"Hidup rasanya begini-begini saja," kata Budi.
Budi mengambil tempe goreng, ya serta cabe rawit di piring, ya tempe goreng dan jugs di makan Budi lah.
"Hidup begini-begini rasanya karena Budi masih sendiri. Kalau sudah punya cewek, ya rasanya hidup ini ada artinya," kata Eko.
Eko mengambil bakwan goreng, ya serta cabe rawit di piring, ya bakwan goreng dan cabe rawit di makan Eko lah.
"Memang sih. Kalau sudah punya cewek, ya hidup ini ada artinya. Ya aku masih jomlo, ya lagi berusaha dengan baik mendapat cewek yang jadiin pacar, " kata Budi.
"Ada cerita. Kalau salah memilih cewek, ya hidup jadi ya kecewa," kata Eko.
"Memang sih Eko. Ada cerita. Kalau salah milih cewek, ya hidup jadi ya kecewa. Sebaliknya juga dengan cewek salah memutuskan cowok jadi kekasih, ya jadi ya hidup ini penuh dengan derita banget, ya kecewa. Cerita kenyataan, ya sinetron sampai film," kata Budi.
"Pilih cewek yang punya akhlak yang baik, ya agar tidak kecewa," kata Eko.
"Memang sih pilih cewek yang akhlaknya baik, ya agar tidak kecewa. Kaya Eko memilih cewek dari akhlaknya, ya Purnama, ya jadinya pilihan Eko baik, ya tidak ada rasa kecewa," kata Budi.
"Itu pun aku, ya doa dan usaha dengan baik, ya sampai akhirnya keputusan ku tepat memilih Purnama, ya tetap aku harus membimbing dan menjaganya dengan baik karena aku pemimpin, ya suatu saat menjalankan rumah tangga," kata Eko.
"Urusan cinta tetap saja ada ujiannya," kata Budi.
"Memang sih. Urusan cinta itu ada ujiannya dari hal kecil sampai hal besar, ya sampai putus karena kesalahan orang lain atau kesalahan diri sendiri," kata Eko.
Eko mengambil gelas yang berisi kopi di meja, ya di minumlah kopi dengan baik.
"Kebanyakan kesalahan diri sendiri. Keegoisan diri yang tidak di sadari, ya menyatakan benar padahal salah," kata Budi.
Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi. Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.
"Ego. Kenyataannya memang," kata Eko.
Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.
"Karena...egolah. Urusan cinta jadi busuk seperti buah yang terlihat bagus di luar ternyata di dalamnya busuk," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Oooo iya Eko gimana dengan bantuan pemerintahan untuk orang-orang menjalankan usaha kecil, ya berita di Tv lah?!" kata Budi.
"Sebagai pemuda yang lulusan SMA sih, ya bagus saja sih bantuan dari pemerintahan untuk orang yang menjalankan usaha kecil," kata Eko.
"Aku dan Eko, ya lulusan SMA. Menanggapi berita di Tv tentang orang-orang yang mendapatkan bantuan pemerintahan, ya usaha kecil, ya bagus sih," kata Budi.
"Kadang di pikir dengan baik. Lulusan SMA memang omongannya di denger sama pejabat, ya sebagai masukan atau pujian dari kerjaan pemerintahan yang baik. Malahan yang lebih banyak lulusan Universitas karena kemampuannya dapat meneliti ini dan itu dengan baik," kata Eko.
"Iya sih Eko. Lulusan SMA, ya ilmunya masih kurang dari lulusan Universitas. Ya kurang di denger sama pejabat pemerintahanlah," kata Budi.
"Karena keadaanlah. Aku tidak melanjutkan pendidikan, ya padahal ingin sih melanjutkan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan ku, ya mengikuti perkembangan zaman," kata Eko.
"Aku mengerti keadaan Eko. Kalau sih Eko, ya tidak ingin melanjutkan pendidikan. Sudah cukup aku lulusan SMA dan juga sudah mendapatkan kerjaan yang baik, ya walau gajinya kecil, ya aku bersyukur dengan baik," kata Budi.
"Aku sama dengan Budi, ya syukur sudah kerja dan juga gaji kecil. Kadang ada sih harapan mengubahnya, ya agar jadi orang kaya dengan cepat," kata Eko.
"Tetap berdoa dan usahakan Eko, ya agar harapan tercapai," kata Budi.
"Berdoa dan berusaha, ya agar segala hal yang di harapan jadi menyatakan dengan baik," kata Eko.
"Main catur saja!" kata Budi.
"Ok. Main catur!" kata Eko.
Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Eko dan Budi menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik.
No comments:
Post a Comment