CAMPUR ADUK

Tuesday, November 12, 2019

TIMUN EMAS


Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikarunai seorang anak pun. Setiap hati mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang anak. Suatu hari seorang mereka. Suatu hari seorang Raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun.

“Tanamlah biji itu. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan,” kata Raksasa.

“Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri itu.

“Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Raksasa.

Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju. Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mungkin tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.

Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah hati. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun Emas.

Tahun demi tahun berlalu. Timun Emas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tetapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Emas yang ke -17, sang Raksasa datang kembali. Raksasa itu menagih janji untuk mengambil Timun Emas.

Petani itu mencoba tenang.

“Tunggulah sebentar. Timun Emas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya.

Petani itu segera menemui anaknya.

“Anakku, ambilah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain.

“Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin,” katanya.

Maka Timun Emas pun segera melarikan diri.

Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Emas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sadar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Emas ke hutan.

Raksasa segera berlari mengejar Timun Emas. Raksasa semakin dekat. Timun Emas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun terdampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.

Timun Emas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Emas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparkanya ke arah Raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Emas berlari menyelamatkan diri.

Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timus Emas. Maka Timun Emas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.

Timun Emas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Emas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Emas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam.

Timun Emas lega. Ia telah selamat. Timun Emas pun kembali ke rumah orang tuannya. Ayah dan Ibu Timun Emas senang sekali melihat Timun Emsa selamat. Mereka menyambutnya.

“Terima kasih, Tuhan. Kalau telah menyelamatkan anakku,” kata mereka gembira.

Sejak saat itu Timun Emas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK