CAMPUR ADUK

Monday, January 7, 2019

SETELAH KEPERGIANKU

Ku tak bisa menggapaimu

Tak’kan pernah bisa

Walau sudah letih aku

Tak mungkin lepas lagi

Kau hanya mimpi bagiku

Tak untuk jadi nyata

Dan sgala rasa buatku

Harus padam dan berakhir

Setelah aku mengenalnya, entah mengapa aku menyukai lagu lirik Antara Ada Dan Tiada itu, aku Velicia, aku mulai menyukai lagu itu karena Vero, pacarku sering menyanyikan lagu itu dengan suara merdunya. Sebenarnya aku sering merasa tidak enak ketika dia menyanyikan lagu itu, mungkin karena aku terlalu takut untuk kehilangan Vero. Aku sangat mencintainya.

Pagi ini, seperti biasa aku menjalani rutinitasku seperti mandi, sarapan, memakai seragam dan berangkat sekolah. Seperti biasa, Vero selalu menjemputku untuk mengantarkanku ke sekolah, walaupun kami beda sekolah, namun Vero selalu ingin mengantarkanku ke sekolah.

“Hey sayang,” ujarnya padaku.

“Hey, kamu selalu datang on time.”

“Tentu, aku tidak ingin kau dihukum hanya gara-gara aku telat menjemputmu saja Vel.”

“Oh.. kau selalu saja membuatku untuk tidak bisa berhenti mencintaimu.”

“Hey sudahlah, jangan berkata-kata puitis seperti itu, lebih baik sekarang kita berangkat.”

“Ok.”

Di perjalanan aku memeluknya dengan erat, entah mengapa aku merasa bahwa ini adalah pelukan terahirku padanya.. mungkin ini hanya perasaanku saja, pikirku. Sesampainya di sekolahku ia mengecup keningku seperti biasa. Namun yang tidak biasa adalah, ia memberikanku sebuah kalung berbentuk hati yang di dalamnya berisi fotoku dan dirinya.

“Velicia, mungkin ini adalah pemberian terakhirku, tolong jaga kalung ini baik-baik ya.”

“Hey, kau tidak boleh berbicara begitu. Jika kau berbicara seperti itu lagi, aku akan memusuhimu!”

“Kau lucu sekali jika sedang marah begini, membuatku jadi ingin bisa berada di sisimu lebih lama lagi.”

“Sudah kubilang ka.. hiks.. kau jangan berbicara begitu lagi hiks.. hiks,” ujarku yang kini telah meneteskan air mata.

“Hey jangan menangis sayang, aku mohon jangan buat aku merasa bersalah begini.”

“Kau harus berjanji untuk selalu berada di sisiku!”

“Baiklah, aku janji.”

“Jangan pernah mengingkari janjimu itu.”

“Iya sayang.”

Di tengah perjalanan menuju ke sekolahnya Vero dihadang oleh beberapa preman-preman yang membawa senjata tajam. Preman itu lalu menghadang Vero sehingga ia tidak bisa lewat. Merasa dihalangi, Vero lalu turun dari motornya dan menghampiri preman itu.

“Minggir gue mau sekolah!” ujarnya pada preman itu.

“Uhh.. bocah ingusan, serahin dulu harta lo baru lo boleh lewat.”

“Gue gak punya waktu ya ngeladenin preman kaya lo!”

Bugg…

Dengan beberapa kali pukulan Vero berhasil untuk membuat preman-preman itu tidak berdaya. Namun tanpa disadarinya, salah satu dari preman itu ada yang mengeluarkan pistol dari saku celananya. Dengan diam-diam preman itu mengarahkan pistol itu ke arah Vero yang tengah membelakanginya, Dan…

Dorr…

Velicia saat ini sedang gelisah lantaran Vero belum juga menjemputnya. Ia berkali-kali mengecek layar iPhone nya. Biasanya jika Vero telat menjemputnya pasti akan mengabarkannya lewat SMS atau Line, namun kali ini tidak sama sekali. Ditelepon juga tidak diangkat, karena sudah menunggu terlalu lama, ia pun memutuskan pulang untuk berjalan kaki.

Hingga malam tiba, Vero tak kunjung memberi kabar padaku. Aku merasa sangat gelisah, terlebih akan kata-katanya pagi tadi. Semoga ia baik-baik saja, batinku. Aku pun masih dengan setia mengirimi pesan lewat Line padanya, namun tak kunjung ada jawaban. Aku mulai bingung, haruskah aku ke rumahnya? Oh itu tidak mungkin, masalahnya aku baru sekali ke rumahnya dan itu pun hanya sebentar.

Keesokan paginya, Vero juga tidak mengantarkanku ke sekolah, aku berusaha berpikir positif akan Vero, semoga saja tidak terjadi sesuatu pada dirinya. Di tengah perjalanan menuju sekolah, aku dikejutkan karena ada seseorang yang menepuk pundakku, otomatis aku menoleh kepadanya.

“Vero, aku kangen sekali kepadamu, kemana saja kau kemarin? Aku sudah menelponmu berkali-kali, sms, line, bbm, tapi kau tidak menjawabnya, motormu juga mana?”

“Hey, satu-satu dulu bertanyanya. Kemarin hp dan motorkuku dirampok preman, jadi maaf jika aku tidak menjemputmu kemarin.”

