KPK nyamar nangkap elit politik tersebut dengan bukti uang yang di
serahkan oleh Dargo di simpan pada kotak berkas sepatu.
“Kacau..urusannya..ini
mah…ketangkap KPK…Pak Ruhut ini mah,” kata Deni melihat kejatian tersebut.
Langsung
heboh semuanya Pak Ruhut di tangkap KPK. Wartawan lagi wawancarai Pak Wiranto
langsung meninggalkan sementara waktu untuk meliput Pak Ruhut di tangkap KPK.
Pak Wiranto langsung geleng-geleng melihat Pak Ruhut di tangkap KPK begitu juga
dengan anggota pemerintahan yang lain.
Deni
tambah bingung karena kerjannya KPK duluan menangkap orang yang masuk target
kepolisian.
“OTT
lagi…OTT lagi...,” kata kesal Deni.
Dargo
pun keluar dari gedung pemerintahan langsung deh meninggalkan kehebohan di
dalam gedung pemerintahan mengenai OTT. Dargo mengambil mobilnya di parkiran
dan segera pergi. Deni masuk mobilnya di parkiran dan ternyata Boni sudah ada
di mobil.
“Lama
amat Deni….ayo cepet bawa mobilnya!”
“Iya..sabaran.”
Deni
membawa mobilnya dengan baik mengikuti Dargo. Di dalam mobil sambil ngobrol
Deni dengan Boni mengenai hasil mengumpulkan data target. Boni memberikan kabar
baik pada Deni yang bagus banget. Boni berhasil mendapatkan file data kerja Pak
Ruhut dengan Dargo sebelum anggota KPK menyergap alias menangkap Pak Ruhut.
Sampai
di sebuah gedung kantoran di pinggiran kota Jakarta. Dargo memarkirkan
mobilnya. Deni pun memarkirkan juga, tapi agak sedikit jauh. Dargo keluar dari
mobil menuju tujuannya. Deni dan Boni juga keluar dari mobil juga. Di
perkirakan Deni bahwa Dargo mau masuk gedung perkantoran. Eeeee ternyata di
sampingnya ada gang menuju sebuah kafe, tapi lewat belakang untuk mengelabui
orang sekitar kalau tempat tersebut tempat yang baik.
Deni
dan Boni langsung memberanikan diri untuk masuk ke dalam kafe lewat belakang
mengikuti Dargo. Setelah pintu di buka oleh Deni dan Boni. Walah….gila banget.
Ternyata pabrik narkoba. Dargo langsung melihat Deni dan Boni dan menguruh anak
buahnya menghabisi mereka berdua.
Deni
dan Boni mau gak mau menghajar mereka semuanya. Terjadi pertarungan yang sengit
sampe satu persatu para penjahat di bikin babak belur sama Deni dan Boni. Dargo
melihat kekalahan di pihaknya langsung kabur dengan berlari lewat pintu depan
kafe. Deni mengejar Dargo dengan secepat mungkin. Sedangkan Boni mengeluarkan
pistol untuk mendiamkan para penjahat untuk jongkok di langtai, lalu menelpon
rekan kepolisian yang terdekat untuk menangkap para penjahat.
Dargo
terus berlari dan mau masuk ke dalam mobilnya. Tapi Deni dateng langsung
menendang pintu mobil. Tapi Dargo berhasil menghindar dan tidak terjepit di
pintu mobil. Dargo tidak ada pilihan untuk melawan Deni. Dargo menyerang Deni
dengan tendangan dan pukulan. Deni pun bisa mengimbangi serangan Dargo. Sampe
Dargo di hajar Deni di bagian mukanya sampe muntah darah. Langsung deh Dargo di
tangkap oleh Deni.
Segera
Dargo di bawa di kantor polisi oleh Deni untuk intrograsi. Di dalam ruangan
intrograsi Deni menghabisi Dargo dengan pertanyaan dan sebuah ancaman yang
sifatnya menyakitkan demi membuka mulut siapa yang terkait. Susah payah Deni
membuat aksinya di dalam intrograsi akhirnya Dargo buka mulutnya dan
menjelaskan kronologis yang sebenarnya sampe Pak Ruhut di tangkap KPK.
Deni dan Boni baru tahu ternyata Pak Ruhut di
jadikan korban demi menyelamatkan elit politik yang hendak pergi luar negeri
tepatnya Singapura karena ikut dalam permainan memanipulasi suara untuk
memuluskan jalannya jadi anggota DPR. Sampai di bandara Deni dan Boni langsung
menangkap Pak Yusril karena ada surat penangkapan yang sah dari pihak
kepolisian. Setelah Pak Yusril di tangkap oleh Deni dan Boni langsung data-data
anggota yang terkait dalam memanipulasi suara di daerah-daerah segera di
tangkap oleh jajaran kepolisian.
Komandan
Albret senang dengan kehebatan anak buahnya yang bisa menyelesaikan kasus dan
segera di naikkan pangkat Deni dan Boni. Setelah pangkat Deni di naikkan minta cuti karena
lelah menangkap penjahat begitu juga Boni. Ya…komandan Albret memberikan cuti
kepada Deni dan Boni secara khusus karena berhasil mengungkap kasus.
Baru
sampe di hotel di pinggir pantai untuk bersantai. Deni dan Boni dapet panggilan
tugas oleh komandan Albret untuk menyelesaikan kasus di Malaysia berkenaan
gembong narkotika dan TKI ilegal. Ya…namanya juga tugas. Deni dan Boni segera
meninggalkan hotel langsung ke bandara menuju Malaysia untuk menyelesaikan
kasus.
Karya : No
No comments:
Post a Comment