Langit yang cerah sekali Dono berlarian di kaki bukit bersama dengan Kasino dan Indro. Ketiganya sangat gembira sekali bermain bersama main perang-perangan dengan menggunakan kayu bambu yang di buat pedang-pedangan. Mereka bermain sampai waktu matahari telah di atas kepala. Lalu Dono, Kasino, dan Indro turun bukit menuju ke tempat sebuah gubuk dekat pinggir pematang.
Pak Tani lagi lagi asik sekali istirahat setelah kerja membajak sawah di hari yang panas. Dengan bekal bawaannya Pak Tani menikmati makan siangnya. Dono, Kasino, dan Indro sampai di gubuk, lalu ikut menikmati makan siang bersama Pak Tani. Setelah kenyang perut Dono, Kasino, dan Indro di suruh Pak Tani memandikan kerbau ke sungai.
"Baik....Pak," jawab Dono, Kasino, dan Indro serempak.
Lalu ke tiganya keluar dari gubuk membawa kerbau ke sungai. Dono, Kasino, dan Indro secara bergantian menaiki kerbau. Dengan senangnya mereka bermain di atas punggung kerbau sambil bernyayi. Sampai di sungai ke tiganya terus memandikan kerbau sekalian mereka membersihkan diri. Setelah semuanya bersih Dono, Kasino, dan Indro membawa kerbau pulang ke rumah dan langsung di kandangkan.
Hari mulai malam. Pak Tani menyuguhkan makan malam untuk ke tiganya. Dengan senangnya Dono, Kasino, dan Indro menikmati makan malam setelah berganti pakaian. Pak Tani asik duduk di depan rumah melihat gelapnya malam di hiasi oleh bulan sambit dan bintang bertaburan di langit.
Setelah selesai makan seperti biasnya Dono membuatkan kopi panas untuk Pak Tani dan di bawa ke depan rumah.
"Pak silakan di minum kopinya..selagi hangat," kata Dono yang santun.
Pak Tani langsung mengambil gelas yang di suguhkan Dono.
"Terima..kasih..ya nak," kata Pak Tani.
Kasino pun membawa ubi rebus sebagai teman minum kopi dan di taruh di samping Pak Tani.
"Pak silakan cicipi ...ubi rebusnya," kata Kasino.
"Iya....nanti Bapak makan. Perut Bapak masih kenyang sekali," kata Pak Tani.
Sedangkan Indro mulai menghidupkan obor untuk penerangan di depan rumah. Lalu Dono, Kasino, dan Indro mulai berlatih silat. Pak Tani dengan guru yang baik membimbing ke tiga muritnya agar menghafal jurus demi jurus silat. Dengan sangat tekunnya mereka berlatih silat sampai tangkas. Terkadang Pak Tani ke tiganya adu tanding secara bergantian untuk menilai kelebihan dan kekuarangan mereka.
Pak Tani senang sekali dengan ke tiganya karena semua ilmu yang di turunkannya di serap dengan baik. Setelah berlatih silat ke tiganya pun masuk ke dalam rumah beserta Pak Tani untuk beristirahat. Waktu terus berlanjut seperti biasanya. Dono, Kasino, dan Indro pun dewasa menjadi pemuda yang gagah perkasa.
Lalu Pak Tani menceritakan tragedi keluarga Dono, Kasino, dan Indro yang di bunuh oleh kompeni. Mendengar cerita Pak Tani dengan seksama. Dono, Kasino, dan Indro sangat marah sekali. Dengan izin Pak Tani. Dono, Kasino, dan Indro berniat untuk menghancurkan kompeni membunuh orang tua mereka bertiga.
Mulai perjalan ke tiganya menuju daerah jajahan kompeni dengan membawa kerbau. Lalu berbaur dengan warga desa dan akhirnya Dono, Kasino, dan Indro berhasil mendapatkan banyak informasi. Di sebuah persembunyian di tengah hutan Dono, Kasino, dan Indro mulailah menyusun rencana. Setiap malam mereka bertiga bergantian menghabisi para kompeni satu persatu tanpa ketahuan.
Teror pembunuhan tersebut membuat resah kompeni dan warga desa. Tapi Dono, Kasino, dan Indro terus berdiam seribu bahasa. Walau terkadang terdesak oleh kompeni dicurigai mereka dalang pembunuhan. Sampai-sampai kerbau kesayangan mereka bertiga di rampas. Karena ke pintaraan ke tiganya menyembunyikan sesuatu yang berbau busuk dengan rapih. Tuduhan kompeni ke Dono, Kasino, dan Indro pun di cabut. Tapi rencana tetap rencana. Teror pembunuhan pun di lakukan sampai pemimpin mati dan akhirnya terbebaslah warga desa dari jajahan kompeni.
Dono beserta kawan-kawannya membangun kembali desa tempat kelahirannya dengan baik. Setelah berangsur-angsur dijajah oleh kompeni. Akhirnya buah manis di rasakan ke tiganya. Warga desa menikmati hasil dari sebuah kebebasan. Dono, Kasino, dan Indro menyelesaikan misinya dan kembali pulang rumah Pak Tani. Dengan membawa kerbau kesayangan mereka. Tapi ternyata mereka bertiga hanya bisa melihat Pak Tani telah meninggal dunia di dalam gubuk sendirian. Dono, Kasino dan Indro menangis dengan tersendu-sendu orang yang membimbing mereka bertiga telah tiada. Akhirnya mereka bertiga menguburkan Pak Tani dengan layak. Lalu Dono, Kasino, dan Indro melakukan kegiatan setiap hari seperti Pak Tani. Membajak sawah dan berlatih silat.
No comments:
Post a Comment