Malam yang larut di tengah kota Malang. Dono keluar dari mesjid bersama Ibunya yang Linda. Dengan langkah kecil Ibu dan anak di muka bumi ini sampai ke rumah yang gubuk. Dono membuka pintu rumah dengan kunci. Seperti biasa Ibu memperhatikan selokan depan rumahnya dan berkata "Dono siapa yang buang sampah pelastik di selokan depan rumah." Dono mendengar suara Ibunya berceloteh mau masuk rumah gak jadi dan malah menghampirinya. Dono pun bicara kepada Ibunya "Biasa Ibu kalau gak orang lewat ya......tetangga kita yang tidak suka dengan kita dengan alasan satu malas membuang sampah pada tempatnya dan ke dua sengaja menunjukkan dirinya..... rumahnya...bersih tetapi sampah di buang di selokan tetangganya jadinya sok suci.
"Ohhhh," saut Ibu.
"Ya..udah besok pagi Dono bersihin selokan yang penuh sampah," kata Dono.
"Jangan sampai lupa ya," saut Ibu.
"Beres," saut Dono.
Ibu Linda bergerak masuk ke dalam rumah. Dono ikut masuk rumah. Tapi Dono mundur lagi dan teringat dengan pekerjaan yang di tunda siang hari. Lalu Dono bergerak menuju samping rumah dan mengambil batang bambu yang ujungnya di ikatkan bendera merah putih. Dono membawa bambu ke depan rumah dan langsung memasang bambu dekat pohon mangga. Bendera merah putih perkibar di tiup oleh angin malam. Dono seperti biasanya menunjukan penghargaannya pada sang saka merah putih sambil berkata "Hormat gerak." Dono langsung melakukan gerakan menghormat pada bendera merah putih.
Setelah melakukan penghormatan pada bendera merah putih Dono bergerak masuk ke dalam rumah dan menaruh kitab Al Quran dan Hadist yang berada pada tas ranselnya dan di taruh di atas meja. Tiba-tiba motor berhenti di depan rumah. Dono ingin menutup pintu rumah.Terlihatnya si Kasino turun dari motor dan mendekati Dono.
"Asalamualaikum.......," kata Kasino dengan lantang.
"Walaikum salam wahai sahabat lama. Ada angin apa membawa mu main ke rumah saya yang gubuk ini?" kata Dono.
"Biasa Dono...ngobrol," kata Kasino langsung duduk di kursi depan rumah.
"Oh.....ngobrol .....saya kira in..mau nawarin saya kerjaan," kata Dono sambil duduk di sebelah Kasino.
"Jangan membicaraan kerjaan Dono saya lagi pusing," kata Kasino.
"Kenapa?" tanya Dono.
"Saya..nganggur......," kata Kasino.
"Wah..kalau kamu nganggur..saya bagaimana?..gak dapet kerjaan dong," kata Dono.
"Masih nyeleneh aja Dono..............kamu kan punya kerjaan ngebon," kata Kasino.
"Iya..sih tapi..biasanya dapet kerja tambahan dari kamu. Lumayan bisa beli sepatu bola," kata Dono.
"Eeeeee........saya kirain uangnya untuk Ibu kamu. Ehhhhh..malah untuk hoby kamu yang main sepak bola," kata Dono.
"Namanya juga hoby," saut Dono.
Tiba-tiba Kasino memperhatikan bendera merah putih yang berkibar dan memperhatikan lingkungan sekitar dengan jelas sekali.
"Dono....kamu sudah masang bendera merah putih depan rumah kamu?," tanya Kasino.
"Iya. Kan sebenar lagi perayaan 17 Agustusan.... kemerdekan Indonesia," kata Dono.
"Itu sih saya..tahu.., tapi kenapa di lingkungan kamu belum masang ya?," kata Kasino.
"Ahhhh..itu sih ...berdasarkan kesadaran masing-masing orang di tiap rumah di lingkungan sini," kata Dono.
"Oiiiia juga. Pada hal saya belum masang bendera merah putih depan rumah," kata Kasino.
"Eeeeee.....sami mawon......," kata Dono.
Lalu tiba-tiba hpnya Kasino berbunyi di dalam saku celananya. Obrolan Dono dan Kasino terhenti begitu saja. Kasino sibuk dengan telpon telponannya. Dono jenuh melihat Kasino yang berbicara panjang lebar lewat Hpnya. Dono masuk ke dalam rumah dan mengambil tas ransel yang berisi Al Quran dan Hadist di atas meja. Dono pun bergerak menuju kamarnya.
Di dalam kamar Dono membuka tas ransel dan menaruh Al Quran dan Hadist di rak buku sedangkan tas ransel di taruh di atas meja belajar begitu saja. Kasino pun menyelesaikan pembicaraannya lewat Hpnya dan mulai berteriak dengan suara kecil memanggil nama Dono.
Sontak Dono pun mendengar panggilan Kasino, lalu bergeraklah Dono dari kamarnya menuju depan rumah.
"Ada apa Kasino?" tanya Dono.
"Ada kerjaan malam ini," kata Kasino.
"Kerjaan apa malam-malam begini?," tanya kembali Dono.
"Biasa..transaksi jual beli motor bekas..... lumayan Dono...rezeki malam ini," kata Kasino.
"Kalau transaksinya berhasil saya bisa beli sepatu bola," kata Dono.
"Ah..itu beres...yang penting ikut saya!" kata Kasino.
"Ok beres itu," saut Dono.
Kasino langsung bergerak menuju motornya sedangkan Dono menutup pintu rumahnya. Baru Dono duduk di jok motor bersama Kasino. Dengan perasaan senang Kasino membawa motornya ke rumah orang yang mau membeli motor bekas. Selang berapa saat sampai di tujuan Dono dan Kasino. Terlihat orang yang mau bertransaksi dengan Dono dan Kasino di depan rumahnya. Mulailah pembicaraan yang cukup alot sama pembeli motor bekas. Karena Kasino kawakan dengan urusan jual beli barang bekas akhirnya transaksi berhasil dengan gemilanng dengan pembayaran di muka oleh si pembeli. Kasino langsung menyerahkan motornya ke si pembeli. Dono pun terkejut sekali dengan ulah Kasino yang menyerahkan motornya.
Kasino masih sibuk menghitung uang dari transaksi jual beli. Lalu Dono mendekati Kasino.
"Kasino..jadi motor kamu di jual?" tanya Dono.
"Iya.... Kenapa?" kata Kasino.
"Saya kirain..motor bekas di dari link kamu," tanya Dono kembali.
"Memang ia saya tawarin motor bekas link saya. Ya..itu yang saya pakai dan saya jual," kata Kasino.
"Jadi...tuh..motor barang jualan kamu?" tanya Dono.
"Ya....iya..lah Dono....itu motor barang jualan saya. Kaya gak tahu saya. Nih uang untuk kamu beli sepatu sepak bola," kata Kasino.
"Alhamdulilah..........Kasino...rezeki saya malam ini....... Saya jadi beli sepatu sepak bola yang baru," kata Dono.
"Ayo..kita pulang!" ajakan Kasino.
"Ayo," saut Dono.
Kasino dan Dono pun pergi meninggalkan rumah si pembeli motor bekas dengan berjalan kaki di malam yang larut sampai menemukan tukang ojek di pinggiran gang.
No comments:
Post a Comment