Suatu hari pemilik peternakan memberi Cody banyak sekali makanan dan ia berkata, "Ayo, Cody, makanlah yang banyak agar kau menjadi gemuk! Besok kami akan memotongmu! Dagingmu pasti banyak sekali!" ujar pemilik peternakan.
Cody terkejut mendengar perkataan pemilik peternakan. Ia akhirnya mengerti mengapa ia dipelihara dengan baik. Rupanya pemilik peternakan ingin Cody menjadi domba gemuk dan menghasilkan banyak daging ketika dipotong.
Cody lalu teringat pada pepatah lama yang mengatakan, "Ada obat untuk semua penyakit, kecuali untuk kematian." Selama beberapa saat Cody memikirkan pepatah itu kemudian berkata dalam hati, "Kematian memang tidak ada obatnya, tetapi bisa dihindari jika kita mau berusaha!" Cody segera memakan makanannya sambil memikirkan sebuah rencana.
Ketika situasi peternakan sedang sepi, Cody berjalan mendekati pintu pagar. Ia menarik slot kunci pintu secara perlahan, tanpa suara, kemudian ia berlari keluar dengan cepat. Cody menghembuskan napas lega setelah berhasil meninggalkan peternakan. Ia bergegas melangkahkan kaki menuju peternakan sebelah, menemui Biggy, seekor babi gemuk, sahabatnya.
"Biggy, bagaimana kabarmu hari ini?" sapa Cody.
"Nyam, nyam, nyam... Kabarku baik, Cody," jawab Biggy, sambil terus menguyah makanannya.
"Eh, Biggy. Apakah kamu tahu mengapa pemilikmu memperlakukanmu dengan baik? Mengapa mereka ingin kamu menjadi gemuk?" tanya Cody.
"Aku tidak tahu," jawab Biggy singkat.
"Biggy, jika kamu sudah cukup gemuk, mereka akan memotongmu, mengambil dagingmu, memasaknya, lalu memakannya," kata Cody berapi-api.
"Ah, benarkah?" Biggy balik bertanya. Cody mengangguk, mengiyakan.
"Semoga mereka tidak lupa berdoa sebelum memakan dagingku," canda Biggy, mencairkan suasana.
Cody tersenyum mendengar perkataan sahabatnya itu. Tapi, tak lama kemudian raut wajahnya kembali serius, "Biggy, aku tidak ingin mati sekarang. Aku sudah memikirkan sebuah rencana. Bagaimana kalau kau dan aku pergi ke hutan, lalu kita membuat rumah untuk kita tinggali bersama?" Cody menatap Biggy, penuh harap.
"Hmm... Aku rasa itu ide yang baik, Cody. Baiklah, aku akan ikut denganmu."
Cody dan Biggy segera keluar peternakan. Mereka berjalan beriringan menuju hutan. Ketika sampai di tepi hutan, mereka bertemu dengan seekor angsa, Swetty namanya.
"Selamat pagi, teman-teman! Kalian hendak pergi ke mana?" tanya Swetty.
"Selamat pagi, Swetty! Kami hendak pergi ke hutan. Kami sedang mencari tempat yang baik untuk mendirikan rumah," ucap Cody, menjelaskan.
"Rumah? Aku juga butuh rumah saat ini," kata Swetty, "aku butuh tempat melepas lelah setelah terbang seharian. Aku sering berteduh di bawah pohon atau di dalam gua, tetapi selalu saja ada pengganggu. Aku juga harus terjaga agar tidak ada anjing-anjing pemburu, serigala, dan manusia yang menangkapku. Kalau aku bisa tinggal di dalam rumah, aku akan bisa beristirahat dengan tenang karena para pemburu tidak akan mencariku. Jadi, bolehkah aku ikut dengan kalian?" tanya Swetty pada akhirnya, setelah bercerita panjang lebar.
"Membangun rumah butuh banyak keahlian, Swetty. Bolehkah kami tahu apa keahlianmu?" Biggy balik bertanya.
"Aku bisa mengumpulkan lumut dengan paruhku. Lumut berguna untuk memperkuat sambungan dinding dan lantai. Selain itu, lumut akan membuat rumah kalian tetap hangat di musim dingin," Swetty menjelaskan dengan penuh semangat.
"Rumah yang kuat dan hangat? Itu tampak, bagus. Baiklah, kamu boleh ikut dengan kami, Swetty," kata Biggy sembari tersenyum hangat.
Cody dan Biggy kembali melanjutkan perjalanan dengan masuk ke dalam hutan. Sementara itu, Swetty berusaha mencari tempat yang cocok untuk membangun rumah dengan terbang di angkasa.
Dalam perjalanan mereka, Cody dan Biggy tiba-tiba dikejutkan oleh seekor kelinci yang melompat dari balik pepohonan. Rupanya kelinci itu adalah teman mereka, Harry.
"Selamat pagi, teman-teman! Kalian mau pergi ke mana?" tanya Harry.
"Selamat pagi, Harry! Kami sedang mencari tempat yang bagus untuk mendirikan rumah," jawab Cody.
"Rumah? Untuk siapa?" tanya Harry, bingung.
"Rumah untuk kami bertiga. Cody, Swetty, dan aku," kata Biggy menimpali.
"Aku punya rumah. Setiap semak di hutan ini adalah rumahku," ujar Harry, "tetapi, semua semak-semak itu hilang saat musim dingin tiba. Jadi, apakah aku boleh tinggal bersama kalian? Aku hanya akan tinggal di rumah kalian saat musim dingin saja," pinta Harry.
"Kamu boleh tinggal bersama kami, Harry. Tetapi kami belum punya rumah saat ini," Biggy berkata jujur.
"Jangan khawatir, aku akan membantu kalian membangun rumah. Aku adalah tukang kayu terbaik di hutan ini. Aku bisa memotong kayu dengan gigiku. Cakarku bisa melubangi papan-papan kayu sehingga kalian bisa memakunya dengan baik. Bagaimana, apakah aku bisa tinggal dengan kalian?" tanya Harry.
"Harry, sepertinya kami membutuhkan keahlianmu. Kamu boleh tinggal dengan kami," jawab Cody cepat. Harry tersenyum puas.
Mereka lekas melanjutkan perjalanan. Namun, mereka kembali bertemu dengan salah seorang teman mereka, Kenny, seekor ayam jago.
"Selamat pagi, teman-teman! Apakah kalian tersesat? Bukankah tempat ini cukup jauh dari peternakan kalian?" Kenny bertanya, heran.
"Selamat pagi, Kenny! Kami tidak tersesat. Kami kabur dari peternakan. Saat ini kami sedang mencari tempat yang bagus untuk mendirikan rumah," jawab Cody.
Kenny tampak tertarik. Ia kemudian berkata, "Orang-orang mengatakan bahwa tempat yang cocok untuk seekor ayam jago adalah di rumah. Suara kokok ayam yang keras dan nyaring bisa membantu penghuni rumah untuk bangun pagi. Aku ingin bergabung dengan kalian, membuat sebuah rumah dan tinggal di dalamnya, bolehkah?"
"Ya, ya, ya. Aku tahu jika engkau pandai mengepakkan sayap dan berkokok, tetapi bagaimana kau bisa membantu kami membangun rumah? Apakah kau bisa mengangkat batu bata dengan paruhmu yang kecil itu, Kenny?" Biggy bertanya, ragu.
"Kau benar, Biggy. Aku tidak akan bisa membantumu mengangkat batu bata atau kayu, tetapi aku bisa membantumu bangun tepat waktu. Saat fajar tiba, aku akan bangun dan berkokok untuk membangunkan kalian semua."
"Biggy, pagi hari adalah waktu yang tepat untuk mulai bekerja," Cody mulai berkata, "sinar matahari yang hangat dan udara pagi yang segar bisa membuat kita bersemangat dalam bekerja. Dengan begitu rumah kita akan cepat terbangun."
"Lagipula Biggy susah bangun pagi. Ia sangat suka bermalas-malasan. Suara kokok ayam yang keras dan nyaring pasti bisa membangunkannya," Cody tersenyum, lalu melanjutkan, "Kenny, kau bisa bergabung dengan kami."
Mereka masuk ke hutan bersama-sama. Tak lama kemudian mereka menemukan tempat yang cocok untuk mendirikan rumah. Mereka segera berbagi tugas. Cody menggambar denah rumah. Biggy mengumpulkan kayu. Harry memotong kayu serta menyambungnya. Swetty melapisi dinding dan atap dengan lumut. Dan, Kenny memastikan mereka bangun pagi tepat waktu.
Setelah bekerja keras berhari-hari, akhirnya rumah mereka selesai dibangun. Atap rumah itu terbuat dari anyaman jerami, sedangkan dinding dan lantainya terbuat dari kayu yang dilapisi lumut. Rumah itu tampak sederhana tetapi cukup untuk memberi perlindungan dan kehangatan bagi setiap penghuninya.
"Aku senang berjalan-jalan, mengunjungi berbagai tempat. Tetapi, mempunyai rumah sendiri itu sungguh menyenangkan karena akhirnya aku punya tempat untuk pulang," kata Swetty kepada Cody suatu hari.
Rumah Cody dan sahabat-sahabatnya rupanya menarik perhatian dua ekor serigala, bernama Wofi dan Wofa. Mereka memerhatikan rumah tetangga barunya itu.
"Wofa, apa kau melihat rumah beratap jerami di dekat sungai itu?" tanya Wofi.
"Iya, aku melihatnya. Aku juga melihat beberapa binatang tinggal di sana," jawab Wofa.
"Sekarang kita punya tetangga, Wofa. Kita harus datang ke sana dan berkenalan dengan mereka. Pepatah mengatakan bahwa tetangga yang baik lebih berguna daripada saudara di tempat yang jauh."
"Baiklah Wofi, aku akan mengunjungi mereka."
Hari itu Wofa pergi ke rumah Cody dan sahabat-sahabatnya. Sesampai di sana, rumah itu tampak sepi. Rumah ini tampak sepi, sepertinya penghuninya sedang keluar. Rumah ini besar sekali. Aku jadi ingin tahu isi rumah ini. Mumpung lagi kosong, aku masuk saja ke dalam rumah ini, Wofa berkata pada dirinya sendiri.
Tanpa segan Wofa membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. Namun, ruang dalam rumah itu gelap. Wofa tidak bisa melihat apa pun. Tiba-tiba Wofa merasakan sesuatu yang keras menghantam perutnya. Ia jatuh terjengkang. Belum sempat Wofa menyadari apa yang terjadi, ia merasakan mukanya tertindih sesuatu yang berat dan panas. Rupanya Wofa diseruduk dan ditindih oleh Cody.
Wofa berusaha bangun, tapi dia merasakan sakit yang amat sangat di kakinya. Rupanya Biggy sedang menggigit kaki Wofa. Gigitannya cukup keras sehingga Wofa kesakitan. Wofa menendang-nendang ke segala arah untuk melepaskan gigitan Biggy. Ia berhasil, tetapi tidak lama kemudian, ia merasa tubuhnya seperti ditusuk puluhan paku.
"Berhenti, berhenti menusukku. Ini sakit sekali! Aargghh...," Wofa berteriak kesakitan. Ia tidak menyadari bahwa dirinya sedang dipatuk oleh Swetty.
Wofa berusaha berdiri. Ia ingin keluar rumah secepatnya. Tetapi kakinya masih terasa sakit. Wofa merangkak ke arah pintu. Namun dentuman keras terdengar dan lantai bergetar. Dum... Dum... Dum!
Pemilik rumah ini sedang mengejarku! Aku harus cepat-cepat pergi dari sini! Wofa berteriak dalam hati. Ia tidak tahu jika langkah kaki itu adalah suara lompatan Harry.
Wofa belum sepenuhnya tenang saat ia mendengar suara yang memekakkan telinga. "Kuk...kuk...ruyuk...ruyuk...kak...kak..."
Wofa semakin ketakutan. Aku belum pernah mendengar suara ini sebelumnya. Sepertinya ini suara binatang yang menyeramkan. Aku harus keluar dari rumah ini sebelum dimangsanya! Wofa bergegas menuju pintu dengan badan remuk redam. Setelah berhasil membuka pintu, ia berlari keluar sekuat tenaga.
Wofa tidak tahu jika sejak awal Cody dan sahabat-sahabatnya telah memerhatikan gerak-geriknya. Mereka menjadi semakin waspada saat tahu kalau Wofa adalah serigala. Cody dan sahabat-sahabatnya mengira bahwa Wofa berniat memburu dan memangsa mereka. Keyakinan mereka bertambah kuat karena Wofa masuk ke dalam rumah tanpa mengetuk pintu. Mereka pun berusaha mempertahankan diri sekuat tenaga.
Wofi sangat kaget ketika melihat Wofa pulang dengan tubuh penuh luka.
"Apa yang terjadi denganmu, Wofa?" Wofi bertanya, keheranan.
"Wofi, jangan pernah pergi ke rumah tetangga baru kita! Ada yang berusaha memakanku di sana," kata Wofa, sambil berusaha mengatur napasnya.
"Benarkah? Bagaimana ceritanya?" tanya Wofi dengan muka penasaran.
"Saat aku masuk ke sana, tiba-tiba ada yang menabrak dan menindihku. Aku merasa penghuni rumah itu berusaha menangkapku. Aku mencoba kabur tetapi ia berhasil meraih kakiku. Penghuni rumah itu kemudian menjepit kakiku, tetapi aku berhasil meloloskan diri. Kemudian penghuni rumah itu memegangku. Aku sempat merasakan kuku-kukunya yang tajam seperti paku menusuk-nusuk badanku," Wofa bercerita, sambil bergidik ngeri.
"Sebenarnya, mahluk apa yang berusaha menangkapmu Wofa?" Alis Wofi tampak bertaut.
"Aku tidak tahu, Wofi. Kondisi rumah itu cukup gelap!" Wofa menggelengkan kepala, ia lalu lanjut berkata, "tetapi aku yakin jika makhluk itu sangat besar. Suara derap langkahnya keras dan mampu menggetarkan lantai. Teriakannya sangat nyaring, memekakkan telinga dan sangat menyeramkan. Aku bersyukur bisa keluar dari rumah itu hidup-hidup," Wofa mengakhiri kisahnya dengan napas lega.
Wofi tersenyum, memandang Wofa. Ia bersyukur karena mereka sudah punya tempat tinggal baru, sehingga mereka tidak perlu memiliki tetangga yang menyeramkan. Kepergian Wofa dan Wofi membuat Cody dan sahabat-sahabatnya bisa tinggal di rumah mereka dengan tenang, nyaman, dan tanpa gangguan.
***
Marimar selesai membaca bukunya.
"Cerita yang bagus dari asalnya....Norwegia," kata Marimar.
Marimar menutup buku dan menaruh buku di meja. Marimar keluar rumah untuk bermain dengan teman-temannya.
No comments:
Post a Comment