Siang hari yang cukup panas. Dono menjajakan jualannya pada anak-anak SD. Dalam hati Dono penuh rasa senang sekali karena jualannya laku keras. Pelanggannya bener-benar senang menikmati makan pempe buatan Dono.
Rasa letihnya Dono terbayar dengan pundi-pundi uang terkumpul dari jualannya. Datenglah Indro saat Dono masing meladenin pelanggannya. Mau gak mau sebagai teman Dono menyelesaikan misi jualannya sampai pelanggannya puas. Baru mendatengin Indro yang duduk di bawah pohon seri yang rindang.
"Indro ada gerangan apa kamu menemui saya saat saya lagi berjualan," tanya Dono sambil duduk di sebelah Indro.
"Saya ada sedikit masalah. Kompleks banget, tujuan untuk mengubah nasif menjadi orang kaya dan terkenal," kata Indro.
"Maksudnya.....jadi Presiden?!," saut Dono memotong omongan Indro.
"Dono....nyelenehnya kejauhan...itu mah dari maksud dan tujuan saya mau bicarakan sama kamu," kata Indro.
"Abisnya kamu ngomongnya ingin jadi orang kaya dan terkenal. Saya pikir ya jadi Presiden lah. Masalahnya banyak berita heboh karena ingin jadi Presiden," kata Dono.
"Kebanyakan nonton berita sih," saut Indro.
"Maklum deh saya orang gak punya. Jadi chanel Tv yang bagus cuma TVRI. Kalau chanel Tv lain geresek," pembelaan Dono.
"Dono......Tv di rumah kamu model jadul banget jadi wajar kamu nonton TVRI. Tapi kaya ada chenel yang bagus...jangan-jangan kamu nyeleneh lagi," kata Indro.
"Iya gitulah hidup saya. Jangan di bawa serius Indro nanti stres. Apalagi hidup saya ini tekanan ekonomi lumayah mempengaruhi kejiwaan. Makanya hidup di bawa banyak keceriaan walaupun aslinya pait. Pandai-pandai menutupi keadaan sebenarnya," penjelasan Dono.
"Sama aja dengan saya. Tapi saya punya keinginan mengubah nasip saya dengan menjadi seorang penyanyi. Moga-moga berhasil menjadi orang sukses seperti Danang atau Lesti," kata Indro.
"Wah impian luar biasa dengan penuh ke optimisan pantang menyerah untuk kalah. Tetap satu tujuan menjadi juara dalam impian menjadi orang sukses dan kaya. Tapi saya tidak punya bakat menyanyi alias suara saya jelek. Karena saya sadar dengan kekurangan saya," kata Dono.
"Dono....suara jelek pun kalau sungguh-sungguh untuk bisa menyanyi dengan baik. Maka usaha kerja keras mu menghasilkan suara emas. Contoh seperti jualan pempe kamu. Awalnya kan saya tahu buatan kamu buruk atau alias gak enak. Tapi demi hidup untuk mengangkat derajat dari kemiskinan yang fatal menjadi pedagang yang berhasil mencukupi kebutuhan sehari-hari," kata Indro.
"Ah Indro...buka kartu As saya dalam menjalani hidup ini, " saut Dono.
"Nama juga teman baik...mana mungkin saya gak tahu siapa asli kamu!?," kata Indro.
"Saya mengerti. Jangan-jangan kamu mau minjem uang untuk daftar jadi penyanyi seperti Danang dan Lesti?" tanya Dono.
"Ya..iya..lah... Daftarnya jadi penyanyi gratis, biaya untuk ke tempat pendaftarannya butuh uang yang cukup banyak bertahan hidup di daerah lain. Masalahnya tabungan saya kurang banyak. Maka saya ingin minjem uang kamu Dono. Tolong saya demi impian saya jadi penyanyi terkenal," kata Indro dengan kerendahan hati.
"Iya saya tolong kamu jadi Presiden," Dono nyeleneh lagi.
"Dono...bukan jadi Presiden ....jadi penyanyi," saut Indro.
"Kan sama aja mengejar mimpi juga menjadi juara nomer 1 di Indonesia," kata Dono yang ngeyel.
"Iya... Iya terserah kamu. Yang penting saya di pinjamin uangkan...untuk ongkos pergi mendaftar menjadi penyanyi di Indonesia," kata Indro.
"Iya...saya pinjamin uang saya untuk ongkos kamu mendaftar untuk menjadi penyanyi. Tapi kamu tidak takut gagal Indro. Padahal lawan kamu banyak yang hebat dalam vokal menyanyi," kata Dono.
"Takut sih gagal, tapi jika tidak pernah mencoba mana saya tahu potensi menyanyi sampai mana. Maka saya tetap optimis menjadi pemenang dalam perlombaan menyanyi. Padahal kegagalan yang mutlak tidak pernah mencoba...itu saja yang tahu," kata Indro yang paling benar dan yakin dari lubuk hatinya.
"Bener-bener orang berpikir positif dalam menjalankan hidup demi satu tujuan Sukses, Kaya, dan Terkenal," kata pujian Dono.
Dono pun memberikan uang hasil jualan ke Indro untuk ongkos mendaftar menjadi penyanyi. Indro senang menerima uang pinjaman dari Dono dan tidak lupa mengucapkan "Terima kasih banyak Dono.
Dono pun menjawab dengan baik "Sama-sama."
Indro pun berajak dari duduk dan bergegas menuju pulang ke rumah untuk beres- beres pakaian. Sedangkan Dono terus menjajakan jualan pempenya ke warga sekitar sampai larut malam. Dan baru habis terjual semuanya. Dono pulang ke rumah dengan perasaan yang senang dan bahagia. Karena usahanya berhasil dengan baik.
Karya: No
No comments:
Post a Comment