Ada yang janggal dengan hari ini. Tidak seperti biasanya aku bersekolah, berangkat naik bus dan pulang pun naik bus. Namun, hari ini terasa aneh bahkan mungkin hari teraneh seumur hidupku. Saat perjalanan pulang, aku bermain game di handphone milikku. Tiba-tiba ada yang meneleponku dengan nomor yang tak kukenal. Aku berpikir karena tidak ada yang pernah meneleponku sebelumnya. Aku pun berpikir siapa yang meneleponku, apakah Ayah? Ibu? Aku hafal nomor handphone mereka dan nomor ini pun bukan milik kakakku. Aku iseng mengangkat telepon tersebut.
“Halo, siapa ini?” Tanyaku.
“59173.” Jawabnya.
“Apa maksudmu?!” Tanyaku sedikit marah, dan seluruh penumpang bus memandangiku.
“59173.” Jawabnya dengan jawaban sama.
Aku matikan telepon itu dan melanjutkan bermain game. Aku memikirkan tentang nomor tersebut sampai aku kalah bermain game.
“Ah, sial!” Kesalku.
“59173…” Gumamku.
“Nomor apa ini?!”
Bus berhenti di terminal untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Seorang pria berumur sekitar 20 tahun datang dan duduk di sampingku. Aku memandangi nomor-nomor tersebut dan tiba-tiba pria di sampingku berbisik padaku.
“Lawanlah selagi kau mampu, Lari selagi kau bisa, Jangan hiraukan hal yang mengusikmu.” Fisiknya.
“O-Oke, baiklah…” Jawabku canggung.
Sampailah aku di depan rumahku, lalu berpikir keras tentang nomor dan kata-kata pria tadi.
“Aku pulang!” Salamku.
“Bagaimana harimu nak? Kok pulang lebih awal?”
“Baik, seperti biasanya.”
“Mau makan dulu? Ibu sudah siapkan makanan favoritmu di meja.”
“Baik, bu.”
Aku pulang awal karena pada hari ini para guru mengadakan rapat. Dan para murid dipulangkan pada pukul 10 pagi, aku sampai rumah pukul 12 siang. Selesai makan aku cuci tangan dan mengganti pakaianku dan kembali memikirkan nomor dan kata-kata pria tadi yang mengganggu pikiranku. Aku membuka laptopku untuk menenangkan pikiranku. Aku iseng mencari nomor tersebut di Internet dan aku tidak menemukan apapun. Akhirnya aku pun bermain game online dan aku terkejut saat musuhku menggunakan Nick “59173”. Dia selalu mengalahkanku walaupun level dan skillku lebih tinggi darinya.
“Sial!!!”
“Kok kalah terus sih?!”
Aku matikan laptopku karena malah membuat pikiranku tambah kacau.
“Hooaahm…”
“Ngantuk banget…”
“Tidur ah…”
Aku pun tidur siang, dan terbangun saat malam hari. Aku melihat ke arah pintu kayu yang berengsel patah.
“Ricky, Ricky! Bangun Ricky!” Ucap seseorang yang kukenal
“Uhh… Ohh…”
Setelah kusadari ternyata aku sudah ada di tempat yang kosong dan cerah, hanya ada aku dan pria yang bertemu denganku tadi. Aku mengejar pria tersebut, namun pria tersebut semakin menjauh.
“Hei! Tunggu!”
“Kau yang membangunkanku bukan?” Tanyaku.
Pria tersebut berhenti dan menoleh sedikit ke arahku lalu mengangguk. Aku berusaha mengejar dia namun nihil. Lalu aku terkejut setelah ada ular yang sangat besar. Dia berbicara bahasa ular dan anehnya aku mengerti apa yang dia bicarakan.
“5…9…1…7…3…”
Kemudian ular itu menggigit kakiku dan aku terbangun di tempat yang aku kenal, di kelasku. Aku melihat Edgar, Fendy, Adi, Enno, dan Dion tergeletak bergelimang darah. Yang aku tahu hanya, mereka adalah teman sekelasku dengan nomor absen sama seperti nomor misterius tersebut.
Ular itu datang kembali dan menggigitku. Aku kembali terbangun dan sekarang benar-benar nyata, aku terbangun di kamarku. Aku melihat ke arah jam dindingku dan ternyata aku hanya tertidur selama 5 menit. Akhirnya aku dikabari oleh Annisa bahwa kelima teman sekelasku meninggal secara tragis. Aku pun lega setelah mengetahui arti dari nomor misterius tersebut namun aku juga sedih saat sahabat-sahabatnya meninggal di tangan psikopat kejam, hatiku serasa ingin membalaskan dendam mereka, tetapi apa daya, aku hanya orang lemah. Dan… Jeduar!… Petir menyambar sangat kencang, aku merasakan ada bayangan kelima temanku masuk ke dalam tubuhku. Sepertinya… Akulah yang terpilih untuk membalaskan dendam mereka ke psikopat tersebut. Akulah yang terpilih untuk membunuh The Number of Death.
THE END
Karya: Rahadian Farhan Amanullah
“Halo, siapa ini?” Tanyaku.
“59173.” Jawabnya.
“Apa maksudmu?!” Tanyaku sedikit marah, dan seluruh penumpang bus memandangiku.
“59173.” Jawabnya dengan jawaban sama.
Aku matikan telepon itu dan melanjutkan bermain game. Aku memikirkan tentang nomor tersebut sampai aku kalah bermain game.
“Ah, sial!” Kesalku.
“59173…” Gumamku.
“Nomor apa ini?!”
Bus berhenti di terminal untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Seorang pria berumur sekitar 20 tahun datang dan duduk di sampingku. Aku memandangi nomor-nomor tersebut dan tiba-tiba pria di sampingku berbisik padaku.
“Lawanlah selagi kau mampu, Lari selagi kau bisa, Jangan hiraukan hal yang mengusikmu.” Fisiknya.
“O-Oke, baiklah…” Jawabku canggung.
Sampailah aku di depan rumahku, lalu berpikir keras tentang nomor dan kata-kata pria tadi.
“Aku pulang!” Salamku.
“Bagaimana harimu nak? Kok pulang lebih awal?”
“Baik, seperti biasanya.”
“Mau makan dulu? Ibu sudah siapkan makanan favoritmu di meja.”
“Baik, bu.”
Aku pulang awal karena pada hari ini para guru mengadakan rapat. Dan para murid dipulangkan pada pukul 10 pagi, aku sampai rumah pukul 12 siang. Selesai makan aku cuci tangan dan mengganti pakaianku dan kembali memikirkan nomor dan kata-kata pria tadi yang mengganggu pikiranku. Aku membuka laptopku untuk menenangkan pikiranku. Aku iseng mencari nomor tersebut di Internet dan aku tidak menemukan apapun. Akhirnya aku pun bermain game online dan aku terkejut saat musuhku menggunakan Nick “59173”. Dia selalu mengalahkanku walaupun level dan skillku lebih tinggi darinya.
“Sial!!!”
“Kok kalah terus sih?!”
Aku matikan laptopku karena malah membuat pikiranku tambah kacau.
“Hooaahm…”
“Ngantuk banget…”
“Tidur ah…”
Aku pun tidur siang, dan terbangun saat malam hari. Aku melihat ke arah pintu kayu yang berengsel patah.
“Ricky, Ricky! Bangun Ricky!” Ucap seseorang yang kukenal
“Uhh… Ohh…”
Setelah kusadari ternyata aku sudah ada di tempat yang kosong dan cerah, hanya ada aku dan pria yang bertemu denganku tadi. Aku mengejar pria tersebut, namun pria tersebut semakin menjauh.
“Hei! Tunggu!”
“Kau yang membangunkanku bukan?” Tanyaku.
Pria tersebut berhenti dan menoleh sedikit ke arahku lalu mengangguk. Aku berusaha mengejar dia namun nihil. Lalu aku terkejut setelah ada ular yang sangat besar. Dia berbicara bahasa ular dan anehnya aku mengerti apa yang dia bicarakan.
“5…9…1…7…3…”
Kemudian ular itu menggigit kakiku dan aku terbangun di tempat yang aku kenal, di kelasku. Aku melihat Edgar, Fendy, Adi, Enno, dan Dion tergeletak bergelimang darah. Yang aku tahu hanya, mereka adalah teman sekelasku dengan nomor absen sama seperti nomor misterius tersebut.
Ular itu datang kembali dan menggigitku. Aku kembali terbangun dan sekarang benar-benar nyata, aku terbangun di kamarku. Aku melihat ke arah jam dindingku dan ternyata aku hanya tertidur selama 5 menit. Akhirnya aku dikabari oleh Annisa bahwa kelima teman sekelasku meninggal secara tragis. Aku pun lega setelah mengetahui arti dari nomor misterius tersebut namun aku juga sedih saat sahabat-sahabatnya meninggal di tangan psikopat kejam, hatiku serasa ingin membalaskan dendam mereka, tetapi apa daya, aku hanya orang lemah. Dan… Jeduar!… Petir menyambar sangat kencang, aku merasakan ada bayangan kelima temanku masuk ke dalam tubuhku. Sepertinya… Akulah yang terpilih untuk membalaskan dendam mereka ke psikopat tersebut. Akulah yang terpilih untuk membunuh The Number of Death.
THE END
Karya: Rahadian Farhan Amanullah
No comments:
Post a Comment