“Tapi kau tidak apa-apa kan sayang?”

“Tidak, sudahlah ayo berangkat nanti telat.”

“Ok, apa nanti kau akan menjemputku?”

“Tentu.”

Ketika sudah sampai di depan gerbang sekolah, kami berpisah lantaran sekolah Vero masih berjarak beberapa meter lagi. Ada yang aneh dari Vero tadi menurutku, aku melihat ada bercak darah di bajunya, ia juga terlihat agak pucat, tapi mungkin itu hanya darah bekas dilukai preman yang merampoknya kemarin, pikirku. Tapi aku merasa senang, karena Vero tidak apa-apa.

Pulang sekolah pun tiba, tepaksa saat ini aku pulang sendiri, karena Vero ada pelajaran tambahan katanya tadi ketika meneleponku. Aku melewati sebuah jalan sepi, aku sempat berhenti sejenak di jalan sepi ini untuk meminum air lantaran matahari siang ini sangat terik. Namun ketika aku melihat ke bawah, kakiku menginjak bekas darah yang berceceran. Entah mengapa aku ingin sekali mengikuti darah yang berceceran ini. Jika dilihat-lihat, sepertinya darah ini menuju ke suatu tempat, bisa dipastikan beberapa hari yang lalu ada pembunuhan disini.

Aku lalu mengikuti jejak darah ini. Jejak darah ini menuntunku ke sebuah gedung tua yang sudah lama tidak dipergunakan lagi. Aku pun lalu segera masuk ke dalam sana, masih dengan jejak darah yang aku ikuti yang menuntunku ke sebuah ruangan pengap dan berbau agak anyir. Aku curiga dengan baunya yang berasal dari kamar mandi yang berada di ruangan ini. Aku pun membuka kamar mandi itu dan betapa syoknya aku ketika melihat mayat yang terbaring dengan luka di bagian dada kirinya itu adalah Vero pacarku.

“VEROOOO… KAU KENAPA? INI PERMAINAN KAN? KAU BELUM MENINGGAL! TADI PAGI KAU MENGANTARKU KE SEKOLAH BUKAN?… hiks.. hiks,” teriakku histeris.

“Vero, kau sudah berjanji kepadaku! Kau tidak boleh pergi!” ujarku sambil mengguncang-guncangkan bahunya. Namun tangisanku segera berhenti ketika aku mendengar suara orang yang amat aku sayangi memanggilku.

“Hey sayang, aku tidak mengingkari janjiku.”

“Ve..vero, kau…”

“Aku akan selalu menemanimu Vel, jangan bersedih lagi.”

“Aku sayang padamu Vero, jangan pernah meninggalkanku.”

“Aku juga sayang padamu, tapi tolong hubungi keluargaku dan suruh mereka menguburkan mayatku secara layak Vel.”

“Iya, sekarang aku akan hubungi.”

Saat ini suasana haru menyelimuti keluarga Vero. Mereka semua bersedih atas kepergian putra semata wayangnya, terutama bundanya Vero, ia begitu histeris melihat kepergian anaknya yang begitu cepat. Berbeda lagi dengan Velicia, ia terlihat tidak terlalu sedih karena ia bisa melihat arwah Vero yang selalu menemaninya.

“Sudahlah tante, mungkin ini jalan yang terbaik untuk Vero,” ujarku menenangkan bundanya Vero.

“Hiks.. ibu tidak menyangka Vero meninggal secepat ini nak.”

“Velicia yakin, Vero pasti baik-baik saja di alam sana tante.”

“Iya nak semoga saja.”

“Velicia pamit dulu ya tante.”

“Iya nak.”

Tak terasa kepergian Vero sudah 40 hari. Selama 40 hari juga Vero selalu menemani Velicia. Namun dihari ke 40 ini Velicia merasa ada yang aneh pada Vero. Ia melihat bayangan Vero sudah mulai memudar, tidak secerah kemarin-kemarin. Ia mulai khawatir jika Vero akan pergi meninggalkannya. Ia tidak rela Vero pergi secepat ini.

“Ver, ini hari ke 40 kamu ya?”

“Iya Vel, gak nyangka ya aku mati secepat ini,” ujar Vero sedih.

“Hey, kamu jangan sedih gini, yang penting kan kamu masih bisa sama-sama aku terus.”

“Tapi tetep aja aku udah mati.”

“Ver jangan ngomong gitu lagi deh!”

“Hehe.. iya deh iya.”

“Tapi kalau aku lihat-lihat hari ini bayangan kamu mulai memudar Ver.”

“Masa sih?”

“Iya, aku takut kamu pergi.”

“Tidak akan Vel, lebih baik kamu tidur deh sekarang, sudah malam.”

“Iya deh, tapi kamu janji jangan pernah ninggalin aku ya!”

“Iya sayangku.”

Setelah Velicia terlelap Vero memandangi wajah polos dari pacarnya ini. Ia sedih jika harus meninggalkan Velicia, tapi biar bagaimanapun takdir sudah berkata lain. Ia sudah tidak dapat menemani Velicia lagi, waktunya sudah cukup sampai disini. Ia harus pergi. Mungkin ini adalah takdir mereka, tidak dapat bersatu di antara dua alam yang berbeda. Untuk yang terakhir kalinya Vero mengecup kening Velicia. I love you now and forever…

End


Karya: Ayu Wahyunia

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK