CAMPUR ADUK

Tuesday, December 25, 2018

CELENGAN AYAM

Celengan ayam itu kutimang-timang. Terasa berat di tanganku. Mungkin sudah ada beratus-ratus uang logam dan lembaran ribuan di sana. Mungkin juga sudah cukup untuk membeli playstation impianku. Tapi...kembali terngiang ucapan ibu tadi siang. 

"Yan, bagaimana menurutmu kalau celengan ayammu tidak usah kamu gunakan untuk membeli playstation?" ucap ibu lirih.

"Lalu mau digunakan untuk apa, Bu?"

"Ibu mempunyai rencana untuk memperluas kios kita dengan barang-barang kebutuhan rumah tangga lainnya. Kamu mengerti maksud ibu bukan, Yan?"

"Iya, Bu."

Ah seandainya saja ayah masih ada. Tentu ibu tidak perlu bersusah payah membuka kios seperti itu. Seandainya saja....

Dengan pelan-pelan kuelus celengan ayam itu. Ada rasa sayang untuk merelakan satu-satunya benda yang kumiliki itu.

Celengan yang kumiliki sejak kelas VII SMP. Setiap hari aku mengisinya dengan uang saku yang diberikan ayah. Sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya menjadi seberat ini. Haruskah kubuka celengan itu untuk kuberikan pada ibu?

Sekelebat wajah ibu membayang di pikiranku. Aku kasihan padanya. Sejak ayah meninggal. Ibu terlihat semakin bertambah tua, mungkin karena beban berat yang harus ditanggungnya. Kubulatkan niatku untuk merelakan celengan ayam itu.

Untuk terakhir kali kuelus celengan itu. Selamat tinggal playstasion. Perlahan kuangkat celengan itu dan kabanting ke lantai. Pyaar...... Celengan itu pecah berkeping-keping. Uang logam dan lembaran uang kertas berserakan di lantai. Kupungut satu per satu untuk kuhitung.
........................................................................................

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK