“Grrr … aung … aung … aung…!” Anjing itu menyalak, keras.
“Bonnie, ada apa?” Kyle pemilik anjing hitam itu memerhatikan Bonnie yang berdiri di dekat rerumputan. Telinga dan ekornya berdiri tegak.
Mr. Kermit datang membawa perbekalan. Perjalanan yang jauh ke danau Caraigh ini membuat tubuhnya lelah. Ia segera menjatuhkan tubuhnya di atas rumput kering itu. Doberman berbulu hitam legam itu kembali menyalak.
“Grrr … aung … aung … aung…” Matanya tajam menatap rumput yang diduduki Mr. Kermit, sambil terus menyalak.
“Kemari, Bonnie.” Mr. Kermit melambaikan tangannya ke arah Bonnie. Namun, anjing berkaki coklat itu tetap berdiri siaga di tempatnya. Dia sama sekali tidak mau mendekat. Dia berjalan hilir mudik dan kembali menatap Mr. Kermit sambil terus menyalak. Melihat gelagat anjingnya, Mr. Kermit bangkit dari duduknya. Dia mendekati Bonnie dan mengelus tubuhnya, pelan.
“Tempat ini terlalu gersang, Ayah. Di sebelah sana mungkin lebih nyaman,” saran Kyle, yang sedari tadi melihat keadaan. Dia menunjuk sebuah pohon yang rindang.
“Baiklah, mari kita ke sana,” ajak Mr. Kermit. Dia segera membereskan barang bawaannya. Mereka berjalan menuju pohon yang ditunjuk Kyle. Bonnie berjalan di sisi Kyle sambil mengibaskan ekornya. Sesekali dia menoleh ke arah rumput kering itu dan menyalak garang. Sesampai di bawah pohon, mereka segera duduk, beristirahat.
“Eeemmm, pemandangannya indah, tapi ayah sudah lapar sekali. Kita makan saja bekalnya sekarang.”
“Aku nanti saja, Ayah. Aku mau bermain dengan Bonnie sebentar.”
Kyle bangkit dan berlari-lari kecil, diikuti Bonnie yang melompat lincah. Mr. Kermit segera membuka bekal yang dibuat istrinya, lalu melahapnya dengan nikmat. Sambil menikmati udara siang yang cerah, Mr. Kermit memerhatikan Kyle dan Bonnie yang bermain tak jauh darinya. Tidak lama kemudian Kyle mendekat. Dia melihat Ayahnya sedang memakan bekal yang dibawakan Ibu untuknya.
“Bolehkah ayah minta bekalmu. Perut ayah masih lapar?” bujuk Mr. Kermit.
“Bukankah Ayah tadi juga dibawakan bekal oleh Ibu?”
“Ya. Bekal ayah sudah habis, tapi perut ayah seperti tidak diisi makanan sama sekali.”
Kyle menatap ayahnya, kemudian berkata, “Baiklah, Ayah habiskan saja bekalku.Aku masih punya coklat dan permen,” kata Kyle sambil mengeluarkan coklat dari dalam kantongnya. Tanpa menunggu lagi, Mr. Kermit menghabiskan bekal Kyle dengan lahap. Dia juga menghabiskan minuman di botol kaleng dalam sekejap.
Setelah lelah bermain, Kyle mengajak ayahnya pulang. Bekal makanan mereka juga sudah habis, tapi Mr. Kermit masih merasa lapar. Ia berharap istrinya punya persediaan makanan yang banyak. Sepanjang perjalanan pulang, Kyle terheran-heran ketika ayahnya mengatakan perutnya terasa lapar.
“Apakah coklat di sakumu masih ada, Nak?” tanya Mr. Kermit.
Kyle tercengang, namun segera merogoh kantong celananya. “Ayah ini kenapa? Bukankah Ayah sudah menghabiskan seluruh bekal kita, mengapa Ayah masih lapar?” kata Kyle, sambil menyerahkan coklat terakhir di kantongnya.
“Ayah juga heran, tidak seperti biasanya ayah makan sebanyak ini. Ayah juga tidak merasa kenyang sama sekali. Mengherankan, bukan?” Mr. Kermit geleng-geleng kepala sendiri, pertanda heran.
Kyle mengendikkan bahu, menjawab keganjilan sikap ayahnya hari ini. Mereka terus melanjutkan perjalanan dalam hening, ditemani Bonnie yang menyalak sesekali.
Mrs. Kermit menyambut kedatangan mereka dari balik pintu ketika mereka sampai di rumah.“Kalian sudah pulang, rupanya. Kenapa wajahmu seperti itu Kyle?” dahi Mrs. Kermit berkerut, melihat raut muka Kyle.
“Aku lapar, Bu,” Kyle berkata, memelas.
Mrs. Kermit kaget. “Bukankah ibu sudah membawakan bekal untuk kalian. Bagaimana mungkin kalian bisa kelaparan?” tanya Mrs. Kermit, sambil berjalan ke arah meja makan dan mulai menyiapkan makanan untuk Kyle. Mr. Kermit datang dan langsung membuka lemari es dengan cepat. Matanya berbinar mendapati banyak makanan di sana. Dia mengambil beberapa makanan dan ikut duduk bersama Kyle, yang sedang menikmati makanannya.
“Kalian apakan bekal yang ibu bawakan?” Mrs. Kermit menatap Kyle, ingin tahu.
“Ayah yang menghabiskannya,” jawab Kyle singkat. Dia segera menghabiskan makanannya dengan lahap dan langsung pergi dari meja makan, mencari Bonnie.
Mrs. Kermit duduk menunggui suaminya. Dia heran mendapati suaminya mengambil makanan lagi di lemari es. Beberapa menit berlalu, Mrs. Kermit dengan sabar menunggu suaminya selesai makan. Namun, Mr. Kermit masih mengambil makanan lain.
“Kermit, jaga kesehatanmu. Kau sudah makan terlalu banyak,” kata Mrs. Kermit, berusaha mengingatkan suaminya.
Mr. Kermit menatap istrinya sejenak, kemudian berkata, “Ya, tapi perutku masih lapar. Bisakah kau membuat sesuatu untuk kumakan lagi?”
Mrs. Kermit mengerutkan kening. Dia menatap suaminya dengan tatapan penuh tanya. Mengapa dia bisa rakus seperti ini. Padahal selama ini dia selalu menjaga makanan yang masuk ke tubuhnya agar tetap sehat, batin Mrs. Kermit. Dia terdiam sesaat lalu menyiapkan daging yang bisa dimakan dengan kentang dan kubis rebus. Dia terus memerhatikan suaminya yang makan dengan lahap. Ia merasa ada sesuatu yang aneh.
Mrs. Kermit memutuskan untuk meninggalkan meja makan dan mencari Kyle. Bocah berusia lima tahun itu sedang bergulingan dengan Bonnie di kamarnya. Mrs. Kermit mendekatinya pelan-pelan.
“Kyle, ibu mau bertanya. Apa yang terjadi pada Ayahmu, hingga dia bisa berubah rakus seperti itu?”
Kyle menggelengkan kepala. Dia juga tidak tahu mengapa ayahnya tiba-tiba seperti itu. “Aku juga tidak tahu, Bu,” jawab Kyle, sambil memainkan ekor Bonnie.
Mrs. Kermit terlihat tidak puas. Ia bertanya lagi, “Hari ini kalian pergi ke mana saja?”
Kyle berpikir sejenak, “Hanya mengunjungi danau Caraigh.”
Kyle kemudian menceritakan kejadian siang itu. Ayah duduk di rumput kering dan Bonnie menyalak berkali-kali. Mereka lantas berpindah tempat, dan ayah mulai makan dengan rakus.
Mrs. Kermit merasa tidak ada yang aneh dari cerita Kyle, kecuali sikap suaminya yang tiba-tiba selalu kelaparan dan makan dengan rakus. Ayah duduk di atas rumput kering dan Bonnie menyalak berkali-kali. Mrs Kermit berusaha mencari arti kejadian itu, namun dia belum bisa menemukannya.
Hari terus berlalu. Selera makan Mr. Kermit semakin menjadi-jadi. Tapi, tidak seperti kebanyakan orang yang menjadi gendut karena suka makan, tubuh Mr. Kermit justru semakin menyusut.
“Ayah, ayo, kita ke Dokter sekarang,” ajak Kyle. Dia dan ibunya sudah siap mengantarkan ayahnya pergi ke Dokter. Mr. Kermit tampak bersemangat bertemu dengan Dokter. Dia ingin penyakitnya segera disembuhkan.
Sesampai di rumah sakit, Dokter memeriksa kondisi Mr. Kermit dengan teliti.
“Sebenarnya suami ibu tidak terkena penyakit apa-apa. Dia hanya kurang gizi saja. Berilah makanan yang bergizi untuk suami ibu,” kata Dokter, setelah selesai memeriksa Mr. Kermit.
“Tapi, suami saya makan terus sepanjang hari, Dok. Selama ini saya pun sudah memberikan makanan yang bergizi tinggi.”
Sang Dokter menatap Mrs. Kermit dari balik kaca matanya yang sedikit melorot. Dia tampak tidak percaya dengan penjelasan Mrs. Kermit. Pasiennya, Mr. Kermit sangat kurus, seperti orang yang tidak diberi makan. Hasil pemeriksaannya juga menyatakan tidak ada penyakit berbahaya atau penyakit aneh yang bisa membuat keadaan pasiennya menjadi seperti ini. Kesimpulan yang bisa dia ambil hanyalah bahwa pasiennya itu kekurangan gizi. Sang Dokter lalu menuliskan resep untuk ditebus Mrs. Kermit.
“Ibu, belilah obat ini. Mudah-mudahan keadaan Mr. Kermit lekas membaik,” kata sang Dokter, sambil menyerahkan selembar resep kepada Mrs. Kermit.
Mrs. Kermit membaca resep yang ditulis sang Dokter. Dia tidak paham tulisan apa yang ada di sana. Namun, dia bergegas membelinya di apotek rumah sakit dan mereka bertiga pulang ke rumah.
“Minumlah obat dari Dokter ini, Kermit. Mudah-mudahan kau lekas sembuh,” kata Mrs. Kermit lembut, sambil memberikan obat yang dibelinya tadi. Mr. Kermit segera menelannya, lalu minum satu botol air putih yang disodorkan istrinya.
Hari demi hari berganti, obat dari Dokter sudah diminum Mr. Kermit sampai habis. Namun, penyakitnya tak kunjung sembuh. Tubuhnya pun kian habis, sementara nafsu makannya semakin meningkat. Mrs. Kermit berusaha mencari Dokter lain untuk menyembuhkan suaminya. Mereka sudah mengunjungi banyak Dokter, namun penyakit Mr. Kermit tak berkurang sedikit pun.
“Bu, apa yang sebenarnya terjadi denganku?” Suara pelan Mr. Kermit terdengar putus asa. Mrs. Kermit memandang suaminya, prihatin.
Sejak Mr. Kermit sakit, ia tidak bisa bekerja lagi. Maka, Mrs. Kermit yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka bertiga. Kyle yang masih kecil bertugas membantu mengurus ayahnya ketika ibunya bekerja.
Suatu malam, Kyle menatap wajah ibunya yang kelelahan. Mrs. Kermit sedang tidak enak badan. Namun, tidak ada lagi yang bisa menggantikannya bekerja. Suami, anak, dan dirinya sendiri butuh makan. Akan tetapi, beberapa hari mengerjakan pekerjaan berat membuat Mrs. Kermit butuh istirahat.
Kyle mengusap tangannya lembut. “Ibu, apakah ibu pernah mendengar tentang fairy grass?”
Mrs. Kermit bergeming. Dia tampak tidak tertarik dengan apa yang dikatakan Kyle.
“Dia adalah rumput kering. Kata Mrs. Dought, yang rumahnya di ujung jalan, rumput itu bisa membuat orang kelaparan seumur hidup,” kata Kyle lagi.
Mrs. Kermit seolah sadar dari lamunannya. Dia menatap bola mata Kyle yang cekung. Kyle pun semakin kurus, batinnya.
Kyle menjelaskan, pelan, “Mungkin, rumput kering yang dulu Ayah duduki adalah fairy grass. Bonnie pun tahu. Dia menyalak garang ketika Ayah duduk di rumput kering itu.”
“Apa yang Mrs. Dought katakan tentang fairy grass?” tanya Mrs Kermit, ingin tahu. Dia ingin bangkit dari tempat tidurnya, namun tidak punya tenaga lagi.
Kyle tampak berat mengatakannya. Tapi, dia kemudian berkata, “Rumput kering itu merupakan arwah jahat dari orang-orang yang sudah mati. Dia bisa membuat orang selalu merasa lapar seumur hidupnya, walaupun sudah makan banyak. Bukankah itu juga yang terjadi pada Ayah?” Kyle menitikkan air mata.
“Apa lagi yang dikatakan oleh Mrs. Dought?”
“Hanya itu.” Kyle tertunduk.
“Besok pagi kita temui Mrs. Dought di rumahnya. Mungkin, dia tahu bagaimana cara menyembuhkan Ayahmu,” kata Mrs. Kermit. Harapan tentang kesembuhan suaminya mulai bersemi. Suaminya harus bisa disembuhkan.
Keesokan harinya, Mrs. Kermit dan Kyle berkunjung ke sebuah rumah tua, di ujung jalan. Rumah itu seperti tidak berpenghuni. Tanaman perdu tumbuh di sisi kanan dan kiri rumah itu. Sebuah pohon besar tumbuh di sebelah kanan halaman. Selebihnya hanya rumput hijau yang menghampar, terbelah jalan setapak lurus menuju rumah. Rumah itu ditinggali oleh seorang wanita tua yang sudah bungkuk. Usianya hampir delapan puluh tahun. Mrs. Dought namanya. Dia tinggal seorang diri di rumah besar itu. Hanya sesekali keluarganya datang untuk melihat keadaannya.
Kyle membunyikan bel pintu. Mereka menunggu di depan pintu dengan sabar. Sementara di dalam rumah Mrs. Dought berjalan tertatih dengan menggunakan tongkat kecilnya. Dia membukakan pintu dengan tangan gemetar.
“Mrs. Dought, maafkan jika kami menggangu anda, tapi bolehkah kami masuk?” tanya Mrs. Kermit, sopan.
Mrs. Dought mempersilakan ibu dan anak itu masuk ke dalam rumahnya. Rumah itu terasa dingin. Perabotan yang ada di rumah itu sudah usang. Mrs. Dought mempersilakan tamunya duduk.
“Mrs. Dought, saya ingin anda menceritakan tentang fairy grass,” pinta Mrs. Kermit tanpa basa-basi.
Mrs. Dought menatap Kyle yang duduk di sebelah ibunya. “Kyle sudah tahu,” jawab Mrs. Dought singkat. “Tidak ada yang bisa melawannya.” Suara Mrs. Dought bergetar. “Suami dan anakku adalah korban dari rumput kelaparan itu,” pelan, Mrs Dought berkata.
Mrs. Kermit memandang Mrs. Dought, penuh harap, “Adakah cara untuk melepaskan diri dari rumput kelaparan itu, Mrs. Dought?”
Wajah tua itu tanpa ekspesi. “Tak ada yang bisa melawannya,” jawab Mrs. Dought datar.
Mrs. Kermit tertunduk lesu. Ternyata Mrs. Dought juga tidak tahu bagaimana cara menyembuhkannya. Mrs. Kermit pun memutuskan untuk berpamitan dan kembali ke rumahnya.
Sesampai di rumah, Mrs. Kermit melihat keadaan suaminya. Dia memegang tangan suaminya yang terasa dingin seperti es. Mrs. Kermit lalu mencari nadi di tangan suaminya. Tidak ada detakan. Dia mencoba meletakkan jari telunjuknya di bawah hidung suaminya. Tidak ada hawa hangat yang keluar dari sana. Dia kemudian memegang dada suaminya, dengan sedikit panik. Tidak ada detak jantung yang teraba olehnya. Air mata Mrs. Kermit meluruh satu per satu. Dia menangis pilu di samping jasad suaminya. Kyle yang melihat keadaan itu turut menangis di pelukan ibunya. Bonnie turut berbaring diam di bawah ranjang majikannya. Mereka semua berduka.
Pemakaman telah selesai. Ucapan duka cita datang dari para tetangga Mrs. Kermit. Mereka sulit percaya ketika mendengar cerita yang beredar dari mulut ke mulut, tentang apa yang terjadi pada Mr. Kermit. Bagaimana mungkin rumput bisa membuat orang terkena penyakit aneh seperti itu, pikir mereka. Setelah kematian suaminya, kondisi Mrs. Kermit semakin memburuk. Pekerjaan yang menguras banyak tenaga membuat Mrs. Kermit harus terbaring lemah. Kyle berusaha merawat ibunya sebaik mungkin. Dia sudah kehilangan ayahnya dan tidak ingin ibunya ikut pergi meninggalkannya.
Sejak ayahnya sakit, ibunya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun, hal itu tidak cukup. Pengobatan Mr. Kermit telah menghabiskan harta keluarga mereka. Sedikit demi sedikit barang-barang berharga mereka dijual. Kini, mereka menjadi miskin. Kyle belum juga masuk sekolah. Mrs. Kermit tidak punya uang untuk membayar sekolah anaknya. Selain itu, kondisi kesehatannya pun semakin buruk. Dia membutuhkan obat dan makanan yang cukup agar tubuhnya sehat kembali.
“Ibu, makanlah ini. Aku membuatkan bubur untuk Ibu,” kata Kyle, sambil menyuapkan sesendok bubur ke mulut Ibunya.
Mrs. Kermit langsung menelan bubur itu. Perutnya terasa hangat. Mrs. Kermit tersenyum pada Kyle. Dia berterima kasih karena Kyle sudah bersusah payah merawatnya. Mrs. Kermit sudah berbaring berhari-hari di ranjangnya tanpa perubahan. Bonnie dengan setia menunggui majikannya di samping tempat tidur. Keadaan itu membuat Kyle semakin tak terurus. Wajahnya cekung. Tubuhnya kurus kering.
Suatu hari, Kyle baru saja pulang dari mengantar pesanan ibunya. Kyle masuk ke dalam rumahnya. Dia sangat terkejut ketika mendapati ibunya tergeletak di bawah tempat mencuci piring. Kyle langsung mendekat. Dia membalik tubuh ibunya yang tengkurap dengan susah payah. Tiba-tiba, Kyle menjerit saat mendapati darah segar keluar dari mulut ibunya. Kyle panik. Dia berlari keluar rumah meminta pertolongan tetangganya. Mr. Phelan, tetangga mereka, segera datang dan menolong ibu Kyle. Namun, Mrs. Kermit telah tiada. Kyle menangis histeris. Mrs. Phelan memeluknya, menguatkan hati Kyle semampunya.
Kini, Kyle yatim piatu. Ia tidak mempunyai orang tua yang akan mengurusnya atau saudara yang menemaninya. Orang tuanya meninggalkannya dalam keadaan miskin, tak punya apa-apa. Seluruh harta mereka sudah habis untuk pengobatan ayahnya. Kyle sangat sedih menyadari kenyataan itu.
Mr. Phelan tidak tega melihat keadaan Kyle. Dia segera melaporkan kondisinya ke dinas sosial di kota. Akhirnya dinas sosial membawa Kyle karena tidak ada lagi yang mengurusnya. Mereka akan mencarikan orang tua angkat untuknya.
“Saya bersedia ikut, tapi jangan pisahkan Bonnie dariku,” kata Kyle, memohon ketika hendak dibawa pergi. Petugas dinas sosial menyetujui permintaan Kyle dan membawanya ke tempat penampungan, menunggu keluarga yang mau mengadopsinya.
***
Arafah selesai baca bukunya dan buku di taruh di meja.
"Bagus cerita yang baru aku baca. Asal cerita dari Irlandia," kata Arafah.
Arafah ke kamar mau mengerjakan PR Bahasa Indonesia, ya mengaranglah.
No comments:
Post a Comment