“Peri itu gak ada” itulah yang selalu diucapkan teman temanku di sekolah seraya menghina dan mencemoohku. Namaku Rino dan aku sudah duduk di bangku SMP kelas 1. Memang aneh bagiku seorang anak laki laki yang suka dengan hal hal berbau dongeng. Apalagi untuk ukuran anak SMP, peri jelas jelas bukanlah hal yang nyata dan tak pantas untuk dipercayai. Dan aku hampir saja melupakan hal yang namanya peri maupun dongeng.
Tapi semua pemikiran itu berubah sejak aku pergi ke desa di rumah nenekku di daerah cicalengka jawa barat. Hari itu aku jalan jalan sendirian karena tak ada anak yang sebaya denganku disana. Aku pergi ke sebuah sungai di desa itu, air yang langsung dari gunung itu mengalir menciprat kakiku dan terasa sangat sejuk. Entah karena keasyikan ataupun kelelahan seusai perjalanan aku pun tertidur di tepi sungai itu.
Seketika bangun dari tidur aku sangat terkejut melihat sesosok gadis cantik yang memiliki sayap seperti capung di punggungnya dengan mengenakan pakaian berwarna hijau. Aku pikir ini hanyalah mimpi, namun setelah aku cubit pipiku aku bahkan merasa kesakitan. Tak hanya dengan munculnya gadis bersayap itu, aku juga dikejutkan dengan benda benda di sekitarku yang tadinya hanya seukuran jempol kakiku berubah menjadi seukuran rumah.
“hei… ada apa ini?” tanyaku bingung kepada gadis itu
“eh? kamu bisa melihatku?” tanya gadis itu
“Memang tak ada yang bisa melihatmu?” tanyaku heran
“Tentu saja… aku ini bangsa peri yang tak bisa dilihat oleh para manusia” jawabnya
Aku menelan air liurku seraya tak percaya dengan apa yang aku lihat ini. Setelah itu peri itu menjelaskan semua yang terjadi.
Aku berubah menjadi kecil karena memang diriku memiliki rasa percaya dengan peri yang amat berlebih sehingga mengubah diriku menjadi sekecil peri. Itu juga merupakan alasan kenapa aku bisa melihat peri itu. Lalu kami pun bermain bersama sepanjang hari.
“ih… kamu jangan iseng deh rino!” teriak peri kecil itu
“gak apa apa wen, peri kan juga harus mandi” ledekku sambil mencipratinya air
Kami bermain hingga sore hari dan saat itu tiba juga untukku pulang. Tapi aku tak bisa pulang dengan keadaan tubuh sekecil ini.
“Wendy, kamu bisa balikin ukuran tubuhku?” tanyaku
“Rino, sebenarnya aku bohong sama kamu. Aku yang udah ngubah kamu jadi sekecil ini” Jelas wendy “Tapi tenang aja, kamu bakal kembali ke ukuranmu setelah matahari terbenam” kata wendy
“ya udah sambil nunggu mending kita cerita aja yang lainnya” ajakku
“Maaf ya Rino, sebenarnya ini terakhir kali kita bisa ketemu. Bangsa peri saat ini sudah punah, dan mengubah ukuran tubuhmu adalah hal terakhir yang bisa aku lakukan. Aku akan segera menyusul keluarga periku yang lain” ujar wendy
“Berarti? Kita… pisah?” tanyaku
“yap… selamat tinggal Rino… kita gak bisa ketemu lagi… aku sayang kamu” ucap peri itu sambil meneteskan air mata
Tepat setelah ucapan Wendy, matahari pun terbenam. Tubuhku mengeluarkan cahaya dan badanku kembali menjadi normal. Aku pun tidak sempat mengucapkan kata kata perpisahan kepada wendy dan aku sudah tak bisa melihatnya lagi.
Saat itu tubuhku menjadi lemas dan terduduk lesu karena pertemuan yang indah ini harus berakhir dengan singkat.
“Tuhan… padahal baru saja aku menyukainya” ucapku sambil tetesan air mata yang mulai mengalir di pipiku.
Karya: Mr.I
Tapi semua pemikiran itu berubah sejak aku pergi ke desa di rumah nenekku di daerah cicalengka jawa barat. Hari itu aku jalan jalan sendirian karena tak ada anak yang sebaya denganku disana. Aku pergi ke sebuah sungai di desa itu, air yang langsung dari gunung itu mengalir menciprat kakiku dan terasa sangat sejuk. Entah karena keasyikan ataupun kelelahan seusai perjalanan aku pun tertidur di tepi sungai itu.
Seketika bangun dari tidur aku sangat terkejut melihat sesosok gadis cantik yang memiliki sayap seperti capung di punggungnya dengan mengenakan pakaian berwarna hijau. Aku pikir ini hanyalah mimpi, namun setelah aku cubit pipiku aku bahkan merasa kesakitan. Tak hanya dengan munculnya gadis bersayap itu, aku juga dikejutkan dengan benda benda di sekitarku yang tadinya hanya seukuran jempol kakiku berubah menjadi seukuran rumah.
“hei… ada apa ini?” tanyaku bingung kepada gadis itu
“eh? kamu bisa melihatku?” tanya gadis itu
“Memang tak ada yang bisa melihatmu?” tanyaku heran
“Tentu saja… aku ini bangsa peri yang tak bisa dilihat oleh para manusia” jawabnya
Aku menelan air liurku seraya tak percaya dengan apa yang aku lihat ini. Setelah itu peri itu menjelaskan semua yang terjadi.
Aku berubah menjadi kecil karena memang diriku memiliki rasa percaya dengan peri yang amat berlebih sehingga mengubah diriku menjadi sekecil peri. Itu juga merupakan alasan kenapa aku bisa melihat peri itu. Lalu kami pun bermain bersama sepanjang hari.
“ih… kamu jangan iseng deh rino!” teriak peri kecil itu
“gak apa apa wen, peri kan juga harus mandi” ledekku sambil mencipratinya air
Kami bermain hingga sore hari dan saat itu tiba juga untukku pulang. Tapi aku tak bisa pulang dengan keadaan tubuh sekecil ini.
“Wendy, kamu bisa balikin ukuran tubuhku?” tanyaku
“Rino, sebenarnya aku bohong sama kamu. Aku yang udah ngubah kamu jadi sekecil ini” Jelas wendy “Tapi tenang aja, kamu bakal kembali ke ukuranmu setelah matahari terbenam” kata wendy
“ya udah sambil nunggu mending kita cerita aja yang lainnya” ajakku
“Maaf ya Rino, sebenarnya ini terakhir kali kita bisa ketemu. Bangsa peri saat ini sudah punah, dan mengubah ukuran tubuhmu adalah hal terakhir yang bisa aku lakukan. Aku akan segera menyusul keluarga periku yang lain” ujar wendy
“Berarti? Kita… pisah?” tanyaku
“yap… selamat tinggal Rino… kita gak bisa ketemu lagi… aku sayang kamu” ucap peri itu sambil meneteskan air mata
Tepat setelah ucapan Wendy, matahari pun terbenam. Tubuhku mengeluarkan cahaya dan badanku kembali menjadi normal. Aku pun tidak sempat mengucapkan kata kata perpisahan kepada wendy dan aku sudah tak bisa melihatnya lagi.
Saat itu tubuhku menjadi lemas dan terduduk lesu karena pertemuan yang indah ini harus berakhir dengan singkat.
“Tuhan… padahal baru saja aku menyukainya” ucapku sambil tetesan air mata yang mulai mengalir di pipiku.
Karya: Mr.I
No comments:
Post a Comment