"Iya Ibu," kata Budi dan Eko bersamaan.
Budi dan Eko masuk ke dalam rumah, ya duduk di ruang tamu. Ibu Abdul masuk ke dalam rumah, ya ngurusin uruan kerjaan yang belum selesai.
"Kerjaan Abdul...repot, ya Eko?!" kata Budi.
"Nama juga membangun usaha. Ya repot lah," kata Eko.
Sebenarnya Budi mau main gitar sih karen ada gitar Abdul di taruh di kursi. Ternyata motor Abdul sudah masuk halaman depan rumah, ya di parkir dengan baik. Abdul masuk rumah dan berkata "Budi dan Eko...sudah lama nunggunya?"
"Ya lumayan sih," kata Eko.
"Lumayan nunggunya," kata Budi.
Abdul duduk dengan baik.
"Eko, Budi, makan dulu yuk. Aku lima bungkus nasi goreng. Tiga bungkus untuk kita dan dua bungkus lagi untuk Ayah dan Ibu," kata Abdul.
"Di tawarin makan, ya aku terimalah. Nama juga rezeki," kata Budi.
"Rezeki tidak boleh di tolak, ya pamali kata orang tua," kata Eko.
Abdul memberikan satu bungus nasi goreng sama Budi dan satu bungkus sama Eko. Abdul pun menaruh satu bungkus nasi goreng di meja. Abdul beranjak dari duduknya, ya ke dalam rumah. Dua bungkus nasi goreng di taruh di meja makan. Ibu Abdul sedang mengerjakan kerjaannya, ya menjahit di ruang tengah. Abdul mengambil piring dan sendok, ya di bawa ke ruang tamu. Sampai di ruang tamu, ya Abdul memberikan piring dan sendok pada Budi dan Eko. Ketiganya mulai membuka nasi goreng, ya di alaskan piring masing-masing, ya segera di makan dengan baik nasi goreng yang enak itu.
"Kalau zaman masih sekolah SMA. Kita makan nasi goreng, ya satu bungkus bertiga," kata Budi.
"Iya kaya orang pacaran saja," kata Eko.
"Kenangan masa SMA yang tidak bisa terlupakan," kata Abdul.
Abdul, Eko dan Budi, ya menikmati makan nasi goreng dengan baik baik, ya sampai habis nasi goreng itu dan perut ketiganya kenyang. Abdul mengambil air minum aqua di bawah meja dan di berikan Budi dan Eko. Ketiganya minum aqua dengan baik.
"Dari zaman masih sekolah SMA, ya nasi gorengnya tetap enak," kata Budi.
"Pinter yang membuat nasi gorengnya lah," kata Eko.
"Penjual nasi goreng, ya di jalanin dengan baik usahanya untuk menangulangi ekonomi keluarga dengan baik pula," kata Abdul.
"Oooo iya. Abdul giman kerjaan Abdul?!" kata Budi.
"Syukur alhamdulillah, ya usaha di jalan dengan baik dan di doain dengan baik, ya jalannya pasti baik," kata Abdul.
"Alhamdulillah..jalannya baik," kata Budi dan Eko bersamaan.
"Jadi main remi dulu apa bernyanyi, ya sambil di iringi gitar?!" kata Abdul, ya sambil mengambil gitar di kursi dan ingin di mainkan sih.
"Nyanyi dululah saja!" kata Budi.
"Aku ikut saja," kata Eko.
"Nyanyi lagu apa ya?!" kata Abdul berpikir dengan baik.
"Kenangan Manis saja!" kata Budi.
"Ok. Kenangan Manis," kata Abdul.
"Aku ikut saja," kata Eko.
Abdul main gitarnya dan bernyanyi, ya bersama Budi dan Eko.
Lirik lagu yang dinyanyikan Abdul, Budi dan Eko dengan judul 'Kenangan Manis' :
Cerita lama yang selalu dibawa
Diam-diam hati ini mengerti
Teringat dan jadi ciri tentangmu, tentangmu
***
Abdul, Budi dan Eko selesai bernyanyi, ya Abdul selesai main gitar lah.
"Kenangan itu ada yang buruk ada yang baik kan?!" kata Budi.
"iya memang sih. Kenangan memang ada yang buruk dan baik," kata Eko.
"Kenangan buruk, ya pait berusaha di lupakan dengan baik. Sedangkan kenangan yang baik, ya bisa di bilang kenangan manis, ya tetap di ingat dengan baik dan berusaha tidak di lupakan," kata Abdul.
"Kenangan manis kita bertiga saat SMA, ya sama-sama menyukai satu cewek cantik," kata Budi.
"Putri," kata Abdul.
"Aku sudah lupa tentang Putri," kata Eko.
"Eko. Mentang-mentang sudah jadian sama Purnama. Cerita tentang cewek di masa SMA di lupakan," kata Budi.
"Kan aku tidak ikutan untuk main mendapatkan cinta Putri. Abdul dan Budi yang memaksa aku untuk mainan mendapatkan cinta Putri," kata Eko.
"Memang sih aku dan Budi, ya memaksa Eko untuk ikutan mendapatkan cintanya Putri," kata Abdul.
"Tetap saja Eko setia kawan kan. Jadi ikutan," kata Budi.
"Iya deh aku ikutan mendapatkan cinta Putri di masa SMA. Pada akhirnya. Kita tidak ada mendapatkan cinta Putri," kata Eko.
"Belum sempat menyatakan cinta sama Putri. Ya Putri keburu pindah sekolah, ya karena urusan orang tuanya kerja ke Jakarta," kata Budi.
"Memang gagal mendapatkan cinta Putri sih. Kenangan itu manis kalau di kenang dengan baik, ya Putri kan cewek cantik gitu," kata Abdul.
"Kayanya Abdul. Masih menyimpan rasa cintanya sama Putri," kata Budi.
"Kalau itu sih aku tidak ikutan lagi," kata Eko.
"Hanya cinta di masa SMA. Sekarang sudah lulus SMA, ya fokus dengan urusan kerjaan. Merubah nasif dari orang miskin jadi orang yang mampu dengan baik," kata Abdul.
"Kalau masih berjodoh pasti bertemu dengan Putri," kata Budi.
"Yang bertemu dengan Putri, ya kemungkinan sih Erwin. Kan Erwin di Jakarta," kata Eko.
"Iya juga sih. Erwin bisa bertemu dengan Putri di Jakarta," kata Budi.
"Sudahlah ngomongin Putri. Lebih baik. Main kartu remi saja!" kata Abdul sambil menaruh gitar di kursi kosong.
"Ok. Main kartu remi," kata Eko.
"Main kartu remi," kata Budi.
Abdul sudah mengambil kartu remi di bawah meja dan segera di kocok dengan baik, ya kartu remi. Kartu remi di bagikan dengan baik sama Abdul. Ketiganya main kartu remi dengan baik, ya permainannya cangkulan lah.
No comments:
Post a Comment