"Keadaan lingkungan yang tenang," kata Tono.
Tono membuka bukunya, ya membaca bukunya dengan baik.
Isi buku yang di baca Dono :
Di Myanmar pada dahulu kala, hiduplah seorang raja yang hebat. Raja itu memiliki istana yang indah dan megah. Ia memerintah dengan adil sehingga disenangi rakyatnya. Kesuksesannya berhasil ia raih tidak hanya karena kehebatannya sendiri, tetapi juga karena bantuan penasihatnya yang cerdas dan bijaksana. Suatu hari, si penasihat mendengar bahwa seorang ahli memuji akan datang ke istana. Ia pun segera menyampaikan berita tersebut kepada sang raja.
“Mohon raja berhati-hati, sebab si ahli memuji itu sangat berbahaya,” ujar si penasihat. “Orang itu merupakan ahli memuji terbaik di seluruh negeri. Biasanya setelah memuji, ia akan meminta imbalan yang besar yang disampaikannya secara sangat halus sehingga orang yang dipuji tidak begitu sadar. Tahu-tahu orang yang dipuji itu sudah kehilangan harta dan tanah dalam jumlah yang sangat banyak.”
“Tenang saja, tidak usah khawatir,” jawab sang raja, mantap. “Aku terlalu pintar untuk di tipu. Tidak ada orang yang bisa menipuku. Jadi biarkan saja dia datang ke sini.”
Si penasihat mengangguk-angguk. Meski demikian, ia tetap merasa khawatir rajanya akan teperdaya oleh si ahli memuji, mengingat sebenarnya sang raja menyimpan bibit-bibit kesombongan. Namun, si penasihat segera menepis kekhawatiran itu. Ia mengisi pikirannya dengan harapan agar sang raja benar-benar bisa menghadapi si ahli memuji tanpa tertipu sama sekali.
Beberapa hari kemudian, si ahli memuji benar-benar datang ke istana. Setelah melalui pemeriksaan yang ketat, ia diizinkan untuk bertemu dengan raja. Si ahli memuji langsung bersimpuh tatkala bertemu dengan raja. Ia pun mulai melancarkan aksinya. Ia berkata dengan penuh perasaan, “Sungguh hamba merasa tersanjung setinggi langit karena diizinkan untuk bertemu dengan raja yang hebat dan rupawan seperti paduka. Sungguh beruntung hamba yang hina dan kotor ini bisa berada dalam satu ruangan dengan bangsawan paling mulia di jagat raya.”
“Hamba benar-benar dibutakan oleh sinar keagungan paduka, tuan raja,” si ahli memuji terus melancarkan puja-pujinya.
Sementara sang raja hanya diam mendengarkan si ahli memuji berbicara.
“Hamba dibutakan oleh karisma agung paduka, kemurahan hati paduka, keindahan jiwa paduka. Sungguh, paduka adalah seorang raja yang keistimewaannya tiada bandingannya….”
Si ahli memuji berbicara dengan nada yang indah dan berirama. Hal ini membuat siapa pun yang mendengarnya begitu terpesona. Hanya satu orang yang tetap waspada, yakni si penasihat yang memang sudah meneguhkan hati untuk tidak mempercayai segala perkataan si ahli memuji. Pada satu kesempatan, si ahli memuji berhenti sejenak untuk menarik napas. Kesempatan ini langsung dimanfaatkan oleh si penasihat untuk mengingatkan raja.
“Mohon raja berhati-hati, ucapan dan pujiannya benar-benar dahsyat!”
“Tenang saja, tidak usah khawatir,” sahut sang raja sambil terus memandangi si ahli memuji.
“Seperti yang pernah aku katakan kepadamu, aku tidak akan teperdaya oleh pujiannya. Nanti jika ia sudah melontarkan pujiannya, aku akan langsung mengusirnya dan melarangnya untuk kembali ke sini. Sejauh ini yang ia katakan hanyalah kebenaran.”
Si penasihat tercengang. Rupanya sang raja sudah jatuh ke dalam tipu daya si ahli memuji, dan hal ini tidak disadari oleh raja. Si penasihat cuma bisa geleng-geleng kepala. Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan karena sang raja terus menyangkal nasihat-nasihatnya saat ia sedang berada dalam pengaruh si ahli memuji.
Di akhir pertemuan itu, raja memberikan tanah yang sangat luas dan uang yang sangat banyak kepada si ahli memuji. Raja kehilangan hampir separuh kekayaannya. Beberapa saat setelah ahli memuji pergi, ia pun sadar bahwa ia telah tertipu. Ia sangat menyesal karena tidak berhati-hati seperti yang sudah sering dinasihatkan oleh sang penasihat.
“Hanya orang yang rendah hati yang bisa lolos dari tipu daya si ahli memuji,” gumam si penasihat. “Dan sepertinya raja bukan orang yang seperti itu….”
***
Tono berhenti membaca bukunya.
"Cerita yang bagus berasal dari Myanmar tertulis di buku," kata Tono.
Tono membaca pesan moral yang di tulis di buku "Pujian bisa membuat kita lengah dan kehilangan kewaspadaan. Karena itu, bersikaplah sewajarnya dan tetap rendah hati dalam menanggapi pujian. Senang boleh, tapi jangan berlebihan."
Tono memahami pesan moral yang di tulis di buku dan buku di tutup sama Tono.
"Main game aja!" kata Tono.
Tono beranjak dari duduknya di taman depan rumah, ya masuk ke dalam rumah. Sampai di ruang tengah, ya buku di taruh di rak buku dan Tono segera main game PlayStationnya dengan baik.
No comments:
Post a Comment