"Selamat Pagi........"
"Selamat Pagi........," jawab Hasan.
"E.......Paman. Masuk, Paman!" sambung Hasan sambil berlari ke arah pintu pagar. Cepat dia membukakan pintu pagar untuk pamannya.
"Mana ibumu?" tanya Paman.
"Ada, sedang mencuci di samping rumah. Paman baru pulang dari mancing, ya?"
"Ya. Semalam Paman mancing dengan kawan-kawan Paman di Pulau Seribu. Ini dapat banyak sekali. Sana bilang pada ibumu suruh ambil ikan ini. Bawa tempat sekalian, ya?"
"Ya, Paman."
Hasan lari ke samping rumah memberitahu ibunya bahwa Paman Taufik datang mengantar ikan. Ibu Hasan meninggalkan cuciannya. Ia segera menjumpai adik almarhum suaminya itu di serambi depan.
"San, bautlah kopi pamanmu!" kata ibu Hasan kepada anaknya.
"Ya, Bu; jawab Hasan sambil menyerahkan panci untuk tempat ikan.
"Aaaa....cocok sekali, San. Ngantuk-ngantuk minum kopi, yang agak manis, ya?"
"Ya, Paman," jawab Hasan.
"Ambil yang banyak, Mbakyu. Untuk di rumah sedikit saja. Saya kan sering mancing."
Ibu Hasan sudah selesai mengambil ikan. Tetapi, Hasan belum muncul.
"San! Mana kopi pamanmu? Kok lama sekali," panggil ibu Hasan.
"Bu, sini sebentar," jawab Hasan dari dapur.
"Aduh, sudah kelas enam, masa tak dapat menyedu kopi," kata ibu Hasan sambil berjalan ke dapur.
"Bukan tak bisa, Bu. Lihat, gulanya banyak semutnya."
"Astagfirullah.......Hasan? Gula ini tak boleh dipakai lagi.
Kotor......." ibu Hasan tampak terkejut dan bingung.
"Hasan beli gula sebentar, Bu."
"Tak ada uang lagi. Uangnya habis untuk belanja tadi."
"Wah, bagaimana, ya? Hasan bilang sama Paman, ya Bu?"
"Sssst...jangan! Malu........"
"Hmm...bagaimana, ya?" Tampak Hasan berpikir keras.
"Ah, mudah, Bu, Paman.....Hasan tawari teh saja. Kalau teh pahit kan biasa? Tapi, kalau kopi tanpa gula kan jarang? Apalagi, Paman tadi pesan kopi yang manis."
"Terserah kamulah.........," jawab ibu Hasan.
Hasan cepat berlari ke depan menjumpai pamannya. Dia memberi tahu pamannya soal semut yang masuk ke gula itu. Paman Taufik itu pun bijaksana. Dia mau minum teh tanpa gula.
Sejak itu Hasan menganggap semut sebagai musuh besarnya. Semut telah membuat malu ibunya. Kopi yang ditawarkan kepada pamannya tak dapat dilaksanakan gara-gara semut.Pada suatu hari Hasan menemukan cara yang sederhana untuk mengalahkan semut. Meja rak kecil di dapur dia beri perangkap anti semut.
Keempat kaki meja itu dia masukkan ke botol plastik yang dipotong bagian atasnya. Ukuran botol plastik ini pas dimasuki kaki meja. Hasan memotong botol plastik yang lebih besar. Potongan botol plastik besar lebih pendek daripada botol plastik kecil. Kaki meja yang sudah tertutup botol plastik kecil itu dimasukkan ke botol plastik yang lebih besar. Hasan lalu minta oli bekas ke bekas ke bengkel tetangganya. Di antara ke dua botol itu dia tuangkan oli bekas.
Meja rak yang sudah berkaki botol itu kemudian dia taruh di dapur. Sisi-sisi meja tidak bersentuhan dengan dinding. Sekarang semua makanan dan minuman di atas meja itu aman dari ganguan semut. Hasan senang dapat menolong ibunya.
No comments:
Post a Comment