Siang hari di pinggiran jalan dekat pertokoan Dono lagi asik minum es cendol. Sedangkan Kasino sedang berbelanja di toko baju di temanni Indro. Sambil menikmati es cendol yang enak Dono melihat keadaan sekitar. Mata Dono tertuju pada seorang ibu-ibu yang baru keluar dari bank. Lalu tiba-tiba Kasino sudah di belakang Dono dan menepuk pundaknya "Minum sendirian." Dono terkejut dan menoleh ke samping "Kamu ..Kasino..ngagetin aja."
"Kalau gak bikin ulah.....bukan Kasino namanya," saut Indro sambil memesan cendol ke pada mamang penjual.
"Ah....bisa aja kamu...Indro," saut Kasino ikutan memesan es cendol ke mamang penjual.
"Belanjanya sudah Kasino....Indro..?" tanya Dono.
"Udahlah belanjanya," kata Kasino.
"Kasino ...dapet barang bagus......," kata Indro.
"Coba...saya lihat!" ujar Dono.
"Niiiii..di plastik putih," saut Kasino sambil menyodorkan plastik putih ke Dono.
Dengan antusias Dono menyambutnya dan mengambil baju yang di beli Kasino.
"Jaket kulit........wahhhhhh....apiknya......... Mahal banget ini jaket ya Kasino?," kata Dono.
"Ah...enggak..gitu mahal kok," kata Kasino.
"Jadi harga jaket kulit ini murah. Atau ini barang kawe," kata Dono.
"Cerita..gak ya," kata Kasino.
"Dono.....sebenarnya Jaket kulitnya asli banget. Tapi Kasino nawarnya gak ketulungan. Penjualnya di sekak Kasino. Wal hasil ya...dapet deh harga miring," saut Indro.
"Pembeli...yang pinter... Kamu Kasino," puji Dono.
"Ya..begitu...lah saya," saut Kasino.
Saat asik Dono, Kasino, dan Indro asik ngobrol di temenni es cendol yang enak sekali. Sebuah motor melaju dengan cepat sekali dan merampas tas Ibu-Ibu yang keluar dari bank.
"Jamret......," teriak Ibu-Ibu.
Semua orang terkejut dengan kejadian penjamretan di pinggir jalan. Dono, Kasino, dan Indro langsung membayar minuman cendolnya ke mamang penjual. Dengan tanggap mengejar penjamret dengan motornya. Dengan cepat ketiganya membawa motornya masing-masing. Dono cepat membawa motornya mengejar penjamret dengan mengekor dari belakang. Sedangkan Kasino dan Indro langsung mengkol ke gang kecil.
Dengan susah payah Kasino menabras jalan kecil dan begitu juga dengan Indro. Kasino melaju dengan cepat dan berhenti di depan jalan begitu juga Indro. Si penjamret menghentikan motornya dengan mendadak.
"Mau lari kemana penjahat!" kata Kasino.
"Brengsek," kata penjahat dengan balik arah motornya.
Ternyata Dono sudah di berdiam diri menghadang si penjamret.
"Ettttt........gak bisa lari," kata Dono.
"Brengsek.....saya terjebak," kata penjamret.
Si pejamret turun dari motor dengan mengeluarkan sebuah pisau kecil menuju Dono. Terkejutlah Dono dengan perlawanan si pejamret. Si penjamret menyerang Dono. Dengan cepat Dono berhasil menghindari serangan si pejamret. Kasino dan Indro dengan berlari membantu Dono dalam pertarungan yang tidak menguntungkan.
Indro langsung menerjang si penjahat dengan tendangan maut. Si pejahat terkena tendangan Indro sampai tersungkur di jalan beraspal. Kasino langsung menambahkan tendangan ke muka penjahat dengan sangat kuat sampai patah giginya. Si penjahat memuntahkan darah ke jalan beraspal.
"Bisanya.....main kroyok.....gue bilangin Abang gua loe," kata si penjahat.
"Idih.......penjahat kok nangis," kata Dono.
"Namanya juga penjahat kacangan.......," saut Indro.
"Dasar penjahat amatiran," saut Kasino.
Si penjahat bangun dan berlari dengan cepat menuju gang kecil. Dono mau menangkapnya, tapi si penjahat licin banget dan berhasil kabur.
"Dono gak..usah di kejar lagi si penjamret. Barang yang di jamret udah di tangan kita," kata Kasino.
"Biarin.....aja..Dono..dia kabur.....capek ngejarnya," ujar Indro.
"Tapi...nanti....si penjahat itu bisa manggil bala bantuan," kata Dono.
"Engak mungkin ah," kata Kasino.
"Udah....Dono...abaikan saja," saut Indro.
Dono, Kasino, Indro naik motor masing-masing kembali ke tempat Ibu yang di jamret. Selang berapa saat sampai di tempat Ibu yang di jamret dan ke tiganya memarkirkan motor di pinggir toko. Dono, Kasino, dan Indro mengembalikan tas yang berisi uang ke pemiliknya. Tiba-tiba suasana makin mencekam. Warga pada ke takutan sekali. Melihat segerombol preman dateng menuju ke arah Dono, Kasino, dan Indro.
