Setiap peri di negeri pony pasti memiliki seekor kuda. Mereka akan mendapat kuda mereka sendiri setelah lulus dari Pony Princess Academy School. Aira sekarang duduk di tingkat 3 Pony princess Academy School, yaitu tingkat terakhir Pony Academy. “Aduh, bagaimana ini? Bila, aku sampai tidak mendapat pony di tingkat terakhir ini, aku akan diasingkan ke negeri terlantar.” Gumam Aira kebingungan. Tiba-tiba Kayra, musuh utama Aira datang. “Eh, kira-kira gimana keadaan Aira ya? Mungkin dia bakal diasingkan ke negeri terlantar. Mana ada kuda yang mau sama dia!?” kata Kayra dengan suara yang disengajakan keras. Mendengar itu, Aira pun merasa sedih. Ia memutuskan untuk menulis diary-nya.
“Hai Aira! Lagi nulis diary ya?” tebak Lina tiba-tiba muncul. “Iya…” ujar Aira sambil menutup diarynya. “Kenapa kamu sedih? Diejek sama Kayra lagi ya, sudah enggak usah sedih…” kata Lina berusaha menghibur Aira. “Gimana kalau besok kita jalan-jalan saja,” usul Lina. “Iya deh, makasih sudah menghiburku Lina. Kamu sahabat terbaikku,” kata Aira senang. “Tentu saja, siapa yang tidak ingin sahabatnya tersenyum senang,” ujar Lina sambil tersenyum manis.
Keesokan harinya…
Pagi-pagi sekali, Aira bangun. Kemudian ia segera mandi dan shalat shubuh. Hari ini dia menggunakan dress biru selutut bermotif bunga yang dipadukan dengan sweater putih dan legging putih. Tak lupa ia juga mengenakan kerudung biru dan sepatu skets biru. Warna kesukaan Aira memang biru. Hampir seluruh kamarnya berwarna biru dan putih.
Tok tok tok!
Terdengar suara ketukan di pintu rumah Aira. Ia pun segera membukakan pintu. Lina mengenakan dress selutut bermotif kotak-kotak lengan panjang yang dipadukan dengan legging orange. Rambutnya ia kuncir kuda dengan ikat rambut orange. “Yuk!” ajaknya sambil menarik lengan Aira. Mereka berdua pun segera mengepakkan sayap mereka pelan-pelan. “Oh ya, temani aku ke Toko Buku Pony yuk Ai!” ajak Lina. “Oh, ayuk! Aku mau beli diary baru juga. Siapa tahu besok aku bisa mendapat kuda baru, akan aku tuliskan pengalamanku bersama dia di diary itu nanti,” jelas Aira bersemangat. “Hahaha… Kalau begitu aku juga akan beli untuk Beauty nanti deh!” kata Lina. “Hihihi…” Aira tertawa kecil.
Sampai di Toko Buku Pony, merekapun segera berjalan menuju bagian buku tulis. Lina langsung mengambil sebuah diary berwarna orange berbunga yang dihiasi tulisan Beauty. “Wah! Ini benar-benar pas untuk dia!” seru Lina senang. Tiba-tiba pandangan Aira turtuju pada sebuah diary biru yang dihiasi gambar kuda. Surai dan ekornya berwarna pelangi, di bawah kuda itu ada tulisan Princess Pegasus. Aira pun segera mengambil buku itu dan memandangnya dengan takjub. “Wah, bagus sekali!” komentar Lina. “Iya!” kata Aira menyetujui ucapan Lina. Setelah mengambil buku itu mereka pun segera membayarnya. “Karena sekarang lagi ada discount masing-masing diarynya akan mendapat 1 bolpen dan 1 gelang ya dik,” kata peri penjaga kasir. “Oh, oke mbak!” ujar Lina dan Aira berbarengan.
“Kamu seperti apa bolpen dan gelangnya Lin?” tanya Aira ditengah perjalanan. Ia sibuk memperhatikan bolpen dan gelang miliknya. Bolpen Aira berwarna pelangi dan dihiasi bulu-bulu biru di ujungnya, tak lupa ada miniatur kuda seperti pada buku diarynya. Sedangkan gelangnya dihiasi miniatur kuda pelangi, dan bintang. “Kalau aku sih, berwarna orange dan ujungnya dihiasi bulu-bulu berwarna orange muda. Kalau gelangnya dihiasi miniatur daun dan buah jeruk.” Jelas Lina. “Wah, lucunya!” kata Aira gemas.
Bruuukk!!!
Tak sengaja Aira menabrak seseorang. “Eh, maaf!” Kata Aira sambil berusaha berdiri. Kemudian ia mengulurkan tangannya untuk membantu berdiri orang yang ditabaraknya tadi. “Huh! Maaf, maaf saja!” ujar orang itu sambil menerima uluran tangan Aira. “Lho, Kayra!” seru Aira kaget. “Kenapa emang! Dasar deh, lihat-lihat dong kalau jalan!” kata Kayra kesal. “Ma.. maaf!” ujar Aira gugup. Tiba-tiba pandangan Kayra tertuju pada buku diary baru Aira. Timbul niat licik di benaknya. “Eh, buku apa itu! Ini buat aku!” serunya sambil langsung mengambil buku diary Aira yang baru. “Itu punya Aira tahu!” seru Lina geram. “Hhh! Ini akibatnya kalau kamu enggak lihat-lihat jalan!” seru Kayra dengan senyum sinis sambil terbang meninggalkan Aira. Aira yang sedih pun segera terbang kembali ke rumahnya tanpa mempedulikan Lina. “Aira, tunggu!” seru Lina sambil berusaha mengejar Aira. Namun Aira sama sekali tidak menggubrisnya. Sampai di rumahnya Aira langsung merebahkan dirinya di kasur, dan menangis tersedu-sedu. Tanpa sadar ia pun akhirnya tertidur karena kecapekan menangis. Zzzz…
“Hoaaaam…” Aira terbangun dari mimpi indahnya. Malam itu ia bermimpi seekor kuda seperti yang berada di buku diary barunya itu menghampirinya. “Aku pasti kemarin tertidur,” gumam Aira pada dirinya sendiri. Ia pun segera membasuh mukanya dan menggosok gigi tak lupa, ia basuh badannya dan ia sabuni. Setelah itu Aira menguncir kuda rambutnya. Hari ini dia mengenakan dress putih berlengan panjang selutut. Di bagian pingganya terdapat pita biru.
Tok tok tok!
Terdengar pintu rumah Aira diketuk. “Ya, sebentar!” seru Aira. Buru-buru ia mengenakan jilbab birunya dan legging birunya. Kemudian ia menyambar tas berkuda cokelatnya dan ke luar rumah. Rupanya Lina sudah menunggunya sedari tadi. “Kamu tidak apa-apa Ra?” tanya Lina hati-hati. “Iya, tidak apa kok Lin. Maaf kemarin aku tidak menggubrismu sama sekali.” Kata Aira sambil mengulurkan tangannya. “Kamu sahabatku, pasti kumaafkan kok!” ujar Lina sambil membalas uluran tangan Aira. Kemudian mereka berdua saling berpelukan.
Tak terasa sekarang waktunya pemilihan kuda. Aira memetik sebuah apel yang cukup besar. Kemudian ia berjalan ke posisinya. “Huh! Aku pasti memiliki kuda yang lebih bagus dari pada kamu Aira!” seru Kayra dengan pongah. Aira diam saja, ia memejamkan matanya dan berkonsentrasi.
Hrrrr… Krauss Krauss…
Terdengar bunyi napas kuda. Aira perlahan-lahan membuka matanya. “Woooww…” kata Aira takjub. Tampak seekor kuda dengan mahkota di atas kepalanya memakan apel Aira. Surai dan ekornya berwarna pelangi. Badannya pun seputih awan dan salju. Tiba-tiba diary Aira mengambang keluar dari tas Kayra dan jatuh tepat di bawah Aira. Tulisan my little pegasusnya pun bersinar. Tiba-tiba sekujur tubuh Aira berubah. Ia mengenakan sebuah gaun putih selutut, pinggangnya dihiasi pita yang berwarna pelangi. Leggingnya pun dihiasi oleh bunga-bunga putih indah. Sepatu sketsnya berubah seperti sepatu balet. “Aira!” seru Lina tak percaya ketika sebuah mahkota emas bertakhtakan berlian diletakkan di kepala Aira. “A…apa yang terjadi padaku?” tanya Aira dengan perasaan gugup, kagum, dan kebingungan.
“Aira! Kamu adalah princess pegasus!” seru Lina, “Ti… tidak mungkin!” seru Kayra kesal. “Siapa itu… Princess pegasus?” tanya Aira kebingungan. “Ia adalah pemimpin semua peri dan semua pegasus. Kuda yang memilihmu itu adalah putri pegasus.” Jelas Lina. Secara serentak semuanya pun memberi hormat pada Aira. Bahkan Kayra pun juga ikut memberi hormat. Walaupun kebingungan Aira pun membalas hormat mereka dengan anggun.
1 tahun kemudian…
Sekarang negeri pony menjadi lebih baik lagi. Peri yang tidak mendapat kuda tidak dibuang lagi ke negeri larangan namun tetap dilatih sampai ada yang mau memilih mereka. Semua berkat Aira yang sekarang menjadi “Princess Pegasus”.
Karya: Annisa Nayya N.S
“Hai Aira! Lagi nulis diary ya?” tebak Lina tiba-tiba muncul. “Iya…” ujar Aira sambil menutup diarynya. “Kenapa kamu sedih? Diejek sama Kayra lagi ya, sudah enggak usah sedih…” kata Lina berusaha menghibur Aira. “Gimana kalau besok kita jalan-jalan saja,” usul Lina. “Iya deh, makasih sudah menghiburku Lina. Kamu sahabat terbaikku,” kata Aira senang. “Tentu saja, siapa yang tidak ingin sahabatnya tersenyum senang,” ujar Lina sambil tersenyum manis.
Keesokan harinya…
Pagi-pagi sekali, Aira bangun. Kemudian ia segera mandi dan shalat shubuh. Hari ini dia menggunakan dress biru selutut bermotif bunga yang dipadukan dengan sweater putih dan legging putih. Tak lupa ia juga mengenakan kerudung biru dan sepatu skets biru. Warna kesukaan Aira memang biru. Hampir seluruh kamarnya berwarna biru dan putih.
Tok tok tok!
Terdengar suara ketukan di pintu rumah Aira. Ia pun segera membukakan pintu. Lina mengenakan dress selutut bermotif kotak-kotak lengan panjang yang dipadukan dengan legging orange. Rambutnya ia kuncir kuda dengan ikat rambut orange. “Yuk!” ajaknya sambil menarik lengan Aira. Mereka berdua pun segera mengepakkan sayap mereka pelan-pelan. “Oh ya, temani aku ke Toko Buku Pony yuk Ai!” ajak Lina. “Oh, ayuk! Aku mau beli diary baru juga. Siapa tahu besok aku bisa mendapat kuda baru, akan aku tuliskan pengalamanku bersama dia di diary itu nanti,” jelas Aira bersemangat. “Hahaha… Kalau begitu aku juga akan beli untuk Beauty nanti deh!” kata Lina. “Hihihi…” Aira tertawa kecil.
Sampai di Toko Buku Pony, merekapun segera berjalan menuju bagian buku tulis. Lina langsung mengambil sebuah diary berwarna orange berbunga yang dihiasi tulisan Beauty. “Wah! Ini benar-benar pas untuk dia!” seru Lina senang. Tiba-tiba pandangan Aira turtuju pada sebuah diary biru yang dihiasi gambar kuda. Surai dan ekornya berwarna pelangi, di bawah kuda itu ada tulisan Princess Pegasus. Aira pun segera mengambil buku itu dan memandangnya dengan takjub. “Wah, bagus sekali!” komentar Lina. “Iya!” kata Aira menyetujui ucapan Lina. Setelah mengambil buku itu mereka pun segera membayarnya. “Karena sekarang lagi ada discount masing-masing diarynya akan mendapat 1 bolpen dan 1 gelang ya dik,” kata peri penjaga kasir. “Oh, oke mbak!” ujar Lina dan Aira berbarengan.
“Kamu seperti apa bolpen dan gelangnya Lin?” tanya Aira ditengah perjalanan. Ia sibuk memperhatikan bolpen dan gelang miliknya. Bolpen Aira berwarna pelangi dan dihiasi bulu-bulu biru di ujungnya, tak lupa ada miniatur kuda seperti pada buku diarynya. Sedangkan gelangnya dihiasi miniatur kuda pelangi, dan bintang. “Kalau aku sih, berwarna orange dan ujungnya dihiasi bulu-bulu berwarna orange muda. Kalau gelangnya dihiasi miniatur daun dan buah jeruk.” Jelas Lina. “Wah, lucunya!” kata Aira gemas.
Bruuukk!!!
Tak sengaja Aira menabrak seseorang. “Eh, maaf!” Kata Aira sambil berusaha berdiri. Kemudian ia mengulurkan tangannya untuk membantu berdiri orang yang ditabaraknya tadi. “Huh! Maaf, maaf saja!” ujar orang itu sambil menerima uluran tangan Aira. “Lho, Kayra!” seru Aira kaget. “Kenapa emang! Dasar deh, lihat-lihat dong kalau jalan!” kata Kayra kesal. “Ma.. maaf!” ujar Aira gugup. Tiba-tiba pandangan Kayra tertuju pada buku diary baru Aira. Timbul niat licik di benaknya. “Eh, buku apa itu! Ini buat aku!” serunya sambil langsung mengambil buku diary Aira yang baru. “Itu punya Aira tahu!” seru Lina geram. “Hhh! Ini akibatnya kalau kamu enggak lihat-lihat jalan!” seru Kayra dengan senyum sinis sambil terbang meninggalkan Aira. Aira yang sedih pun segera terbang kembali ke rumahnya tanpa mempedulikan Lina. “Aira, tunggu!” seru Lina sambil berusaha mengejar Aira. Namun Aira sama sekali tidak menggubrisnya. Sampai di rumahnya Aira langsung merebahkan dirinya di kasur, dan menangis tersedu-sedu. Tanpa sadar ia pun akhirnya tertidur karena kecapekan menangis. Zzzz…
“Hoaaaam…” Aira terbangun dari mimpi indahnya. Malam itu ia bermimpi seekor kuda seperti yang berada di buku diary barunya itu menghampirinya. “Aku pasti kemarin tertidur,” gumam Aira pada dirinya sendiri. Ia pun segera membasuh mukanya dan menggosok gigi tak lupa, ia basuh badannya dan ia sabuni. Setelah itu Aira menguncir kuda rambutnya. Hari ini dia mengenakan dress putih berlengan panjang selutut. Di bagian pingganya terdapat pita biru.
Tok tok tok!
Terdengar pintu rumah Aira diketuk. “Ya, sebentar!” seru Aira. Buru-buru ia mengenakan jilbab birunya dan legging birunya. Kemudian ia menyambar tas berkuda cokelatnya dan ke luar rumah. Rupanya Lina sudah menunggunya sedari tadi. “Kamu tidak apa-apa Ra?” tanya Lina hati-hati. “Iya, tidak apa kok Lin. Maaf kemarin aku tidak menggubrismu sama sekali.” Kata Aira sambil mengulurkan tangannya. “Kamu sahabatku, pasti kumaafkan kok!” ujar Lina sambil membalas uluran tangan Aira. Kemudian mereka berdua saling berpelukan.
Tak terasa sekarang waktunya pemilihan kuda. Aira memetik sebuah apel yang cukup besar. Kemudian ia berjalan ke posisinya. “Huh! Aku pasti memiliki kuda yang lebih bagus dari pada kamu Aira!” seru Kayra dengan pongah. Aira diam saja, ia memejamkan matanya dan berkonsentrasi.
Hrrrr… Krauss Krauss…
Terdengar bunyi napas kuda. Aira perlahan-lahan membuka matanya. “Woooww…” kata Aira takjub. Tampak seekor kuda dengan mahkota di atas kepalanya memakan apel Aira. Surai dan ekornya berwarna pelangi. Badannya pun seputih awan dan salju. Tiba-tiba diary Aira mengambang keluar dari tas Kayra dan jatuh tepat di bawah Aira. Tulisan my little pegasusnya pun bersinar. Tiba-tiba sekujur tubuh Aira berubah. Ia mengenakan sebuah gaun putih selutut, pinggangnya dihiasi pita yang berwarna pelangi. Leggingnya pun dihiasi oleh bunga-bunga putih indah. Sepatu sketsnya berubah seperti sepatu balet. “Aira!” seru Lina tak percaya ketika sebuah mahkota emas bertakhtakan berlian diletakkan di kepala Aira. “A…apa yang terjadi padaku?” tanya Aira dengan perasaan gugup, kagum, dan kebingungan.
“Aira! Kamu adalah princess pegasus!” seru Lina, “Ti… tidak mungkin!” seru Kayra kesal. “Siapa itu… Princess pegasus?” tanya Aira kebingungan. “Ia adalah pemimpin semua peri dan semua pegasus. Kuda yang memilihmu itu adalah putri pegasus.” Jelas Lina. Secara serentak semuanya pun memberi hormat pada Aira. Bahkan Kayra pun juga ikut memberi hormat. Walaupun kebingungan Aira pun membalas hormat mereka dengan anggun.
1 tahun kemudian…
Sekarang negeri pony menjadi lebih baik lagi. Peri yang tidak mendapat kuda tidak dibuang lagi ke negeri larangan namun tetap dilatih sampai ada yang mau memilih mereka. Semua berkat Aira yang sekarang menjadi “Princess Pegasus”.
Karya: Annisa Nayya N.S
No comments:
Post a Comment