Saat Holver selesai menggiling rotinya, ia membawa roti itu ke rumah. Ketika ia sedang menaiki tangga, tiba-tiba Angin Utara datang berembus. Ia bertiup sangat kencang dan membuat roti buatan Holver terbang tinggi ke angkasa. Holver berusaha meraih rotinya, tetapi rotinya terbang terlalu tinggi. Akhirnya roti itu lenyap bersama Angin Utara.
Holver kembali ke lumbung dan mulai membuat roti untuk yang kedua kali. Ia kemudian membawa roti itu ke rumah setelah selesai membuatnya. Namun saat Holver sampai di depan pintu, Angin Utara kembali berembus dan membawa roti buatannya hilang di angkasa.
Kejadian ini berulang hingga 3 kali berturut-turut. Holver menjadi jengkel terhadap Angin Utara. Ia menganggap Angin Utara telah mempermainkannya, dengan mengambil roti-roti buatannya. Holver pun berencana pergi ke tempat tinggal Angin Utara dan meminta kembali roti-rotinya.
Keesokan harinya, Holver memulai perjalanannya menuju rumah Angin Utara. Untuk sampai di tempat tinggal Angin Utara, Holver harus menempuh perjalanan yang panjang dan melelahkan. Akhirnya Holver sampai di rumah Angin Utara.
"Selamat pagi," sapa Holver.
"Selamat pagi," jawab Angin Utara dengan keras dan kasar, "terima kasih telah mengunjungiku. Sekarang, katakan apa maksud kedatanganmu?"
"Aku datang untuk mengambil roti-roti yang telah kau ambil," Holver menjawab dengan sabar.
"Roti apa? Aku ini angin dan angin tidak makan roti," bantah Angin Utara.
"Iya, aku tahu," kata Holver, berusaha untuk tidak emosi, "hembusanmu yang terlalu kuat membuat roti-rotiku terbang ke angkasa dan lenyap entah ke mana. Roti-roti itu sangat berharga bagiku dan ibuku. Jika roti-roti itu tidak bisa kau kembalikan, kami bisa mati kelaparan."
Angin Utara menatap Holver yang tampak sedih. Ia pun berkata lirih, "Aku tidak membawa roti-rotimu. Tetapi aku akan membantumu. Tunggulah sebentar."
Angin Utara masuk ke dalam rumahnya. Ia lalu keluar membawa selembar taplak meja dan berkata, "Aku mempunyai selembar taplak meja. Ini adalah taplak meja ajaib. Jika kau lapar, kau bisa menggelarnya dan berkata, "Siapkan Makanan!", segera akan tersaji banyak makanan di hadapanmu. Aku jamin kau dan ibumu tidak akan lagi kelaparan."
Holver menerima taplak meja ajaib itu dan bergegas pulang. Ia masih harus menempuh perjalanan yang panjang dan melelahkan menuju rumahnya.
Hari mulai gelap ketika Holver baru menempuh separuh perjalanan. Ia kemudian mencari penginapan dan beristirahat. Ketika tiba waktu makan malam, Holver ingin mencoba taplak meja ajaib pemberian Angin Utara. Ia kemudian menggelar taplak meja itu dan berkata, "Siapkan Makanan!"
Keajaiban terjadi! Tiba-tiba meja di hadapan Holver sudah penuh dengan berbagai macam makanan lezat. Holver dan para penghuni penginapan berdecak kagum dengan kemampuan taplak meja ajaib itu. Meski penasaran, mereka pun segera menyantap makanan di meja dengan lahap hingga tak bersisa.
Malam itu semua orang di penginapan bersukacita, termasuk Holver. Dia tidak menyadari bahwa pemilik penginapan itu iri dengannya. Ketika malam telah larut dan semua penghuni penginapan telah tertidur, pemilik penginapan itu menukar taplak meja ajaib milik Holver dengan taplak meja biasa yang serupa. Holver meninggalkan penginapan pagi-pagi sekali dan tidak menyadari bahwa taplak meja ajaibnya telah ditukar dengan taplak meja biasa.
Sesampai di rumah, Holver menunjukkan taplak meja ajaib pemberian Angin Utara kepada ibunya. dengan riang Holver berkata, "Ibu, ini adalah taplak meja ajaib pemberian Angin Utara. Ia mampu menyiapkan berbagai macam makanan lezat hanya dengan menggelarnya dan memerintahnya."
Mata ibu Holver membulat, tanda tak percaya. "Anakku, ibu tidak percaya ada barang yang bisa melakukan hal-hal ajaib seperti itu. Sekarang coba kau buktikan!" seru ibu Holver antusias.
Senyum Holver mengembang. Ia kemudian menggelar taplak meja itu dan berkata, "Siapkan Makanan!"
Sesaat berselang. Taplak meja ajaib masih kosong, tak ada makanan. Holver kemudian mengulangi perkataannya, "Siapkan Makanan!", tetapi tetap tidak ada makanan lezat yang tersaji. Holver mulai kebingungan.
Ibu Holver menatapnya, maklum. "Anakku, Angin Utara rupanya telah membohongimu," kata Ibu Holver sambil tersenyum.
Pagi berikutnya Holver kembali mendatangi rumah Angin Utara.
"Selamat pagi," sapa Holver.
"Selamat pagi," Angin Utara menjawab dengan keras dan kasar, "apakah itu kau, Holver?"
"Iya, ini aku Holver!" seru Holver.
Tak berapa lama, Angin Utara keluar dari rumah dan menemui Holver.
"Ada apa, Holver? Apa yang membuatmu datang lagi kemari?" tanya Angin Utara.
"Taplak meja ini telah kehilangan keajaibannya. Ia tidak lagi menyajikan makanan lezat," kata Holver sambil mengeluarkan taplak meja dari dalam tasnya, "aku dan ibuku akan tetap kelaparan."
"Benarkah?" Angin Utara bertanya, tak percaya.
Holver mengangguk, kemudian menggelar taplak meja itu dan berkata, "Siapkan Makanan!" Dan, taplak itu tetap bergeming.
Angin Utara memandang Holver dan taplak meja itu bergantian. Ia kemudian masuk ke dalam rumah dan keluar sambil membawa sebuah kantung.
"Holver, aku akan memberimu sebuah kantung, sebagai pengganti taplak meja ajaib itu. Kantung ini adalah kantung ajaib. Ia akan menghasilkan koin emas ketika kau berkata, "Mana emasnya?" Makin sering kau mengucapkan kata itu, makin banyak koin emas yang kau dapatkan," kata Angin Utara, menjelaskan.
Setelah berpamitan dan berterima kasih kepada Angin Utara, Holver pulang dengan membawa kantung ajaib itu. Ia kemudian beristirahat di penginapan yang sama. Saat malam hampir larut, Holver mencoba kemampuan kantung ajaib itu di kamarnya. Ia berkata, "Mana emasnya?", dan tidak lama kemudian kantung itu mengeluarkan sekeping koin emas. Holver merasa girang. Ia mengulang lagi kata-katanya hingga banyak koin emas terkumpul di kamarnya.
Rupanya pemilik penginapan mengintip apa yang dilakukan Holver di dalam kamarnya. Ia menginginkan kantung ajaib milik Holver dan ingin mengambilnya agar ia semakin kaya raya. Tepat tengah malam, ketika semua orang telah tidur, ia mengendap-endap masuk ke dalam kamar Holver, dan menukar kantung ajaib dengan kantung lain yang serupa.
Seperti sebelumnya, Holver meninggalkan penginapan itu pagi-pagi sekali. Ia tidak sabar untuk segera sampai di rumah dan menunjukkan kantung ajaib itu kepada ibunya.
"Ibu, lihat apa yang aku bawa! Sebuah kantung ajaib!" seru Holver saat sampai di rumah.
Ibu Holver menghampiri anaknya yang baru tiba. Holver menceritakan semua hal yang dia alami di rumah Angin Utara kepada ibunya. Ibu hanya mengangguk dan tersenyum mendengar cerita anaknya.
"Anakku, ibu selalu mengatakan kepadamu bahwa ibu tidak pernah percaya dengan barang-barang ajaib seperti itu," kata ibu Holver setelah anaknya selesai bercerita.
Holver mengulum senyum. Ia yakin ibunya akan tercengang melihat aksi kantung ajaibnya. Ia pun berkata dengan tenang, "Ibu, aku akan membuktikannya kepadamu! Sekarang perhatikan baik-baik kantung ini."
Holver kemudian memperagakan kepada ibunya bagaimana kantung ajaib itu bekerja. Dengan semangat, ia berkata, "Mana emasnya?"
Kantung itu diam. Tak mengeluarkan apa-apa. Beberpa kali Holver mengulangi perkataannya, tetapi hasilnya tetap sama. Kantung itu tidak lagi mengeluarkan koin emas.
"Holver, Angin Utara telah membohongimu lagi, Nak" kata ibunya.
Esok paginya Holver kembali mendatangi rumah Angin Utara. Ia menahan amarah karena merasa dibohongi oleh Angin Utara.
"Angin Utara, kamu tukang bohong," teriak Holver dari luar rumah.
Angin Utara terkejut mendengar teriakan Holver. Ia lalu keluar rumah dan menemui Holver. "Holver, sekarang apalagi yang kau inginkan? Kenapa engkau berteriak-teriak menuduhku sebagai tukang bohong?" tanya Angin Utara, geram.
"Iya, kamu tukang bohong! Kantung yang kau berikan kepadaku hanyalah kantung biasa. Tidak ada emas yang keluar dari sana!" tukas Holver, ketus.
"Buktikan!" perintah Angin Utara.
Holver meletakkan kantung itu di depan Angin Utara dan berkata, "Mana Emasnya?". Berkali-kali Holver mengulang kata-katanya, namun tetap tidak ada emas yang keluar dari kantung itu.
"Holver, aku tidak tahu apa yang terjadi pada kantung ini sehingga keajaibannya hilang," Angin Utara berkata jujur sekaligus heran.
"Aku tidak mau tahu," kata Holver, "aku hanya ingin aku dan ibuku tidak lagi kelaparan."
"Baik, baik, aku mengerti maksudmu." Angin Utara lalu masuk ke dalam rumah dan keluar lagi, sambil menggenggam sebuah tongkat.
"Holver, aku akan memberimu sebuah tongkat. Ia akan sangat berguna bagimu. Tongkat ini bisa mengerjakan apa saja, mulai menumbuk, menggiling, sampai memukul. Kau hanya cukup mengatakan, "Ayo Tumbuk!", maka ia akan mulai menumbuk. Begitu juga jika kau ingin tongkat itu memukul sesuatu, kau cukup mengatakan, "Ayo Pukul!", dan ia akan memukul," Angin Utara menjelaskan panjang lebar.
Holver kemudian menerima tongkat ajaib itu dan membawanya pulang. Seperti perjalanan-perjalanan sebelumnya, ia beristirahat di penginapan yang sama. Kali ini Holver merenung di dalam kamarnya. Ia merasakan kejanggalan dalam setiap kejadian yang dia alami. Holver sangat yakin bahwa benda-benda pemberian Angin Utara adalah benda-benda ajaib. Buktinya, Ia telah melihat keajaibannya sendiri di penginapan ini. Tetapi kenapa setelah keluar dari penginapan ini, barang-barang itu kehilangan kemampuannya, Holver bergumam dalam hati.
Setelah makan malam, Holver memutuskan untuk tidak tidur. Ia akan berjaga, sambil berbaring dan berpura-pura tidur. Ia sangat penasaran dengan apa yang terjadi kepada benda-benda ajaib pemberian Angin Utara.
Tengah malam, Holver melihat sesuatu bergerak di luar kamarnya. Ia kemudian berpura-pura mendengkur, seakan-akan ia sedang tidur nyenyak. Tiba-tiba terdengar bunyi "klik" dan pintu kamar Holver terbuka perlahan.
Pemilik penginapan tampan masuk ke dalam kamar Halvor. Ia berjalan mengendap-endap dan berusaha menukar tongkat milik Halvor dengan tongkat yang lain. Halvor memerhatikan setiap gerak gerik pemilik penginapan itu dari balik bantalnya.
Pemilik penginapan itu telah berhasil menukar tongkat ajaib Halvor. Ia kemudian keluar dari kamar Halvor tanpa bersuara. Ketika ia hampir sampai di depan pintu, tiba-tiba terdengar igauan Halvor, "Ayo Pukul! Ayo Pukul! Ayo Pukul!"
Tongkat ajaib itu mendadak terbang ke udara dan memukuli pemilik penginapan. Pemilik penginapan terkejut. Ia berlari ke luar kamar Halvor, tetapi tongkat ajaib itu tetap mengejar dan memukulinya. Pemilik penginapan itu kemudian bersembunyi di bawah meja. Tongkat ajaib itu pun memukul meja, membelahnya menjadi dua, dan memukuli pemilik penginapan.
Pemilik penginapan itu berusaha sembunyi dari kejaran tongkat ajaib, tetapi tongkat itu selalu dapat mengejar dan memukulinya. Ia kemudian kembali ke kamar Halvor dan memohon Halvor menghentikan tongkat ajaib itu.
"Tuan, tolong hentikan tongkat ajaib milikmu. Itu... au... au... Aku akan mengembalikan taplak meja... au... au, dan kantung ajaib milikmu," pemilik penginapan itu berkata terbata-bata karena masih dipukuli tongkat ajaib.
Halvor bangun. Ia segera memerintahkan tongkat ajaib berhenti mengejar dan memukuli pemilik penginapan. Pemilik penginapan itu pun mengembalikan taplak meja dan kantung ajaib milik Halvor. Halvor memasukkan taplak meja ke dalam kantung ajaibnya lalu mengikat kantong itu di ujung tongkat ajaibnya. Halvor pun memanggul tongkat itu dan pulang ke rumah dengan riang.
***
Hesti selesai baca bukunya.
"Cerita yang apik dari asalnya cerita....Norwegia," kata Hesti.
Hesti menutup buku dan buku di taruh di meja dengan baik.
"Belajar ah!" kata Hesti.
Hesti ke kamarnya, ya belajarlah mengulas pelajaran yang di berikan guru dengan baik. Hesti ingin jadi anak pintar yang di banggakan kedua orang tuanya.
No comments:
Post a Comment