Siang hari yang cukup panas. Dono duduk di bawah pohon rimbun sambil minum dan makan-makan kecil yang di bawanya. Terlihat suasana tenang dan damai. Indro langsung ikutan makan dan minum bersama Dono di bawah pohon rindang.
"Laper banget ....Indro," tanya Dono.
"Lumayan...laper. Abisnya....capek membersihkan kebon orang. Lumayan uangnya untuk kebutuhan sehari-hari," saut Indro.
"Oh..ya...Indro kemarin kemana kamu?" tanya Dono.
"Biasa...lah......ke bank," jawab Indro.
"Orang..kaya masuk bank....bagi-bagi rezeki dong," kata Dono.
"Ah.......cuma ngurusin urusan penting tapi gak penting juga. Cuma ganti nomor hp aja di sistem bangking internet. Agar mudah aksesnya," Ujar Indro.
"Urusannya....beres...?," tanya Dono.
"Urusannya...sih beres....di cabang kantor banknya. Eh satu hari berikutnya gak bisa. Padahal katanya 1 jam akses bisa di jalanin," penjelasan Indro.
"Ah......itu...biasanya jaringan internetnya bermasalah kalau gak sih sistem birokrasi banknya minta data di sesuaikan dengan zaman sekarang," kata Dono.
"Kalau itu sih sudah Dono. Sampai saya tegaskan. Tetap saja bermasalah satu hari ini. Jadi urusan kerjaan saya terbengkalai. Pada hal saya mau main aplikasi lagi. Siapa tahu menghasilkan?. Tapi ketegasan sistem inilah yang membuat ribet. Mau gak mau ngurus ke bank lagi. Cuma ribet aja dengan pegawai bank. Dulu niat baik mau menabung di salah satu bang swasta di tolak. Alasanya KK dan KTP lama gak sesuai. Pada hal hanya kesalahan teknis saja. Saya pun memaklumi selama ini. Maka saya tunda dulu. Mending kerja ngurusin kebon orang di banyar langsung lagi. Dulu banyak pegawai bank mengemis dan sampai-sampai iklan sedemikian rupa di buat agar banyak orang mau menjadi nasabah. Sekarang jangan berharap lah hidup enak kadang juga susah di bikin susah. Karena semua gara-gara sistem pemerintahan dan swasta yang di buat manusia," kata Indro.
"Memang ribet urusannya dengan bank. Karena kita harus mengurus sistem birokrasi baik berdasarkan data KK dan KTP Elektrik demi mensukseskan proses pembangunan berdasarkan program pemerintahan. Pada hal kenyataan di lapangan sampai pemberitaan di sesuaikan. Masih banyak yang belum membuat KTP Elektrik dan akhirnya masalahnya berkepanjangan mengenai korupsi. Pada hal orang kecil seperti kita lebih senang damai aja tidak ada persoalan," kata Dono.
"Iya...lah damai aja. Mau gak mau saya harus memperbaiki data KK dan KTP agar bisa menyelesaikan urusan di bank. Masalahnya ....uang lagi. Dapetnya sedikit..pengeluaran banyak," kata Indro.
"Maksudnya? Pungli....di setiap sistem kerja pemerintahan," kata Dono.
"Ya..begitulah. Demi nyari hidup bagi orang-orang yang terjepit ekonomi keluarga. Pada hal mereka sendiri yang menciptakan ekonomi mereka terdesak. Buat anak lagi. Kalau anak di didik jadi baik atau sebaliknya membangkang jadi anak durhaka. Kaya anaknya mang Diman. Bandelnya bukan main. Harta habis untuk berfoya-foya, judi, mabok-mabokan, narkotika dan main dengan pelacur lagi," ujar Indro.
"Astafirohul azim.....sampai segitunya.... Memang susah mendidik anak. Apalagi pergolakan dunia ini tidak menentu. Udah kerjaan cuma garap tanah orang di tambah masalah birokrasi yang rumit jadi beban berat lagi. Apa lagi ditambah milih pemimpin Indonesia yang membuat pernyataan bahwa bisa memperbaiki negeri dan terbebas KKN. Eh....malah...........beneran KKN di mana-mana. Sampai ada yang tertangkap tanggan oleh KPK urusan uang pelancar ini dan itu. Apa lagi berkaitan dengan bank pula!?. Tambah citra bank di swasta tambah jelek," ujar Dono.
"Bener-bener.................kacau. Kalau begitu saya mau kerja lagi beresin kebon lagi," kata Indro.
"Iya...saya juga. Istirahat saya cukup. Saya mau melanjutkan membereskan kebon ini juga," saut Dono.
Indro langsung pergi ke area tempat ia menggarap kebon orang. Sedangkan Dono langsung membersihkan dan sekalian menanam di kebon. Dono pun tiba-tiba terdiam dan berpikir "Bukannya ini kebon Om saya jadi masih ada sanak famili. Tetap aja di pikir waras juga ngurusin kebon orang. Toh saya di kasih uang juga dari hasil kebon. Ah ini mah sama aja kedudukannya sama dengan Indro."
Dono kembali mengarap kebon dengan semangat 45. Sampai waktu sore hari Dono berhenti. Pulang Dono ke rumah bersama Indro. Di tengah jalan bertemu dengan cewek demenannya.
"Dono itu.........Wuuuuuuuulan........," kata Indro.
"Iya..saya tahu," jawab Dono.
Dono pun melihat bunga di pinggir jalan dan ingin memetiknya. Ketika tangan Dono mulai memetik ada seekor ulat mengrayangi tangan Dono.
"Ulat.......," teriak Dono.
"Kenapa Dono?," tanya Indro.
"Ulat..mengrayangi tangan saya," jawab Dono.
Wulan melihat Dono yang bertingkah konyol tertawa kecil. Lalu Dono dan Indro memperhatikannya. Lalu Wulan langsung menghentikan tawanya dan pergi begitu saja meninggalkan Dono dan Indro.
"Dek...Wulannnnnnnnya...pergi....Indro," kata Dono.
"Udah-udah jangan menangis............nanti ke temu dek Wulan lagi," ujar Indro.
"Dimana Indro ke temunya?," tanya Dono.
"Di kuburan.......," nyeleneh Indro.
"Setan...dong," kata Dono.
"Bukan Setan....................tapi Ghost....yang lagi ngetren salah satu chenel Tv," kata Indro.
"Itu..sih..sama...aja.......Setan juga namanya Indro," saut Dono.
"Saya juga..tahu....ayo pulang keburu ke malaman pulang ke rumah. Nanti setan beneran dateng," kata Indro.
"Iiiiiii....takut," saut Dono.
Dono dan Indro mempercepat langkah kakinya pulang ke rumahnya masing-masing.
No comments:
Post a Comment