"Takut......Indro," kata Dono bersembunyi di belakang Indro dan Kasino.
"Jangan....takut...kita hadapin bersama," kata Indro.
"Iya..jangan takut...kita lawan para preman pasar daerah sini dengan kekuatan kita bertiga," kata Kasino.
"Kalau begitu saya berani melawan mereka semua," kata Dono dengan percaya diri.
Bos preman berhadapan dengan Dono, Kasino, dan Indro.
"Jadi kalian bertiga yang telah menghajar adik saya....?," tanya bos preman.
"Engak kok," ngeles Dono, Kasino, dan Indro.
Lalu keluarlah si penjamret yang di hajar Kasino dan Indro.
"Mereka..bertiga yang menghajar saya.....Abang," kata si penjamret adiknya bos preman pasar.
"Wahh...bener-bener...kacau," kata Dono.
"Bener-bener brengsek ini..orang," kata Indro.
"Kalau saya...tahu masalahnya makin kacau. Saya matiin aja...tuh anak," kata Kasino.
"Kalian bertiga tidak bisa menyangkal lagi," kata bos preman pasar.
"Iya..bener..kami yang menghajar si brengsek itu," kata Kasino.
"Hajar.......mereka bertiga!" perintah bos preman.
"Tunggu.....dulu," kata Dono.
Bos preman dan anak buahnya sontak menghentikan serangan mereka. Dono langsung mengeluarkan Hpnya.
"Saya..akan mengeluarkan teman terbaik saya yang akan menolong saya..," kata Dono dengan percaya diri.
"Maksudnya...Dono?" tanya Indro.
Bos preman dan anak buahnya tertawa ngakak dengan ulah Dono.
"Dono....jangan pake Digimon.. Pake punya saya. Wayang," kata Indro.
"Wayang Gatot Kaca ya..Indro?," tanya Dono.
"Ya..iyalah.....," jawab Indro.
Bos preman dan anak buahnya tertawa lagi ngakak dengan ulah Dono dan Indro.
"Udah-udah...Dono dan Indro. Kali ini biar saya yang mengambil alih semuanya. Biar saya bereskan persoalan ini semua dengan benda ini," kata Kasino sambil mengeluarkan benda mistis dari tasnya.
"Haaaaa.........Jalangkung," terkejut semua orang melihat benda yang di pegang Kasino.
Kasino langsung membaca mantra pada boneka jalangkung "Jalangkung...Jalangsik di sini ada pesta kecil-kecilan main yuk." Kasino terus membaca mantra tersebut sampai 7 kali. Fenomena terjadi pada boneka jalangkung. Terbanglah jalangkung ke udara, lalu energi masuk ke dalam boneka jalangkung. Hari terang benderang menjadi gelap gulita. Semua orang melihat dan merasakan fenomena alam yang ganjil.
Jalangkung menunjukkan wujud sejatinya. Roh menyelimuti boneka jalangkung. Bos preman dan anak buahnya lari terbirit-birit karena ketakutan. Para warga sekitar pun kocar-kacir semua dan pulang ke rumah masing-masing dan toko-toko di pasar pun langsung tutup. Begitu juga Ibu-bu yang di tolong Dono, Kasino, dan Indro lari terbirit-birit pulang ke rumahnya. Suasana pasar menjadi sunyi dan senyap.
"Gimana..ini..Kasino..semua orang pada ke takutan sama jalangkung," kata Dono.
"Kamu..sih..Kasino..bawa jalangkung. Ya..pada takut..semua sembunyi dalam rumah. Melihat wujud asli dari jalangkung," kata Indro.
"Ya..mau gimana lagi? untuk preman pasar yang banyak banget dengan cara paling tepat adalah ketakutan," kata Kasino.
"Padahal...preman pasar itu...yang menciptakan ketakutan duluan. Eh..kalah dengan pegangan Kasino..yang menyeramkan. Dasar manusia," kata Dono.
"Ya..udah...Kasino semua orang udah pada lari ke takutan sama jalangkung. Kita sudah aman dari marabahaya," kata Indro.
"Ok..beres...saya akan membalikkan jalangkung seperti biasanya," kata Kasino.
Kasino langsung mengeluarkan sebuah benda dari dalam tasnya. Sebuah botol berisi minyak menyan di buka oleh Kasino dan di berikan ke jalangkung yang di selimuti oleh roh. Lalu roh mengambil botol yang berisi minyak menyan. Mengisaplah roh pada minyak menyan sampai habis.
"Kenyang........," kata roh yang menyelimuti jalangkung.
Dengan sekejab roh menghilang dan suasana yang tadinya gelap menjadi terang benderang. Kasino langsung mengambil botol minyak menyan dan boneka jalangkung yang tergeletak di jalan aspal dan di masukkan ke dalam tas.
"Beres..semuanya...," kata Kasino.
"Ayo pulang," kata Indro.
"Iya..pulang," saut Dono dan Kasino.
Dono, Kasino, dan Indro bergerak menuju motornya di parkiran pinggir toko. Lalu ketiganya membawa motor dengan santai pulang ke rumah.
No comments:
Post a Comment