CAMPUR ADUK

Monday, January 7, 2019

PIANO HATI RENA

Keluarga Darmiati ingin sekali membeli piano, sebab semua anggota keluarga Darmiati menyukai musik. Rencana membeli piano ini sangat didukung Rena. Di dalam dirinya ada semangat membara untuk mahir bermain piano. Setelah bermusyawarah, akhirnya keluarga Darmiati sepakat membeli piano. Rena senang sekali ketika papanya memutuskan ini. Dengan riang ia ikut papanya pergi ke toko alat musik.

Hari Jumat, hari yang sangat ditunggu-tunggu Rena. Truk pembawa piano yang dibeli Papa akan datang ke rumahnya. Rena dan kakaknya, Sari, sudah menyiapkan tempat untuk menaruh piano itu.

Papa punya kamar kerja. Kamar kerja itu luas sekali. Pada hanya mengisinya dengan meja komputer dan rak buku. Ketika membeli rumah ini, Papa kebingungan hendak digunakan untuk apa kamar yang satu itu, akhirnya digunakan untuk kamar kerja. Nah, karena tempatnya masih luas Rena dan Sari memutuskan pianonya ditaruh di sana saja. Lagi pula, akhir-akhir ini Papa jarang memakai komputer kamar kerja dan lebih sering bekerja di laptop milik kantor. Rena, Sari, atau siapa pun bakal bisa bebas berlatih piano tanpa mengganggu Papa. Teng....teng...teng - teng - teng - teng....

"Rajinnya anak Mama!" ujar Mama senang sambil membawakan susu. Sore itu Rena sedang berlatih piano. "Makin pintar kamu, Ren. Mama senang punya anak pintar seperti kamu."

"Rena cinta musik, Ma. Bagi Rena, musik itu indah. Dan musik yang paling indah menurut Rena adalah dentingan piano. Terasa begitu mengalun di hati," ujar Rena sambil memainkan lagu-lagu lainnya.

"Sebenarnya kepada kamu menyukai musik? Aya yang membuatmu ingin belajar piano?" tanya Mama.

"Soalnya Rena dilahirkan dalam keluarga yang suka musik. Papa, Mama, Kak Sari juga pecinta musik, kan? Masa Rena jadi pecinta..... pecinta olahraga gulat? Ya nggak lucu dong, ma," canda Rena.

Mama tertawa. "Mama daftarkan saja kamu ke tempat les piano ya, Ren? Bakat pianomu jangan disia-siakan, harus dikembangkan."

"Wah, nggak usah, Ma. Nggak usah repot-repot. Rena cinta musik, nggak berarti harus les musik juga dong. Lihat aja Kak Sari, pinter banget nyanyi, tapi nggak ikut les nyanyi."

Setiap hari kamu selalu menggunakan waktumu untuk main komputer, main sama teman-teman, bersepeda, dan lainnya. Sayang jika waktumu tidak digunakan untuk hal yang lebih berguna. Hidup jangan disia-siakan!"

Rena terdiam. "Iya sih, tapi kalau Rena ikut les piano, nanti jadi nggak ada waktu buat kumpul-kumpul sama teman-teman anggota Musical Do Re Mi."

"Apa? Musical Do Re Mi itu apa, Ren?" tanya Mama penasaran.

"Rena punya kelompok, Ma. Ketua kelompoknya Shanti. Kami menamakannya Musical Do Re Mi karena anggotanya semua pecinta musik. Rena baru saja bergabung dengan kelompok itu," jelas Rena. "Sebenarnya sih nggak susah untuk jadi anggota kelompok itu. Cuma harus memenuhi syarat aja."

"Oh, begitu...,"

"Shanti punya kertas yang isinya syarat-syarat jadi anggota. Syaratnya banyak sekali, kurang lebih ada dua puluh lima syarat. Rena nggak usah menuhin semuanya, Rena bisa milih. Di antara syarat itu, ada syarat  harus bisa jago main piano dan punya piano. Lalu ada juga syarat yang bilang anggota harus punya banyak waktu buat kumpul-kumpul, rapat, atau jalan-jalan. Rena pilih dua syarat itu. Makanya...."

"Makanya kamu mendukung sekali rencana membeli piano?"

"He-eh."

"Rena, Rena! Mama pikir kamu mau serius menekuni dunia musik. Ternyata hanya untuk memenuhi persyaratan Shanti saja. Ren, di rumah ini, yang paling banyak punya waktu untuk latihan piano itu cuma kamu. Kak Sari sibuk belajar, Papa sibuk kerja, Mama sibuk mengurus rumah. Tapi kerjaan kamu sehari-hari, selain sekolah itu maiiin saja. Kalau begitu, piano ini akan sia-sia!" tegur Mama.

"Piano ini mahal, Ren. Kalau tidak terpakai, banyak uang yang terbuang percuma. Lagi pula kamu punya bakat main piano. Siapa tahu kalau serius menekuni dunia musik, kamu bisa jadi musikus yang terkenal di seluruh Indonesia atau bahkan mancanegara. Kalau berlatih serius dan giat, bukan sekedar main-main, siapa tahu nanti ada orang yang mendengar permainan pianomu yang bagus, terus menawarimu tampil di panggung besar. Kalau kamu nggak mau, bisa-bisa orang lain yang dapat kesempatan itu. Terus kalau dia jadi musikus terkenal, mewakili Indonesia ke perlombaan musik sedunia, bagaimana? Kamu bakal menyesal, kan? Hidup itu harus diisi kegiatan-kegiatan berguna!" Nasihat Mama panjaaaang-lebar.

Rena terdiam. Ucapan Mama benar juga. Piano itu kan mahal, sayang banget kalau disia-siain. Lagi pula yang paling banyak punya waktu untuk setia main piano kan cuma dia sendiri.

Ah....hari Rena jadi terusik. Kini di hatinya tertanam keinginan untuk lebih dalam lagi mempelajari musik.


Karya: Sri Izzati

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK