CAMPUR ADUK

Tuesday, November 12, 2019

PANJAT TEBING

Panjat tebing marak beberapa waktu lalu. Di lapangan, di pojok jalan, di sekolah atau di kampus bercokol tebing imitasi gawean para pecinta alam. Kompetisi panjat tebing buatan atau panjat dinding makin sering digelar, yang ngelahirin pemanjat kelas internasional. Sayangnya, petualangan yang memerlukan modal fisik, pengetahuan, dan kepekaan alam mulai tergoda kompetisi yang lebih simpel, irit biaya, dan berhadiah.

Citatah Jawa Barat atau Uluwatu Bali jadi tebing langganan. Karena jauhnya lokasi, akhirnya tebing buatan jadi pelampiasan. Akhirnya, karena mudah dijangkau, dinding semen atau triplek ini diserbu peminat. Selain itu, tingkat kesulitan yang bisa disesuaikan dengan memindah-mindahkan batu buatan jadiin dinding ini cocok buat semua grade keahlian.

Akan tetapi, sayangnya orientasi alam dari olahraga ini meluntur. Pemanjat baru maunya cuma bisa  cepat naik di papan. Padahal, ngerem emosi plus ego pengin  cepat nyampek, justru  harus diperangi. Tapi, di tebing beneran modal itu nggak cukup. "Pengenalan memasang paku pengaman, lekuk bantuan tebing, dan hambatan cuaca bukan lagi jadi menu pokok," kata Tedy.

"Terlampau siimpel, nilai petualangannya jadi kurang," lanjut salah satu pemanjat senior dari Bandung ini. 

"Tapi, sebagian besar sih memulai dari pencinta alam dan panjat tebing beneran," bela Raditya alias Yudi. 

Pentolan Cakrawala yang mahasiswa FT Trisakti ini nambahin teori, pemanjat dinding harus tahu dasar-dasarnya, kayak rappling alias turun tebing, de el el.

Bagaimanapun panjat dinding tetap jadi tontonan yang menarik. Seperti lomba panjat dinding di Selabintana Sukabumi yang diadilin Cakrawala, salah satu kumpulan pecinta alam yang lagi naik daun. Walau khusus untuk pemula, tapi teknik yang ditonjolkan para pesertanya bukan sembarangan. Overhang atau lekuk yang menonjol keluar  dapat dilibas. Bergantung dengan cuma dua jari bukan hal berat. Kemasan acara dengan latar lokasi pegunungan berhawa sejuk bikin betah nongkorong seharian. Yang paling seru adanya demo Helirappling. Heli Twin Pack TNI AU tiga kali naik turun ngangkut bala-bala Cakrawala buat turun lewat tali. Dari ketinggian 30 meter dipamerin  cara macem-macem ngeluncur. Tepuk sorak pun mengiringi deru angin dan gemuruh rotor heli.

"Sengaja kita tampilin demo ini. Soalnya, rappling itu dasarnya panjat tebing. "Kan lucu kalo orang bisa naik tapi nggak bisa turun," kata Yudi yang juga ketua panitia acara.

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK