Malam begitu larut di pinggir pantai. Dono menunjukkan pada Lesti pemandangan yang indah di malam yang bertabur bintang. Bulan pada saat itu menunjukkan wujud aslinya yang sempurna yaitu purnama.
"Coba tanganmu di keataskan Lesti!" suruh Dono.
"Iya saut Lesti langsung mengangkat tangannya ke atas," kata Lesti.
Dono mengarahkan tangan Lesti ke langit tepat pada purnama.
"Rasakan seakan-akan kamu menyentuh bulan," kata Dono.
"Iya ...saya rasakan seakan-akan menyentuh bulan. Benar-benar sejuk dan lembut," kata Lesti.
Lestipun menarik tangannya begitu dengan Dono. Sedangkan Riski melihat pemandangan purnama yang indah dan berkata "Udah yuk sudah malem pulang," kata Riski.
"Ayo," saut Lesti.
"Baiklah sudah waktunya pulang," kata Dono.
Lesti pun pulang bersama Riski dengan di bonceng dengan motor metik. Sedangkan Dono mengikuti dari belakang pake motor metik juga.
Sampai di rumah. Lesti langsung masuk rumah. Ternyata kakaknya Lesti bernama Wulan sudah menungu di ruang tamu.
"Kak..," kata Lesti.
"Larut pulangnya. Sudah sana mandi dengan air hangat!" kata Wulan.
"Iya kak," jawab Lesti dengan rasa bersalah pulang malam-malam.
Lesti pun melihat ulah kak Wulan di meja sebuah lukisan pemandangan yang indah. Baru Lesti masuk ke dalam untuk berbenah diri. Sedangkan Wulan terus memandangin hasil lukisannya bagus.
"Masa lalu, masa sekarang, saya telah melewati satu persatu. Apa yang di lakukan Lesti. Tak jauh beda dengan masa lalu saya....jalan-jalan melihat indahnya dunia di pinggir pantai," celoteh Wulan.
Wulan pun beres-beres urusan kerjaannya dan untuk tidur. Keesokan harinya. Wulan sudah menyiapkan makan untuk sarapan di meja makan. Lesti dengan rapih langsung ke meja makan. Di comotnya makanan.
"Duduk dulu!" perintah Wulan.
"Maaf Kak.... Lesti buru-buru. Kesiangan."
Sang Ayah baru menyelesaikan pekerjaannya sama kerabatnya dan masuk ke dalam rumah untuk sarapan dan duduk. Lesti segera berpamitan dengan Ayah dan kakaknya. Dengan terburu Lesti keluar rumah.
Wulan pun menyajikan makan untuk Ayahnya.
"Hari ini...Wulan masak sayur lodeh dan ayam goreng krispi. Cobain Ayah masakan Wulan yang enak ini!"
"Iya. Tapi ngomong-ngomong. Jam berapa Lesti pulang kemarin malam?. Kelakuannya liar seperti anak laki-laki. Pada hal Ayah mendidiknya menjadi gadis baik-baik."
"Jam 8......Ayah," kata Wulan yang berbohong pada Ayahnya untuk menutupi kelakuan Lesti.
"Kalau jam segitu gak apa-apa," kata Ayah yang menikmati makan Wulan yang enak.
Lesti dengan terburu-buru membawa motor metiknya melewati jalan-jalan pinggir kota. Ketika persimpangan Lesti di ledek beberapa pemuda yang salah satunya menyukai Lesti. Tetap saja dengan sikap Lesti bertindak semau-maunya membiarka para pemuda yang mengodanya. Terus melajukan motornya sampai ke tokonya. Lesti dengan segera membuka tokonya. Pelanggan pun berdatangan. Lesti segera melayani pelanggan tersebut.
Pemuda yang menggoda Lesti pun menghampiri tokonya. Pemuda itu bernama Ridho mencoba untuk membeli sesuatu di dalam toko Lesti. Sedangkan teman-temannya Ridho bernegoisasi.
"Kita taruhan jika Ridho bisa keluar bersama gadis yang di sukainya," kata Reza.
"Oke..saya ikutan kalau bisa. Berapa taruhannya?" tanya Fildan.
"Gimana kalau Rp 100.000," saran Adit.
"Apa gak terlalu mahal taruhannya," kata Iksan.
"Ah..gak terlalu mahal. Untuk gadis cantik yang di sukai Ridho," kata Reza.
"Ok..saya setuju," kata Fildan.
"Ya..ok..lah," kata Adit.
"Gak ada masalah saya ikut saya,"kata Iksan.
Reza, Fildan, Adit, dan Iksan mengumpulkan uang di sebuah topi. Lalu keempat pemuda duduk di kedai kopi di depannya toko Lesti. Keempatnya memperhatikan tingkah Ridho yang ingin mendapatkan perhatian Lesti.
Pemilik kedai menyajikan makan yang makan dan minuman enak. Apalagi penampilan cantik banget kaya foto model. Tetap saja Reza, Fildan, Adit, dan Iksan cuwekin cewek cantik yang mendatangin merekan. Pemilik kedai sedikit kesal dengan ulah 4 pemuda.
"Cantik-cantik gini di cuwekin. Malah ngurusin cewek toko seberang lagi," kata hati pemilik kedai yang bernama Auliya sambil menyajikan makan dan minuman yang di pesan.
Ridho berusaha mendekati Lesti, tapi susah ngomongnya. Tetap Ridho memberanikan diri setelah Lesti melayani pembeli dengan baik dan keluar dari tokonya. Ridho mendekati orang yang di sukai dan mengajaknya keluar bersama. Lesti sudah tahu gerak-gerik Ridho dan menyuruh keluar dari toko.
"Susah juga ya menaklukkan hati gadis yang di sukai," kata hati Ridho.
Ridho mau keluar dari toko. Tapi melihat di seberang teman-temannya lagi nungguin dia dan berkompromi dengan taruhan. Ridho pun kembali untuk bicara dengan Lesti. Seperti biasanya Lesti tidak menerima Ridho. Karena Ridho sabar menghadapi gadis yang di sukai walau berkali-kali di tolak.
"Lesti keluar sama saya nanti uang taruhannya untuk kamu," kata Ridho.
"Maksudmu?" tanya Lesti.
"Teman-teman saya lagi buat permainan untuk urusan kita ini di depan toko sana," kata Ridho.
Lesti mencoba memastikannya dari dalam toko.
"Ternyata mereka berkompromi," kata Lesti.
"Gimana mau keluar sama saya," ajak Ridho.
"Iya," jawab Lesti.
Lesti dan Ridho keluar dari toko dan menghampiri para pemuda yang asik ngopi di depan tokonya. Keempat pemuda malu di datengin Lesti.
"Terima kasih kalian berempat mendonasikan uang kalian untuk anak yatim piatu," kata Lesti dengan tegas mengambil uang di meja.
Para pemuda pun diam saja dan tidak ada nyali. Lesti pun kembali ke tokonya.
"Sebenarnya gadis itu kerjanya apa sih?" tanya Reza.
"Kerja jualan di toko itu. Sambilannya jadi guru di sebuah yayasan yatim piatu," kata Ridho.
"Jadi uang kami disumbangkan ke yayasan yatim piatu?," tanya Fildan.
"Iya...," jawab Ridho.
"Jadi kamu mengerjain kami," kata Adit.
"Ya...gak juga....," kata Ridho.
"Entar dulu. Tapi gak ada masalahkan uang kita sumbangkan ke yayasan yatim piatu. Nolong mereka lebih baik. Dari pada kita foya-foya uang kita gak ada manfaatnya," kata Iksan.
"Iya..bener..juga," kata Reza, Fildan, dan Adit bergantian.
"Ayo kita kembali ke asrama!" kata Ridho.
"Iya..kembali ke asrama. Tapi yang bayar makan ini kamu," kata Reza.
"Saya..," kata Ridho.
"Sekali-sekali teraktir kamilah teman baik," kata Adit.
"Iya deh," kata Ridho.
Ridho pun mengeluarkan uangnya membayarkan makan untuk teman-temannya. Dan pemilik kedai senang dan tersenyum sama Ridho. Dalam hati Ridho agak sedikit resah "Aneh juga pemilik kedai ini. Cantik dan penampilannya sedikit seronok mau gaet cowok." Lalu Ridho meninggal kedai beserta teman-temannya kembali asrama.
Seusai berjualan di toko segera Lesti menutupnya. Walau sebenarnya hari masih siang hari. Lesti dengan terburu-buru bertemu dengan Riski di suatu tempat yang aman dan nyaman untuk berpacaran. Dono pun ada di situ tapi setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan. Dono, Lesti dan Riski berkeliling daerah sekitar yang moment bagus untuk diambil untuk foto-foto urusan kerjaan Dono sebagai fotografer.
Ketiga bersenang-senang sampai ke pantai melihat keindahannya.
Karya: No
Karya: No
No comments:
Post a Comment