CAMPUR ADUK

Monday, December 24, 2018

GUGUR

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
ke dada musuh yang merebut kotanya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya

Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dan kotanya

Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anak

Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Belum lagi selusin tindak
maut pun menghadangnya
Ketika anaknya memegang tangannya
ia berkata:

"Yang berasal dari tanah kembali rebah pada tanah"

Tanah Ambarawa yang kucinta
Kita bukanlah anak jadah
karena kita punya bumi kecintaan

Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah
Bumi kita adalah kehormatan
Bumi kita adalah jiwa dari jiwa

ia adalah bumi nenek moyang
ia adalah bumi waris yang sekarang
ia adalah bumi waris yang akan datang
Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Karena api menyala di Kota Ambarawa

Orang tua itu kembali berkata
"Lihatlah hari telah fajar!"
Wahai bumi yang indah
Kita akan berpelukan buat selamanya

Nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menancapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamkannya benih
dan tumbuh dengan subur

Maka ia pun akan berkata
Alangkah gemburnya tanah di sini
Hari pun lengkap malam
Ketika ia menutup matanya


Karya: W.S. Rendra

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK