Panjat tebing marak beberapa waktu lalu. Di lapangan, di pojok jalan, di sekolah atau di kampus bercokol tebing imitasi gawean para pecinta alam. Kompetisi panjat tebing buatan atau panjat dinding makin sering digelar, yang ngelahirin pemanjat kelas internasional. Sayangnya, petualangan yang memerlukan modal fisik, pengetahuan, dan kepekaan alam mulai tergoda kompetisi yang lebih simpel, irit biaya, dan berhadiah.
Akan tetapi, sayangnya orientasi alam dari olahraga ini meluntur. Pemanjat baru maunya cuma bisa cepat naik di papan. Padahal, ngerem emosi plus ego pengin cepat nyampek, justru harus diperangi. Tapi, di tebing beneran modal itu nggak cukup. "Pengenalan memasang paku pengaman, lekuk bantuan tebing, dan hambatan cuaca bukan lagi jadi menu pokok," kata Tedy.
"Terlampau siimpel, nilai petualangannya jadi kurang," lanjut salah satu pemanjat senior dari Bandung ini.
"Tapi, sebagian besar sih memulai dari pencinta alam dan panjat tebing beneran," bela Raditya alias Yudi.
Pentolan Cakrawala yang mahasiswa FT Trisakti ini nambahin teori, pemanjat dinding harus tahu dasar-dasarnya, kayak rappling alias turun tebing, de el el.
Bagaimanapun panjat dinding tetap jadi tontonan yang menarik. Seperti lomba panjat dinding di Selabintana Sukabumi yang diadilin Cakrawala, salah satu kumpulan pecinta alam yang lagi naik daun. Walau khusus untuk pemula, tapi teknik yang ditonjolkan para pesertanya bukan sembarangan. Overhang atau lekuk yang menonjol keluar dapat dilibas. Bergantung dengan cuma dua jari bukan hal berat. Kemasan acara dengan latar lokasi pegunungan berhawa sejuk bikin betah nongkorong seharian. Yang paling seru adanya demo Helirappling. Heli Twin Pack TNI AU tiga kali naik turun ngangkut bala-bala Cakrawala buat turun lewat tali. Dari ketinggian 30 meter dipamerin cara macem-macem ngeluncur. Tepuk sorak pun mengiringi deru angin dan gemuruh rotor heli.
"Sengaja kita tampilin demo ini. Soalnya, rappling itu dasarnya panjat tebing. "Kan lucu kalo orang bisa naik tapi nggak bisa turun," kata Yudi yang juga ketua panitia acara.
No comments:
Post a Comment