Malam begitu larut sekali. Di tambah hujan pun turun. Perily baru pulang dari belanja dari minimarket langsung begerak cepat iyup di di depan rumah tua. Awalnya ketakutan mendatangi rumah tua yang berada di pingiran kompleks perumahan, tapi hujan makin lama makin deras Perily memberanikan diri. Dengan sabar Perily menunggu sampai hujan reda.
Pintu rumah tua pun terbuka. Perily mulai penasaran. Di tambah ada sesosok anak kecil yang sedang bermain di teras depan. Perily pun mencoba masuk ke dalam dan berkata "Permisi saya boleh numpang iyup di dalam", Sang anak melambaikan tangannya ke Perily tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun.
Dengan sopan Perily masuk rumah orang. Tapi anak kecil berlari masuk ke dalam rumah. Perily sedikit bingung dan canggung karena merasa masuk rumah orang apalagi anak kecil pemilik rumah kabur begitu saja. Perily tetap jojong iyup didepan teras rumah si anak kecil.
Sambil duduk Perily memakan kue yang enak yang di beli di minimarket. Tiba-tiba anak pemilik rumah sudah di samping kiri Perily. Bulu kuduk berdiri. Rasa takut pun timbul. Lalu Perily mencoba menengok ke sebelah kiri. Ternyata anak pemilik rumah mendatangi Perily dengan senyum manis. Seketika rasa takutnya pun hilang. Lalu Perily yang murah hati membagi makannya ke anak pemilik rumah.
Dengan lugunya anak kecil mengambil pemberian Perily.
"Terima kasih...kakak," kata anak kecil.
"Iya..sama-sama," jawab Perily.
Lalu anak kecil masuk ke dalam rumah dengan berlari cepat sekali. Perily cuma tersenyum melihat kelincahan anak kecil. Walau sebenarnya Perily ingin bertanya siapa nama anak kecil itu. Hujan pun mulai reda. Perily mulai bergerak untuk keluar dari rumah tua dan hendak mengucapkan terima kasih atas di izinkan iyup di teras depan. Di tunggu lama si anak kecil tidak muncul. Maka Perily bergerak tanpa mengucapkan terima kasih.
Tidak sengaja Perily menyentuh benang merah yang terikat antara dua pohon bonsai sampai terputus. Awan hitam dengan petir menyambar-nyambar terlihat di atas rumah. Rasa takut pun timbul dengan cuaca yang aneh. Perily berusaha mengabaikannya dan berusaha menggunakan langkah seribu. Tapi ternyata di hadang oleh sosok makluk yang menyeramkan dari wajahnya berlumuran darah dan belatung.
"Setan.....," teriak Perily sampai mundur beberapa langkah.
Dengan penuh rasa ketakutan Perily berusaha menghindari setan yang mengikutinya. Dengan bantuan anak kecil menghadang setan jahat dengan kekuatan magisnya. Akhirnya Perily bisa keluar dari rumah tua.
"Saya selamat," kata Perily.
Rumah tua pun menghilang begitu saja yang tersisa hanya tanah kosong. Perily pun melongo melihat kejadian itu.
"Apa saya salah lihat ya...aneh juga kejadian ini?," celoteh Perily.
Perily mengabaikan kejadian itu dan bergerak pulang ke rumah. Saat melewatin persimpangan gang ada ibu-ibu bercerita tentang rumah setan yang akan muncul di saat orang mengalami kesulitan. Dengan seksama Perily mendengarkan cerita ibu-ibu ngerumpi. Tapi di akhir cerita Perily baru sadar kesalahannya sampai setan jahat muncul dan ingin menangkapnya karena memutuskan benang merah yang mengikat antara dua alam.
Semenjak itu Perily sering mendatangi tanah kosong di mana rumah tua itu muncul untuk membuktikan lagi keberadaan rumah setan. Tapi tetap tidak pernah muncul juga. Perily pun jenuh dan akhirnya melupakan tentang keberadaan rumah tua dan menjalani hidup seperti biasanya. Anak kecil pemilik rumah setan sering muncul dan selalu mengekorin Perily ke mana pun karena menyukainya.
Karya: No
Karya: No
No comments:
Post a Comment